tag:blogger.com,1999:blog-40474691613996983892023-10-30T08:00:43.463-07:00Cerita SaruFREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.comBlogger23125tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-14503380240346351532010-03-21T15:24:00.000-07:002010-03-21T15:24:17.972-07:00Rejeki Nomplok Saat Menunggu Rumah<b style="color: #351c75;"></b><div style="color: #351c75;"><div style="color: red;"><div><b><strong>Rejeki Nomplok Saat Menunggu Rumah</strong></b></div><div><b><strong> </strong></b></div></div><div><b>Peristiwa ini berlangsung beberapa bulan yang lalu di awal 2006. Di Sabtu malam yang cerah aku terpaksa menunggu rumah sendirian.<a name='more'></a> Keluarga semua pergi ke Jakarta menghadiri acara pernikahan saudara sepupuku. <br />
<br />
Aku perkenalkan diri dulu. Namaku Reno, 28 tahun. Tampangku biasa-biasa aja dengan kulit sawo matang. dengan tinggi 170 cm dan berat 70 kg. Pembaca mungkin menyangka aku gendut. Itu sama sekali tidak tepat karena aku rajin fitness hingga otot2ku pun terbentuk walaupun tidak sekekar Ade Rai :). Aku bekerja di satu perusahaan swasta di kotaku. Aku tinggal di kota kecil di bagian Barat pantura Jawa Tengah. Dan sekarang aku masih menyandang predikat jomblo. Namun aku selalu enjoy menjalaninya. <br />
<br />
Sabtu malam itu tidak seperti biasanya. Teman-temanku yang sebagian jomblo juga (mungkin aku perlu bikin perkumpulan Jomblo Merana, hehehe...) tidak keliatan batang hidungnya. Aku yang nungguin rumah sendirian akhirnya cuma bisa duduk sambil mengisap rokok putih di teras depan rumah sambil cuci mata pada cewe-cewe yang lewat di jalan depan rumahku. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Rasa kantuk sudah mulai menyerang. Aku pun bergegas masuk ke rumah. Begitu tanganku hendak meraih gagang pintu, aku dikejutkan suara becak yang direm mendadak. Spontan aku liat ada yang terjadi. Ternyata seorang wanita kira2 berumur 40 tahunan turun dari becak kemudian membayar ongkos ke abang becak. Aku masih terpaku melihat apa yang akan dilakukan oleh wanita dengan kulit sawo matang dan berwajah sensual itu. Tingginya kira-kira 160 cm dan beratnya mungkin 60 kg dengan payudara yang besar kira2 36C dan pantat yang besar pula serta perut yang sudah tidak rata lagi. Wanita itu memakai baju terusan dengan rambut digelung ke atas menambah kesensualannya. Tanpa dikomando penisku lagi berdiri tegang. <br />
<br />
"Permisi...", suara lembutnya membuyarkan lamunanku. "Eh...iya, Bu...", jawabku sekenanya. "Pak Atmonya ada?" <br />
Aku jadi bingung karena nama orang tuaku bukan Atmo. Dengan cepat aku baru sadar kalo rumah yang aku tempati sekarang dulu adalah milik Pak Atmo yang sekarang sudah pindah di kota di provinsi Jawa Tengah bagian Selatan. <br />
<br />
Akhirnya aku jelaskan padanya tentang keadaan saat ini. Dia pun bingung hendak ke mana karena tidak ada sanak sodara di kota ini. Kemudian aku persilakan masuk wanita itu ke dalam ruang tamu. Setelah melalui percakapan singkat dapat kuketahui kalo wanita itu bernama Tuminah, sepupu Pak Atmo dari Boyolali dan aku tahu kalo dia telah hidup menjanda selama 10 tahun semenjak kematian suaminya. <br />
<br />
"Dik Reno, ibu saat ini bingung mau tidur di mana. Lha wong sudah malam begini. Mau melanjutkan perjalanan sudah tidak ada bis lagi," kebingungan meliputi dirinya. <br />
"Sudahlah Bu Minah...Ibu sementara bermalam di sini dulu. Besok Ibu bisa ke tempat Pak Atmo," aku coba menenangkannya sambil mataku mencuri-curi pandang ke arah gundukan di dadanya yang membusung itu. Mengetahui hal itu Bu Minah jadi salah tingkah sambil tersenyum penuh arti. Akhirnya Bu Minah setuju untuk bermalam di rumahku. Aku persiapkan kamarku untuk tidur Bu Minah. Tak lupa aku buatkan teh panas untuk menyegarkan tubuhnya. Kemudian aku persilakan Bu Minah untuk membersihkan badan dulu di kamar mandi. <br />
<br />
Aku menunggu dengan menonton tivi di ruang tengah. Bayangan tubuh montok Bu Minah menjadikan burungku jadi makin berdiri keras. Ditimpali suara kecipakan air di kamar mandi terdengar dari tempatku. <br />
"Mas Reno..." aku dikejutkan panggilan Bu Minah dari kamar mandi. "Iya Bu... Ada apa?" aku bergegas menuju ke kamar mandi. "Ibu lupa tidak bawah handuk. Ibu boleh pinjem handuk mas Reno?" terdengar suara Bu Minah dari balik pintu kamar mandi. "Boleh kok, Bu. Saya ambilkan sebentar, Bu", aku ambil handukku di jemuran belakang. <br />
"Ini Bu handuknya" perlahan pintu kamar mandi dibuka oleh Bu Minah. Aku sodorkan handuk ke tangan Bu Minah yang menggapai dari balik pintu. Tak kusangka sodoran tanganku terlalu keras sehingga mendorong pintu terbuka lebar hingga badanku terhuyung ke depan ikut masuk ke kamar mandi. Aku menubruk badan Bu Minah. Aku peluk tubuh bugil Bu Minah agar aku tidak jatuh. Bu Minah pun memeluk tubuhku erat-erat agar tidak terpeleset. "Aahhh...", Bu Minah menjerit kecil. Aku rasakan buah dada bu Minah yang besar itu dalam pelukanku. Penisku langsung tegang mengenai perus Bu Minah. Beberapa detik kami terdiam. <br />
"Ih, mas Reno kok meluk aku sih..." katanya manja tanpa melepas pelukannya padaku. Wajahku merah padam. Aku tidak bisa menyembunyikan hasratku yang meletup-letup. "Kaalauu...akkuu lepass ...nantii akku liat ibu Minah telaanjaang donggg..", jawabku terbata-bata dengan nafas tersengal menahan gejolak birahi. Aku tekan-tekan penisku yang masih terbungkus celana ke perutnya. "Aacchh...sungguh nikmat sekali," batinku karena aku baru pertama kali ini memeluk wanita dalam keadaan telanjang bulat. "Burung mas Reno nakal..." katanya manja sambil tangannya merogoh penisku dari balik celana training yang aku pakai. Dielus dan dikocoknya perlahan penisku. "Ouuugghhh..." aku hanya bisa mendesah. "Burung Mas Reno besar sekali..." Aku tidak tahu apakah ...</b> </div><div><b> </b><div><div><b>...dengan panjang 16 cm dan diameter 4 cm itu penisku termasuk besar, entahlah mungkin Bu Minah sebelumnya hanya tahu penis dibawah ukuranku. Dan aku pun tidak tinggal diam. aku remes-remes teteknya yang gede itu sambil aku emut putingnya. "Mmmhhh... enak banget mas..." <br />
Tangan kiriku langsung turun ke vaginanya yang mulai basah itu. Aku gesek-gesek dengan jariku dan aku mainkan klitorisnya... <br />
"Mas...." hanya itu yang bisa Bu Minah ucapkan dengan mata sayu sementara tangannya masih mengocok penisku dengan pelan. <br />
"Mas...Mas Reno....aku wis ora kuat...." suaranya parau "Masukin sekarang ya, Mas...." <br />
Aku jadi bingung karena belum pernah ml sebelumnya. Dengan malu-malu aku pun beranikan diri bertanya, "Bu, caranya gimana?" Bu Minah tersenyum genit. "Oh mas Reno masih bujang tong-tong to?" Kemudian Bu Minah membalikan badannya dengan berpegangan pada bak mandi Bu Minah mengambil posisi nungging. Aku yang udah gak sabar langsung mengarahkan penisku ke vagina yang merah merekah dengan rambut kemaluan yang tercukur rapi tapi gagal karena aku tidak tahu lubang kenikmatan itu. "Sini mas Reno biar aku bantu..." Bu Minah yang mengerti keadaanku langsung menyamber batang penisku kemudian diarahkannya ke lubang vaginanya. <br />
Kepala penisku menyentuh bibir vaginanya. Oouugghhh... sungguh kenikmatan yang luar biasa yang baru aku rasakan. Kemudian aku dorong penisku ke dalam vagina Bu Minah. Agak susah memang. "Mas...pelan-pelan. Aku udah lama tidak kaya gini..." suara Bu Minah terdengar lirih tertahan. Aku majukan lagi penisku hingga tinggal setengahnya yang belum masuk ke lubang kenikmatan. Bu Minah memaju mundurkan pantatnya berulang-ulang. Dan... Slleeepppp.... penisku seperti tertelah semuanya oleh vagina Bu Minah. Aku maju mundurkan penisku dengan cepat seperti yang aku liat di BF. <br />
"Ooohhhh....masss....mmmhhhh...." hanya itu yang keluar dari mulut Bu Minah. Aku merasakan sensasi yang sangat luar biasa... <br />
Dan belum ada 30 kocokan aku merasakan akan memuntahkan spermaku."Bu.... aku mau keluar..." Aku percepat sodokan-sodokan penisku ke vagina Bu Minah. Dengan gerakan yang luwes Bu Minah memutar-mutar pantatnya mengimbangi sodokanku. Melihat goyangan pantat Bu Minah yang erotis itu aku semakin tidak sanggup menahan laju spermaku. Aku percepat sodokanku.... dan... "Ooouuugggghhhh....." aku tekan kuat2 penisku hingga menyentuh dasar rahim Bu Minah. "Crrootttt.....ccrrrooottt....cccrrottt...." penisku menyemburkan sperma sebanyak 15 kali ke vagina Bu Minah. Goyangan-goyangan erotis pantat Bu Minah mengiringi siraman spermaku. "Oooohhhhh...." Aku terkulai lemas. Aku peluk tubuh Bu Minah dari belakang dengan tangan meremas2 tetek Bu Minah yang besar walopun sudah agak kendur. Sementara penisku yang masih tegang tenggelam dalam vagina Bu Minah yang enak itu. Nafas kami masih tersenggal-senggal. Lama kami terdiam meresapi sisa-sisa kenikmatan yang baru saja dilalui. <br />
<br />
"Mas Reno...." Bu Minah lirih memanggilku. "Udahan dulu ya Mas.., aku capek banget. Aku mau istirahat dulu". Aku bisa memahami kondisi tubuh Bu Minah setelah melakukan perjalanan panjang. <br />
<br />
Akhirnya aku tidur bareng Bu Minah di kamarku. Dan tentunya masih ada kejadian2 kenikmatan yang kami lakukan berdua setelah itu. Nanti akan aku ceritakan buat pembaca semua. </b> </div></div></div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-78450160260019690942010-03-21T15:22:00.000-07:002010-03-21T15:22:14.323-07:00Dokter Miranti<b></b><div style="color: #351c75;"><div style="color: #cc0000;"><div><b><strong>Dokter Miranti</strong></b></div><div><b><strong> </strong></b></div></div><div><b>Dalam sebuah seminar sehari di hall Hotel Hilton International di Jakarta, tampak seorang wanita paruh baya berwajah manis sedang membacakan sebuah makalah tentang peranan wanita modern dalam kehidupan rumah tangga keluarga bekerja. Dengan tenang ia membaca makalah itu sambil sesekali membuat lelucon yang tak ayal membuat para peserta seminar itu tersenyum riuh. Permasalahan yang sedang dibahas dalam seminar itu menyangkut perihal mengatasi problem perselingkuhan para suami<a name='more'></a> yang selama ini memang menjadi topik hangat baik di forum resmi ataupun tidak resmi. Beberapa peserta seminar yang terdiri dari wanita karir, ibu-ibu rumah tangga dan para pelajar wanita itu tampak serius mengikuti jalannya seminar yang diwarnai oleh perdebatan antara pakar sosiologi keluarga yang sengaja diundang untuk menjadi pembicara. Hadir juga beberapa orang wartawan yang meliput jalannya seminar sambil ikut sesekali mengajukan pertanyaan ke arah peserta dan pembicara. Suasana riuh saat wanita pembicara itu bercerita tentang seorang temannya yang bersuamikan seorang pria mata keranjang doyan main perempuan. Berbagai pendapat keluar dalam perdebatan yang diarahkan oleh moderator. <br />
<br />
Diakhir sesi pertama saat para peserta mengambil waktu istirahat selama tiga puluh menit, tampak wanita pembicara itu keluar ruangan dengan langkah cepat seperti menahan sesuatu. Ia berjalan dengan cepat menuju toilet di samping hall tempat seminar. Namun saat melewati lorong menuju tempat itu ia tak sadar menabrak seseorang, akibatnya ia langsung terhenyak. <br />
"Oh..., maaf, saya tidak melihat anda..., maaf ya?", seru wanita itu pada orang yang ditabraknya, namun orang itu seperti tak mengacuhkan. <br />
"Oke...", sahut pria muda berdasi itu lembut dan berlalu masuk ke dalam toilet pria. <br />
<br />
Wanita itupun bergegas ke arah toilet wanita yang pintunya berdampingan dengan pintu toilet pria. Beberapa saat lamanya wanita itu di sana lalu tampak lelaki itu keluar dari toilet dan langsung menuju ke depan cermin besar dan mencuci tangannya. Kemudian wanita tadi muncul dan menuju ke tempat yang sama, keduanya sesaat saling melirik. "Hai", tegur pria itu kini mendahului. <br />
"Halo..., anda peserta seminar?", tanya si wanita. <br />
"Oh, bukan. Saya bekerja di sini, maksud saya di hotel ini", jawab pria itu. <br />
"Oh..., kalau begitu kebetulan, saya rasa setelah seminar ini saya akan kontak lagi dengan manajemen hotel ini untuk mengundang sejumlah pakar dari Amerika untuk seminar masalah kesehatan ibu dan anak. Ini kartu namaku", kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya pada pria itu. Lelaki itu mengambil secarik kartu dari dompetnya dan menyerahkannya pada wanita itu. <br />
<br />
"Dokter Miranti Pujiastuti, oh ternyata Ibu ini pakar ilmu kedokteran ibu dan anak yang terkenal itu, maaf saya baru pertama kali melihat Ibu. Sebenarnya saya banyak membaca tulisan-tulisan Ibu yang kontroversial itu, saya sangat mengagumi Ibu", mendadak pria itu menjadi sangat hormat. <br />
"Ah kamu, jangan terlalu berlebihan memuji aku, dan kamu..., hmm..., Edo Prasetya, wakil General Manager Hilton International Jakarta. Kamu juga hebat, manajer muda", seru wanita itu sambil menjabat tangan pemuda bernama Edo itu kemudian. <br />
"Kalau begitu saya akan kontak anda mengenai masalah akomodasi dan acara seminar yang akan datang, senang bertemu anda, Edo", seru wanita itu sambil kemudian berlalu. <br />
"Baik, Bu dokter", jawab sahut pria itu dan membiarkan wanita paruh baya itu berlalu dari ruangan di mana mereka berbicara. <br />
<br />
Sejenak kemudian pemuda itu masih tampak memandangi kartu nama dokter wanita itu, ia seperti sedang mengamati sesuatu yang aneh. <br />
"Bukankah dokter itu cantik sekali?", ia berkata dalam hati. <br />
"Oh aku benar-benar tak tahu kalau ia dokter yang sering menjadi perhatian publik, begitu tampak cantik di mataku, meski sudah separuh baya, ia masih tampak cantik", benaknya berbicara sendiri. <br />
"Ah kenapa itu yang aku pikirkan?", serunya kemudian sambil berlalu dari ruangan itu. <br />
<br />
Sementara itu di sebuah rumah kawasan elit Menteng Jakarta pusat tampak sebuah mobil memasuki halaman luas rumah itu. Wanita paruh baya bernama dokter Miranti itu turun dari sedan Mercy hitam dan langsung memasuki rumahnya. Wajah manis wanita paruh baya itu tampaknya menyimpan sebuah rasa kesal dalam hati. Sudah seminggu lamanya suami wanita itu belum pulang dari perjalanan bisnis keluar negeri. Sudah seminggu pula ia didera isu dari rekan sejawat suaminya tentang tingkah laku para pejabat dan pengusaha kalangan atas yang selalu memanfaatkan alasan perjalanan bisnis untuk mencari kepuasan seksual di luar rumah alias perselingkuhan. <br />
<br />
Wanita itu menghempaskan badannya ke tempat tidur empuk dalam ruangan luas itu. Ditekannya remote TV dan melihat program berita malam yang sedang dibacakan penyiar. Namun tak berselang lama setelah itu dilihatnya di TV itu seorang lelaki botak yang tak lain adalah suaminya sedang berada dalam sebuah pertemuan resmi antar pengusaha di Singapura. Namun yang membuat hati wanita itu panas adalah saat melihat suaminya merangkul seorang delegasi dagang Singapura yang masih muda dan cantik. Sejenak ia memandang tajam ke arah televisi besar itu lalu dengan gemas ia membanting remote TV itu ke lantai setelah mematikan TV-nya. <br />
"Ternyata apa yang digosipkan orang tentang suamiku benar terjadi, huh", seru wanita itu dengan hati dongkol. <br />
"Bangsaat..!", Teriaknya kemudian sambil meraih sebuah bantal guling dan menutupi mukanya. <br />
<br />
Tak seorangpun mendengar teriakan itu karena rumah besar itu dilengkapi peredam suara pada dindingnya, sehingga empat orang ...</b> </div><div><div> <b><br />
</b></div><div><div><b>...pembantu di rumah itu sama sekali tidak mengetahui kalau sang nyonya mereka sedang marah dan kesal. Ia menangis sejadi-jadinya, bayang-bayang suaminya yang berkencan dengan wanita muda dan cantik itu terus menghantui pikirannya. Hatinya semakin panas sampai ia tak sanggup menahan air matanya yang kini menetes di pipi. <br />
<br />
Tiga puluh menit ia menangis sejadi-jadinya, dipeluknya bantal guling itu dengan penuh rasa kesal sampai kemudian ia jatuh tertidur akibat kelelahan. Namun tak seberapa lama ia terkulai tiba-tiba ia terhenyak dan kembali menangis. Rupanya bayangan itu benar-benar merasuki pikirannya hingga dalam tidurnyapun ia masih membayangkan hal itu. Sejenak ia kemudian berdiri dan melangkah keluar kamar tidur itu menuju sebuah ruangan kecil di samping kamar tidurnya, ia menyalakan lampu dan langsung menuju tumpukan obat yang memenuhi sebagian ruangan yang mirip apotik keluarga. Disambarnya tas dokter yang ada di situ lalu membuka sebuah bungkusan pil penenang yang biasa diberikannya pada pasien yang panik. Ditelannya pil itu lalu meminum segelas air. <br />
<br />
Beberapa saat kemudian ia menjadi tenang kemudian ia menuju ke ruangan kerjanya yang tampak begitu lengkap. Di sana ia membuka beberapa buku, namun bebarapa lamanya kemudian wanita itu kembali beranjak menuju kamar tidurnya. Wajahnya kini kembali cerah, seberkas senyuman terlihat dari bibirnya yang sensual. Ia duduk di depan meja rias dengan cermin besar, hatinya terus berbicara. <br />
"Masa sih aku harus mengalah terus, kalau bangsat itu bisa berselingkuh kenapa aku tidak", benaknya sambil menatap dirinya sendiri di cermin itu. Satu-persatu di lepasnya kancing baju kerja yang sedari tadi belum dilepasnya itu, ia tersenyum melihat keindahan tubuhnya sendiri. Bagian atas tubuhnya yang dilapisi baju dalam putih berenda itu memang tampak sangat mempesona. Meski umurnya kini sudah mencapai empat puluh tahun, namun tubuh itu jelas akan membuat lelaki tergiur untuk menyentuhnya. <br />
<br />
Kini ia mulai melepaskan baju dalam itu hingga bagian atas tubuhnya kini terbuka dan hanya dilapisi BH. Perlahan ia berdiri dan memutar seperti memamerkan tubuhnya yang bahenol itu. Buah dadanya yang besar dan tampak menantang itu diremasnya sendiri sambil mendongak membayangkan dirinya sedang bercinta dengan seorang lelaki. Kulitnya yang putih mulus dan bersih itu tampak tak kalah mempesonakan. <br />
<br />
"Kalau bangsat itu bisa mendapat wanita muda belia, kurasa tubuh dan wajahku lebih dari cukup untuk memikat lelaki muda", gumamnya lagi. <br />
"Akan kumulai sekarang juga, tapi..", tiba-tiba pikirannya terhenti. <br />
"Selama ini aku tak pernah mengenal dunia itu, siapakah yang akan kucari? hmm..". <br />
<br />
Tangannya meraih tas kerja di atas mejanyanya, dibongkarnya isi tas itu dan menemukan beberapa kartu nama, sejenak ia memperhatikannya. <br />
"Dokter Felix, lelaki ini doyan nyeleweng tapi apa aku bisa meraih kepuasan darinya? Lelaki itu lebih tua dariku", katanya dalam hati sambil menyisihkan kartu nama rekan dokternya itu. <br />
"Basuki Hermawan, ah..., pejabat pajak yang korup, aku jijik pada orang seperti ini", ia merobek kartu nama itu. <br />
"Oh ya..., pemuda itu, yah..., pemuda itu, siapakah namanya, Dodi?.., oh bukan. Doni?.., oh bukan juga, ah di mana sih aku taruh kartu namanya..", ia sibuk mencari, sampai-sampai semua isi tak kerja itu dikeluarkannya namun belum juga ia temukan. <br />
"Bangsat! Aku lupa di mana menaruhnya", sejenak ia berhenti mencari dan berpikir keras untuk mencoba mengingat di mana kartu nama pemuda gagah berumur dua puluh limaan itu. Ia begitu menyukai wajah pemuda yang tampak polos dan cerdas itu. Ia sudah terbayang betapa bahagianya jika pemuda itu mau diajak berselingkuh. <br />
<br />
"Ahaa! Ketemu juga kau!", katanya setengah berteriak saat melihat kartu nama dengan logo Hilton International. Ia beranjak berdiri dan meraih hand phone, sejenak kemudian ia sudah tampak berbicara. <br />
"Halo, dengan Edo..., maaf Bapak Edo?". <br />
"Ya benar, saya Edo tapi bukan Bapak Edo, anda siapa", terdengar suara ramah di seberang. <br />
"Ah maaf..., Edo, saya Dokter Miranti, kamu masih ingat? Kita ketemu di Rest Room hotel Hilton International tadi siang". <br />
"Oooh, Bu dokter, tentu dong saya ingat. Masa sih saya lupa sama Bu dokter idola saya yang cantik". <br />
"Eh kamu bisa saja, Do". <br />
"Gimana Bu, ada yang bisa saya bantu?", tanya Edo beberapa saat setelah itu. <br />
"Aku ingin membicarakan tentang seminar minggu depan untuk mempersiapkan akomodasinya, untuk itu sepertinya kita perlu berbicara". <br />
"No problem, Bu. Kapan ibu ada waktu". <br />
"Lho kok jadi nanya aku, ya kapan kamu luang aja dong". <br />
"Nggak apa-apa Bu, untuk orang seperti ibu saya selalu siap, gimana kalau besok kita makan siang bersama". <br />
"Hmm..., rasanya aku besok ada operasi di rumah sakit. Gimana kalau sekarang saja, kita makan malam". <br />
"Wah kebetulan Bu, saya memang lagi lapar. baiklah kalau begitu, saya jemput ibu". <br />
"Oohh nggak usah, biar ibu saja yang jemput kamu, kamu di mana?". <br />
"wah jadi ngerepotin dong, tapi oke-lah. Saya tunggu saja di Resto Hilton, okay?". <br />
"Baik kalau begitu dalam sepuluh menit saya datang", kata wanita itu mengakhiri percakapannya. <br />
<br />
Lalu dengan tergesa-gesa ia mengganti pakaian yang dikenakannya dengan gaun terusan dengan belahan di tengah dada. Dengan gesit ia merias wajah dan tubuh yang masih ...</b> </div></div><b> ...tampak menawan itu hingga tak seberapa lama kemudian ia sudah tampak anggun. <br />
"Mbok..!", ia berteriak memanggil pembantu. <br />
"Dalem..., Nyaah!", sahut seorang yang tiba-tiba muncul dari arah dapur. <br />
"Malam ini ibu ndak makan di rumah, nanti kalau tuan nelpon bilang saja ibu ada operasi di rumah sakit". <br />
"Baik, Nyah..", sahut pembantunya mengangguk. <br />
Sang dokter itupun berlalu meninggalkan rumahnya tanpa diantar oleh sopir. <br />
<br />
Kini sang dokter telah tampak menyantap hidangan makan malam itu bersama pemuda tampan bernama Edo yang berumur jauh di bawahnya. Maksud wanita itu untuk mengencani Edo tidak dikatakannya langsung. Mereka mula-mula hanya membicarakan perihal kontrak kerja antara kantor sang dokter dan hotel tempat Edo bekerja. Namun hal itu tidak berlangsung lama, dua puluh menit kemudian mereka telah mengalihkan pembicaraan ke arah pribadi. <br />
<br />
"Maaf lho, Do. Kamu sudah punya pacar?", tanya sang dokter. <br />
"Dulu pernah punya tapi...", Edo tak melanjutkan kalimatnya. <br />
"Tapi kenapa, Do?", sergah wanita itu. <br />
"Dia kawin duluan, ah..., Emang bukan nasib saya deh, dia kawin sama seorang om-om senang yang cuma menyenangi tubuhnya. Namanya Rani..". <br />
"Maaf kalau ibu sampai membuat kamu ingat sama masa lalu". <br />
"Nggak apa-apa kok, Bu. Toh saya sudah lupa sama dia, buat apa cari pacar atau istri yang mata duitan". <br />
"Sukurlah kalau begitu, trus sekarang gimana perasaan kamu". <br />
"Maksud ibu?". <br />
"Perasaan kamu yang dikhianati, apa kamu masih dendam?", tanya sang dokter seperti merasa ingin tahu. <br />
"Sama si Rani sih nggak marah lagi, tapi sampai sekarang saya masih dendam kesumat sama om-om atau pejabat pemerintah yang seperti itu", jelas Edo pada wanita itu sembari menatapnya. <br />
<br />
Sejenak keduanya bertemu pandang, Edo merasakan sebuah perasaan aneh mendesir dadanya. Hanya beberapa detik saja keduanya saling memandang sampai Edo tersadar siapa yang sedang dihadapinya. <br />
"Ah, ma.., ma.., maaf, Bu. Bicara saya jadi ngawur", kata pemuda itu terpatah-patah."Oh nggak..., nggak apa-apa kok, Do. Aku juga punya problem yang serupa dengan kamu", jawab wanita itu sambil kemudian mulai menceritakan masalah pribadi dalam keluarganya. Ia yang kini sudah memiliki dua anak yang bersekolah di Amerika itu sedang mengalami masalah yang cukup berat dalam rumah tangganya. Dengan penuh emosi ia menceritakan masalahnya dengan suaminya yang seorang pejabat pemerintah sekaligus pengusaha terkenal itu. <br />
"Berkali-kali aku mendengar cerita tentang kebejatan moralnya, ia pernah menghamili sekertarisnya di kantor, lalu wanita itu ia pecat begitu saja dan membayar seorang satpam untuk mengawini gadis itu guna menutupi aibnya. Dasar lelaki bangsat", ceritanya pada Edo. <br />
"Sekarang dia sudah berhubungan lagi dengan seorang wanita pengusaha di luar negeri. Baru tadi aku melihatnya bersama dalam sebuah berita di TV", lanjut wanita itu dengan raut muka yang sedih. <br />
"Sabar, Bu. Mungkin suatu saat dia akan sadar. Masa sih dia nggak sadar kalau memiliki istri secantik ibu", ujar Edo mencoba menghiburnya. <br />
"Aku sudah bosan bersabar terus, hatiku hancur, Do. Kamu sudah tahu kan gimana rasanya dikhianati? Dibohongi?", sengitnya sambil menatap pemuda itu dengan tatapan aneh. Wanita itu seperti ingin mengatakan sesuatu pada Edo. <br />
<br />
Beberapa menit keadaan menjadi vacum. Mereka saling menatap penuh misteri. Dada Edo mendesir mendapat tatapan seperti itu, pikirannya bertanya-tanya. <br />
"Ada apa ini?", gumamnya dalam hati. Namun belum sempat ia menerka apa arti tatapan itu, tangannya tiba-tiba merasakan sesuatu yang lembut menyentuh, ia terhenyak dalam hati. Desiran dadanya kini berubah menjadi getaran keras di jantungnya. Namun belum sempat ia bereaksi atas semua itu tangan sang dokter itu telah meremas telapak tangan Edo dengan mesra. Kini ia menatap wanita itu, dokter Miranti memberinya senyuman, masih misteri. <br />
<br />
"Edo...., kamu dan aku memiliki masalah yang saling berkaitan", katanya perlahan. <br />
"Ma..., maksud ibu?", Edo tergagap. <br />
"Kehidupan cinta kamu dirusakkan oleh generasi seumurku, dan rumah tanggaku rusak oleh kehidupan bejat suamiku. Kita sama-sama memiliki beban ingatan yang menyakitkan dengan musuh yang sama". <br />
"lalu?". <br />
"Kenapa tak kamu lampiaskan dendam itu padaku?". <br />
"Maksud ibu?", Edo semakin tak mengerti. <br />
"Aku dendam pada suamiku dan kaum mereka, dan kau punya dendam pada para pejabat yang telah mengecewakanmu. Kini kau menemukan aku, lampiaskan itu. Kalau mereka bisa menggauli generasimu mengapa kamu nggak menggauli kaum mereka? Aku istri pejabat, dan aku juga dikecewakan oleh mereka". <br />
"Saya masih belum mengerti, Bu". <br />
<br />
"Maksudku, hmm..., kenapa kita tidak menjalin hubungan yang lebih dekat lagi", jelas wanita itu. <br />
<br />
Edo semakin penasaran, ia memberanikan dirinya bertanya, "Maksud ibu..., mm..., ki..., ki..., kita berselingkuh?", ia berkata sambil memberanikan dirinya menatap wanita paruh baya itu. <br />
"Yah..., kita menjalin hubungan cinta", jawab dokter Miranti enteng. <br />
"Tapi ibu wanita bersuami, ibu punya keluarga". <br />
"Ya..., tapi sudah hancur, tak ada harapan lagi. Kalau suamiku bisa mencicipi gadis muda, kenapa aku tidak bisa?", lanjutnya semakin berani, ia bahkan merangkul ...</b> </div><div><div><div><b>...pundak pemuda itu. Edo hanya terpaku. <br />
"Ta..., tapi, Bu...". <br />
"Seumur perkawinanku, aku hanya merasakan derita, Do. Aku ingin kejantanan sejati dari seorang pria. Dan pria itu adalah kamu, Do", lalu ia beranjak dari tempat duduknya mendekati Edo. Dengan mesra diberinya pemuda itu sebuah kecupan. Edo masih tak bereaksi, ia seperti tak mempercayai kejadian itu. <br />
"Apakah saya mimpi?", katanya konyol. <br />
"Tidak, Do. Kamu nggak mimpi, ini aku, Dokter Miranti yang kamu kagumi". <br />
"Tapi, Bu.., ibu sudah bersuami". <br />
"Tolong jangan katakan itu lagi Edo". <br />
<br />
Kemudian keduanya terpaku lama, sesekali saling menatap. Pikiran Edo berkecamuk keras, ia tak tahu harus berkata apa lagi. Sebenarnya ia begitu gembira, tak pernah ia bermimpi apapun. Namun ia masih merasa ragu. <br />
"Apakah segampang ini?", gumamnya dalam hati. <br />
"Cantik sekali dokter ini, biarpun umurnya jauh lebih tua dariku tapi oh tubuh dan wajahnya begitu menggiurkan, sudah lama aku memimpikan bercinta dengan wanita istri pejabat seperti dia. Tapi...", hatinya bertanya-tanya. Sementara suasana vacum itu berlangsung begitu lama. Kini mereka duduk dalam posisi saling bersentuhan. Baru sekitar tiga puluh menit kemudian dokter Miranti tiba-tiba berdiri. <br />
<br />
"Do, saya ingin ngobrol lebih banyak lagi, tapi nggak di sini, kamu temui saya di Hotel Hyatt. Saya akan memesan kamar di situ. Selamat malam", serunya kemudian berlalu meninggalkan Edo yang masih terpaku. <br />
Pemuda itu masih terlihat melamun sampai seorang pelayan restoran datang menyapanya. <br />
"Pak Edo, bapak mau pesan lagi?". <br />
"Eh..., oh nggak..., nggak, aduh saya kok ngelamun", jawabnya tergagap mengetahui dirinya hanya terduduk sendiri. <br />
"Teman Bapak sudah tiga puluh menit yang lalu pergi dari sini", kata pelayan itu. <br />
"Oh ya?", sahut Edo seperti orang bodoh. Pelayan itu mengangkat bahunya sambil berlalu. <br />
"Eh..., billnya!", panggil Edo. <br />
"Sudah dibayar oleh teman Bapak", jawab pelayan itu singkat. <br />
<br />
Kini Edo semakin bingung, ia masih merasakan getaran di dadanya. Antara percaya dan tidak. Ia kemudian melangkah ke lift dan turun ke tempat parkir. Hanya satu kalimat dokter Miranti yang kini masih terngiang di telinganya. Hotel Grand Hyatt! <br />
Dengan tergesa-gesa ia menuju ke arah mobilnya. Perjalanan ke hotel yang dimaksud wanita itu tak terasa olehnya, kini ia sudah sampai di depan pintu kamar yang ditanyakannya pada receptionis. Dengan gemetar ia menekan bel di pintu kamar itu, pikirannya masih berkecamuk bingung. <br />
<br />
"Masuk, Do", sambut dokter Miranti membuka pintu kamarnya. Edo masuk dan langsung menatap dokter Miranti yang kini telah mengenakan gaun tidur sutra yang tipis dan transparan. Ia masih tampak terpaku. <br />
"Do, ini memang hari pertemuan kita yang pertama tapi apakah salahnya kalau kita sama-sama saling membutuhkan", kata dokter Miranti membuka pembicaraan. <br />
"Cobalah realistis, Do. Kamu juga menginginkan ini kan?", lanjut wanita itu kemudian mendudukkan Edo di pinggir tempat tidur luas itu. <br />
Edo masih tampak bingung sampai sang dokter memberinya kecupan di bibirnya, ia merasakan seperti ada dorongan untuk membalasnya. <br />
"Oh..., Bu", desahnya sambil kemudian merangkul tubuh bongsor dokter Miranti. Dadanya masih bergetar saat merasakan kemesraan wanita itu. Dokter Miranti kemudian memegang pundaknya dan melucuti pakaian pemuda itu. Dengan perlahan Edo juga memberanikan diri melepas ikatan tali gaun tidur sutra yang dikenakan sang dokter. Begitu tampak buah dada dokter Miranti yang besar dan ranum itu, Edo terhenyak. <br />
"Oh..., indahnya susu wanita ini", gumamnya dalam hati sambil lalu meraba payudara besar yang masih dilapisi BH itu. Tangan kirinya berusaha melepaskan kancing BH di punggung dokter Miranti. Ia semakin terbelalak saat melihat bentuk buah dada yang kini telah tak berlapis lagi. Tanpa menunggu lagi nafsu pemuda itu bangkit dan ia segera meraih buah dada itu dan langsung mengecupnya. Dirasakannya kelembutan susu wanita cantik paruh baya itu dengan penuh perasaan, ia kini mulai menyedot puting susu itu bergiliran. <br />
<br />
"Ooohh..., Edo..., nikmat sayang...., mm sedot terus sayang ooohh, ibu sayang kamu, Do..., ooohh", desah dokter Miranti yang kini mendongak merasakan sentuhan lidah dan mulut Edo yang menggilir kedua puting susunya. Tangan wanita itupun mulai meraih batang kemaluan Edo yang sudah tegang sedari tadi, ia terhenyak merasakan besar dan panjangnya penis pemuda itu. <br />
"Ohh..., besarnya punya kamu, Do. Tangan ibu sampai nggak cukup menggenggamnya", seru dokter Miranti kegirangan. Ia kemudian mengocok-ngocokkan penis itu dengan tangannya sambil menikmati belaian lidah Edo di sekitar payudara dan lehernya. <br />
<br />
Kemaluan Edo yang besar dan panjang itu kini tegak berdiri bagai roket yang siap meluncur ke angkasa. Pemuda yang sebelumnya belum pernah melakukan hubungan seks itu semakin terhenyak mendapat sentuhan lembut pada penisnya yang kini tegang. Ia asyik sekali mengecupi sekujur tubuh wanita itu, Edo merasakan sesuatu yang sangat ia dambakan selama ini. Ia tak pernah membayangkan akan dapat menikmati hubungan seks dengan wanita yang sangat ia kagumi ini, ia yang sebelumnya bahkan hanya menonton film biru itu kini mempraktekkan semua yang ia lihat di dalamnya. Hatinya begitu gembira, sentuhan-sentuhan lembut dari tangan halus dokter Miranti membuatnya semakin terlena. <br />
<br />
Dengan mesra sekali wanita itu menuntun Edo untuk menikmati sekujur tubuhnya yang putih mulus itu. Dituntunnya tangan pemuda itu untuk membelai lembut buah dadanya, lalu bergerak ke bawah menuju perutnya dan berakhir di permukaan kemaluan wanita itu. Edo ...</b> </div></div><b> </b><div><div><b>...merasakan sesuatu yang lembut dan berbulu halus dengan belahan di tengahnya. Pemuda itu membelainya lembut sampai kemudian ia merasakan cairan licin membasahi permukaan kemaluan dokter Miranti. Ia menghentikan gerakannya sejenak, lalu dengan perlahan sang dokter membaringkan tubuhnya dan membuka pahanya lebar hingga daerah kemaluan yang basah itu terlihat seperti menantang Edo. Pemuda itu terbelalak sejenak sebelum kemudian bergerak menciumi daerah itu, jari tangan dokter Miranti kemudian menarik bibir kemaluannya menjadi semakin terbuka hingga menampakkan semua isi dalam dinding vaginanya. Edo semakin terangsang, dijilatinya semua yang dilihat di situ, sebuah benda sebesar biji kacang di antara dinding vagina itu ia sedot masuk ke dalam mulutnya. Hal itu membuat dokter Miranti menarik nafas panjang merasakan nikmat yang begitu hebat. <br />
<br />
"Ohh..., hmm..., Edo, sayang, ooohh", desahnya mengiringi bunyi ciplakan bibir Edo yang bermain di permukaan vaginanya. <br />
Dengan gemas Edo menjilati kemaluan itu, sementara dokter Miranti hanya bisa menjerit kecil menahan nikmat belaian lidah Edo. Ia hanya bisa meremas-remas sendiri payudaranya yang besar itu sambil sesekali menarik kecil rambut Edo. <br />
"Aduuuh sayang, ooohh nikmaat..., sayang..., oooh Edo..., ooohh pintarnya kamu sayang..., ooohh nikmatnya..., ooohh sedooot teruuusss..., ooohh enaakkk..., hmm..., ooohh", jeritnya terpatah-patah. <br />
<br />
Puas menikmati vagina itu, Edo kembali ke atas mengarahkan bibirnya kembali ke puting susu dokter Miranti. Sang dokterpun pasrah saja, ia membiarkan dirinya menikmati permainan Edo yang semakin buas saja. Daerah sekitar puting susunya tampak sudah kemerahan akibat sedotan mulut Edo. <br />
"ooohh, Edo sayang. Berikan penis kamu sama ibu sayang, ibu ingin mencicipinya", pinta wanita itu sambil beranjak bangun dan menggenggam kemaluan Edo. Tangannya tampak bahkan tak cukup untuk menggenggamnya, ukurannya yang super besar dan panjang membuat dokter Miranti seperti tak percaya pada apa yang dilihatnya. Wanita itu mulai mengulum penis Edo, mulutnya penuh sesak oleh kepala penis yang besar itu, hanya sebagian kecil saja kemaluan Edo yang bisa masuk ke mulutnya sementara sisanya ia kocok-kocokkan dengan telapak tangan yang ia lumuri air liurnya. Edo kini menikmati permainan itu. <br />
"Auuuhh..., Bu, ooohh..., enaakk aahh Bu dokter..., oooh nikmat sekali..., mm..., oooh enaknya..., ooohh..., ssstt..., aahh", desah pemuda itu mulai menikmatinya. <br />
<br />
Sesaat kemudian, Dokter Miranti melepaskan kemaluan yang besar itu lalu membaringkan dirinya kembali di pinggiran tempat tidur. Edo meraih kedua kaki wanita itu dan langsung menempatkan dirinya tepat di depan selangkangan dokter Miranti yang terbuka lebar. Dengan sangat perlahan Edo mengarahkan kemaluannya menuju liang vagina yang menganga itu dan, "Sreett.., bleeesss". <br />
"Aduuuhh..., aauuu Edooo..., sa.., sa.., sakiiittt..., vaginaku robeeek aahh..., sakiiit", teriak dokter Miranti merasakan vaginanya yang ternyata terlalu kecil untuk penis Edo yang super besar, ia merasakan vaginanya robek oleh terobosan penis Edo. Lebih dahsyat dari saat ia mengalami malam pertamanya. <br />
"Edo sayang, punya kamu besar sekali. Vaginaku rasanya robek do, main yang pelan aja ya, sayang?", pintanya lalu pada Edo. <br />
"Ouuuhh..., ba.., ba.., baik, Bu", jawab Edo yang tampak sudah merasa begitu nikmat dengan masuknya penis ke dalam vagina dokter Miranti. <br />
<br />
Kini dibelainya rambut sang dokter sambil menciumi pipinya yang halus dengan mesra. Pemuda itu mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vagina dokter Miranti dengan perlahan sekali sampai beberapa menit kemudian rasa sakit yang ada dalam vagina wanita itu berubah menjadi nikmat, barulah Edo mulai bergerak menggenjot tubuh wanita itu dengan agak cepat. Gerakan tubuh mereka saling membentur mempertemukan kedua kemaluan mereka. Nafsu birahi mereka tampak begitu membara dari gerakan yang semakin lama semakin menggairahkan, teriakan kecil kini telah berubah menjadi desah keras menahan nikmatnya hubungan seks itu. <br />
<br />
Keduanya tampak semakin bersemangat, saling menindih bergilir menggenjot untuk meraih tahap demi tahap kenikmatan seks itu. Edo yang baru pertama kali merasakan nikmatnya hubungan seks itu benar-benar menikmati keluar masuknya penis besar itu ke dalam liang vagina sang dokter yang semakin lama menjadi semakin licin akibat cairan kelamin yang muali melumasi dindingnya. Demikian pula halnya dengan dokter Miranti. Ia begitu tampak kian menikmati goyangan tubuh mereka, ukuran penis Edo yang super besar dan terasa merobek liang vaginanya itu kini menjadi sangat nikmat menggesek di dalamnya. Ia berteriak sejadi-jadinya, namun bukan lagi karena merasa sakit tapi untuk mengimbangi dahsyatnya kenikmatan dari penis pemuda itu. Tak pernah ia bayangkan akan dapat menemukan penis sebesar dan sepanjang milik Edo, penis suaminya yang bahkan ia tahu sering meminum obat untuk pembesar alat kelamin tak dapat dibandingkan dengan ukuran penis Edo. Baru pertama kali ini ia melihat ada kemaluan sebesar itu, panjang dan keras sekali. <br />
<br />
Bunyi teriakan nyaring bercampur decakan becek dari kedua alat kelamin mereka memenuhi ruangan luas di kamar suite hotel itu. Desahan mereka menahan kenikmatan itu semakin memacu gerakan mereka menjadi kian liar. <br />
"Ooohh..., ooohh..., ooohh..., enaak..., oooh..., enaknya bu..., ooohh nikmat sekali ooohh", desah Edo. <br />
"mm..., aahh..., goyang terus, Do..., ibu suka sama punya kamu, ooohh..., enaknya, sayang ooohh..., ibu sayang kamu Edo..., ooohh", balas dokter Miranti sambil terus mengimbangi genjotan tubuh pemuda itu dengan menggoyang pinggulnya. <br />
<br />
Lima belas menit lebih mereka melakukannya dengan posisi itu dimana Edo menindih tubuh sang dokter yang mengapit dengan ...</b> </div><div><b>...pahanya. Kini saatnya mereka ingin mengganti gaya. <br />
"Ouuuhh Edo sayang, ganti gaya yuuuk?", ajak sang dokter sambil menghentikan gerakannya. <br />
"Baik, Bu", jawab pemuda itu mengiyakan. <br />
"Kamu di bawah ya sayang? Ibu pingin goyang di atas tubuh kamu", katanya sambil menghentikan gerakan tubuh Edo, pemuda itu mengangguk sambil perlahan melepaskan penisnya dari jepitan vagina dokter Miranti. Kemudian ia duduk sejenak mengambil nafas sambil memandangi tubuh wanita itu. <br />
"uuuh, cantiknya wanita ini", ia bergumam dalam hati lalu berbaring menunggu dokter Miranti yang sudah siap menungganginya. <br />
<br />
Kini wanita itu berjongkok tepat di atas pinggang Edo, ia sejenak menggenggam kemaluan pemuda itu sebelum kemudian memasukkannya kembali ke dalam liang vaginanya dengan perlahan dan santai. Kembali ia mendesah merasakan penis itu masuk menembus dinding kemaluannya dan menerobos masuk sampai dasar liang vagina yang terasa sempit oleh Edo. <br />
"Ooouuuhh...", desahnya memulai gerakan menurun-naikkan pinggangnya di atas tubuh pemuda itu. <br />
Edo meraih payudara montok yang bergantungan di dada sang dokter, sesekali ia meraih puting susu itu dengan mulutnya dan menyedot-nyedot nikmat. <br />
<br />
Keduanya kembali terlibat adegan yang lebih seru lagi, dengan liar dokter Miranti menggoyang tubuh sesuka hati, ia tampak seperti kuda betina yang benar-benar haus seks. Ia yang baru kali ini menikmati hubungan seks dengan lelaki selain suaminya itu benar-benar tampak bergairah, ditambah dengan ukuran kemaluan Edo yang super besar dan panjang membuatnya menjadi begitu senang. Dengan sepenuh hati ia raih kenikmatan itu detik demi detik. Tak semili meterpun ia lewatkan kenikmatan penis Edo yang menggesek dinding dalam kemaluannya. Ia semakin berteriak sejadi-jadinya. <br />
"Aahh..., ooohh..., aahh..., ooohh..., ooohh..., enaak..., ooohh..., nikmaatt..., sekali..., Edo sayaanngg..., ooohh Edo..., Do..., enaak sayang ooohh", teriaknya tak karuan dengan gerakan liar di atas tubuh pemuda itu sembari menyebut nama Edo. Ia begitu menyukai pemuda itu. <br />
"Ooohh Bu dokter..., ooohh..., ibu juga pintar mainnya..., ooohh, Bu dokter cantik sekali", balas Edo. <br />
"Remas susu ibu, Do. ooohh..., sedot putingnya sayang..., ooohh pintarnya kamu, oooh..., ibu senang sama punya kamu, ooohh..., nikmatnya sayang, ooohh..., panjang sekali, ooohh..., enaak", lanjut sang dokter dengan gerakan yang semakin liar. Edo mengimbangi gerakan itu dengan mengangkat-angkat pantatnya ke arah pangkal paha dokter Miranti yang mengapitnya itu. Ia terus menghujani daerah dada sang dokter yang tampak begitu disenanginya, puting susu itupun menjadi kemerahan akibat sedotan mulut Edo yang bertubi-tubi. <br />
<br />
Namun beberapa saat kemudian sang dokter tampak tak dapat lagi menahan rasa nikmat dari penis pemuda itu. Ia yang selama dua puluh menit menikmati permainan itu dengan garang, kini mengalami ejakulasi yang begitu hebat. Gerakannya berubah semakin cepat dan liar, diremasnya sendiri buah dada montoknya sambil lebih keras lagi menghempaskan pangkal selangkangannya pada penis Edo hingga sekitar dua menit berlalu ia berteriak panjang sebelum kemudian menghentikan gerakannya dan memeluk tubuh pemuda itu. <br />
"Ooohh..., ooohh..., aauu, aku keluarr..., Edo..., aahh..., aah..., aku, nggak kuat lagi aku..., Do..., ooohh..., enaaknya..., sayang, ooohh..., Edo sayang..., hhuuuh..., ibu nggak tahan lagi", jeritnya panjang sambil memeluk erat tubuh Edo, cairan kelamin dalam rahimnya muncrat memenuhi liang vagina di mana penis Edo masih tegang dan keras. <br />
<br />
"Ooohh nikmat bu..., ooohh punya ibu tambah licin dan nikmat..., ooohh..., nikmat Bu dokter, ooohh..., semakin nikmat sekali Bu dokter, ooohh..., enaak, mm..., ooohh..., uuuhh..., ooohh..., ooohh, nikmat sekali..., uuuhh..., Bu dokter cantik..., aauuuhh..., ssshh nikmat bu", desah Edo merasakan kenikmatan dalam liang vagina sang dokter yang tengah mengalami ejakulasi, vagina itu terasa makin menjepit penisnya yang terus saja menggesek dinding vagina itu. Kepala penisnya yang berada jauh di dalam liang vagina wanita itu merasakan cairan hangat menyembur dan membuat liang vagina sang dokter terasa semakin nikmat dan licin. <br />
<br />
Pemuda itu membalas pelukan dokter Miranti yang tampak sudah tak sanggup lagi menggoyang tubuhnya di atas tubuh Edo. Sejenak gerakan mereka terhenti meski Edo sedikit kecewa karena saat itu ia rasakan vagina sang dokter sangat nikmat. Ia berusaha menahan birahinya yang masih saja membara dengan memberi ciuman mesra pada wanita cantik itu. <br />
"Oh Edo sayang, kamu kuat sekali mainnya sayang, aku puas sekali, ibu betul-betul merasa seperti berada di tempat yang paling indah dengan sejuta kenikmatan cinta. Kamu betul-betul jago", katanya pada Edo sambil memandang wajah pemuda itu tepat di depan matanya, dipeluknya erat pinggang Edo untuk menahan goyangan penis di selangkangannya. <br />
<br />
Sejenak Dokter Miranti beristirahat di pelukan pemuda itu, ia terus memuji kekuatan dan kejantanan Edo yang sebelumnya belum pernah ia dapatkan sekalipun dari suaminya. Matanya melirik ke arah jam dinding di kamar itu. <br />
"Edo..", sapanya memecah keheningan sesaat itu. <br />
"Ya, bu?", jawab Edo sambil terus memberi kecupan pada pipi dan muka sang dokter yang begitu ia senangi. <br />
"Sudah satu jam lamanya kita bermain, kamu hebat sekali, Do", lanjutnya terheran-heran. <br />
"Saya baru sekali ini melakukannya, Bu", jawab Edo. <br />
"Ah masa sih, bohong kamu, ...</b> </div><div><div> <b><br />
</b></div><div><div><b>...Do", sergah dokter Miranti sambil membalas ciuman Edo di bibirnya. <br />
"Benar kok, Bu. Sumpah saya baru kali ini yang pertama kalinya", Edo bersikeras. <br />
"Tapi kamu mainnya kok hebat banget? Dari mana kamu tahu gaya-gaya yang tadi kita lakukan", lanjut sang dokter tak percaya. <br />
"Saya hanya menonton film, Bu", jawab pemuda itu. <br />
<br />
Beberapa menit mereka ngobrol diselingi canda dan cumbuan mesra yang membuat birahi sang dokter bangkit untuk mengulangi permainannya. Dirasakannya dinding vagina yang tadinya merasa geli saat mengalami ejakulasi itu mulai terangsang lagi. Edopun merasakan gejala itu dari denyutan vagina sang dokter. Edo melepaskan pelukannya, lalu menempatkan diri tepat di belakang punggung sang dokter, tangannya nenuntun penis besar itu ke arah permukaan lubang kemaluan dokter Miranti yang hanya pasrah membiarkannya mengatur gaya sesuka hati. Pemuda itu kini berada tepat di belakang menempel di punggung sang dokter, lalu perlahan sekali ia memasukkan penis besarnya ke dalam liang sang dokter dari arah belakang pantatnya. <br />
<br />
"Ooohh, pintarnya kamu Edo..., oooh ibu suka gaya ini, mm..., goyang teruuuss..., aahh, nikmat do, ooohh..., sampai pangkalnya terusss, ooohh..., enaak..tarik lagi sayang ooohh, masukin lagii ooohh, sampai pangkal nya Edo..., ooohh, sayang nikmat sekali, ooohh..., oohh Edo..., ooohh..., mm..., Edo..., sayang", desah sang dokter begitu merasakannya, atas bawah tubuhnya merasakan kenikmatan itu dengan sangat sempurna. Tangan Edo meremas susunya sementara penis pemuda itu tampak jelas keluar masuk liang vaginanya. Keduanya kembali terlihat bergoyang mesra meraih detik demi detik kenikmatan dari setiap gerakan yang mereka lakukan. Demikian juga dengan Edo yang menggoyang dari arah belakang itu, ia terus meremas payudara montok sang dokter sambil memandang wajah cantik yang membuatnya semakin bergairah. Kecantikan Dokter Miranti yang sangat menawan itu benar-benar membuat gairah bercinta Edo semakin membara. Dengan sepenuh hati digoyangnya tubuh bahenol dan putih mulus itu sampai-sampai suara decakan pertemuan antara pangkal pahanya dan pantat besar sang dokter terdengar keras mengiringi desahan mulut mereka yang terus mengoceh tak karuan menikmati hebatnya rasa dari permainan itu. <br />
<br />
Sekitar dua puluh menit berlalu tampak kedua insan itu sudah tak dapat menahan lagi rasa nikmat dari permainan mereka hingga kini keduanya semakin berteriak keras sejadi-jadinya. Tampaknya mereka ingin segera menyelesaikan permainannya secara bersamaan. <br />
"Huuuh..., ooohh..., ooohh..., aahh..., ooohh..., nikmat sekali Do, goyang lagi sayang, ooohh..., ibu mau keluar sebentar lagi sayang, ooohh..., goyang yang keras lagi sayang, ooohh..., enaknya penis kamu, ooohh..., ibu nggak kuat lagi oooh", jerit dokter Miranti. <br />
"Uuuhh..., aahh..., ooohh, mm..., aah..., saya juga mau keluar Bu, ooohh..., dokter Miranti sayaang, ooohh..., mm..., enaakk sekali, ooohh..., ooohh, dokter sayang, ooohh..., dokter cantik, ooohh..., enaakk..., dokter dokter sayang, ooohh..., vagina dokter juga nikmat sekali, oooh", teriak Edo juga. <br />
"Ooohh enaknya sayang, ooohh..., pintar kamu sanyang, ooohh..., kocok terus, oooh..., genjot yang keraass, ooohh". <br />
"Ooohh dokter, susunya..., ooohh..., saya mau sedot, ooohh", Edo meraih susu sang dokter lalu menyedotnya dari arah samping. <br />
"Oooh Edo pintarnya kamu sayang, ooohh..., nikmatnya, ooohh..., ibu sebentar lagi keluar sayang, ooohh..., keluarin samaan yah, ooohh", ajak sang dokter. <br />
"Saya juga mau keluar Bu, yah kita samaan Bu dokter, ooohh..., vagina ibu nikmat sekali, ooohh..., mm..., enaknya, ooohh", teriak Edo sambil mempercepat lagi gerakannya. <br />
<br />
Namun beberapa saat kemudian dokter Miranti berteriak panjang mengakhiri permainannya. <br />
"Aauuuwww..., ooohh..., Edooo, ibu nggak tahan lagiii..., keluaar..., aauhh nikmatnya sayang, ooohh", jeritnya panjang sambil membiarkan cairan kelaminnya kembali menyembur ke arah penis Edo yang masih menggenjot dalam liang kemaluannya. Edo merasakan gejala itu lalu berusaha sekuat tenaga untuk membuat dirinya keluar juga, beberapa saat ia merasakan vagina sang dokter menjepit kemaluannya keras diiringi semburan cairan mani yang deras ke arah penisnya. Dan beberapa saat kemudian ia akhirnya berteriak panjang meraih klimaks permainan. <br />
"Ooohh..., aahh..., oooww...,aahh, dokter..., Miranti..., sayyaang..., oooh..., enaak sekalii..., ooohh saya juga keluaarr, ooohh", jeritnya panjang sesaat setelah sang dokter mengakhiri teriakannya. <br />
"Edo sayang, ooohh..., jangan di dalam sayang, ooohh..., ibu nggak pakai alat kontrasepsi, ooohh..., sini keluarin di luar Edo, sayang berikan pada ibu, oooh..., enaknya, cabut sayang. Semprotkan ke Ibu, ooohh", pintanya sembari merasakan nikmatnya denyutan penis Edo. Ia baru sadar dirinya tak memakai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Didorongnya tubuh Edo sambil meraih batang penis yang sedang meraih puncak kenikmatan itu. <br />
<br />
Kemudian pemuda itu mencabut penisnya dengan tergesa-gesa dari liang kemaluan sang dokter dan, "Cropp bresss..., crooottt.., crooott.., creeess", cairan kelamin Edo menyembur ke arah wajah sang dokter. Edo berdiri mengangkang di atas tubuhnya dan menyemburkan air maninya yang sangat deras dan banyak ke arah badan dan muka sang dokter. Sebagian cairan itu bahkan masuk ke mulut sang dokter. <br />
"Ohh..., sayang,terus ooohh..., berikan pada ibu, ooohh..., hmm..., nyam..., enaknya, ooohh..., semprotkan pada ibu, ooohh..., ibu ingin meminumnya Edo, ...</b> </div><div><div><div><b>...ooohh..., enaakkknya sayang, oooh..., lezat sekali", jerit wanita itu kegirangan sambil menelan habis cairan mani pemuda itu ke dalam mulutnya, bahkan belum puas dengan itu ia kembali meraih batang penis Edo dan menyedot keras batang kemaluannya dan menelan habis sisa-sisa cairan itu hingga Edo merasakan semua cairannya habis. <br />
<br />
"Ooohh Bu dokter, ooohh dokter, saya puas sekali bu", kata Edo sembari merangkul tubuh sang dokter dan kembali berbaring di tempat tidur. <br />
"Kamu kuat sekali Edo, sanggup membuat ibu keluar sampai dua kali, kamu benar-benar hebat dan pintar mainnya, ibu suka sekali sama kamu. Nggak pernah sebelumnya ibu merasakan kenikmatan seperti ini dengan suami ibu. Dia bahkan tak ada apa-apanya dibanding kamu", seru sang dokter pada Edo sambil mencium dada pemuda itu. <br />
<br />
"Saya juga benar-benar puas sekali, Bu. Ibu memberikan kenikmatan yang nggak pernah saya rasakan sebelumnya. Sekarang saya tahu bagaimana nikmatnya bercinta", jawab Edo sekenanya sambil membalas ciuman dokter Miranti. Tangannya membelai halus permukaan buah dada sang dokter dan memilin-milin putingnya yang lembut. <br />
"Tapi apakah ibu tidak merasa berdosa pada suami Ibu, kita sedang berselingkuh dan ibu punya keluarga", sergah Edo sambil menatap wajah manis dokter Miranti. <br />
"Apakah aku harus setia sampai mati sementara dia sekarang mungkin sedang asyik menikmati tubuh wanita-wanita lain?". <br />
"Benarkah?". <br />
"Aku pernah melihatnya sendiri, Do. Waktu itu kami sedang berlibur di Singapura bersama kedua anakku", lanjut sang dokter memulai ceritanya pada Edo. <br />
<br />
Edo hanya terdiam mendengar cerita dokter Miranti. Ia menceritakan bagaimana suaminya memperkosa seorang pelayan hotel tempat mereka menginap waktu ia dan anak-anaknya sedang berenang di kolam hotel itu. Betapa terkejutnya ia saat menemukan sang pelayan keluar dari kamarnya sambil menangis histeris dan terisak menceritakan semuanya pada manajer hotel itu dan dirinya sendiri. <br />
"Kamu bisa bayangkan, Do. Betapa malunya ibu, sudah bertahan-tahun kami hidup bersama, dengan dua orang anak, masih saja dia berbuat seperti itu, dasar lelaki kurang ajar, bangsat dia itu...", ceritanya pada Edo dengan muka sedih. <br />
"Maaf kalau saya mengungkap sisi buruk kehidupan ibu dan membuat ibu bersedih". <br />
"Tak apa, Do. Ini kenyataan kok". <br />
Dilihatnya sang dokter meneteskan air mata, "Saya tidak bermaksud menyinggung ibu, oh..", Edo berusaha menenangkan perasaannya, ia memeluk tubuh sang dokter dan memberinya beberapa belaian mesra. Tak disangkanya dibalik kecantikan wajah dan ketenaran sang dokter ternyata wanita itu memiliki masalah keluarga yang begitu rumit. <br />
"Tapi saya yakin dengan tubuh dan wajah ibu yang cantik ini ibu bisa dapatkan semua yang ibu inginkan, apalagi dengan permaian ibu yang begitu nikmat seperti yang baru saja saya rasakan, bu", Kata Edo menghibur sang dokter. <br />
"Ah kamu bisa aja, Do. Ibu kan sudah nggak muda lagi, umur ibu sekarang sudah empat puluh tiga tahun, lho?". <br />
"Tapi, Bu terus terang saja saya lebih senang bercinta dengan wanita dewasa seperti ibu. Saya suka sekali bentuk tubuh ibu yang bongsor ini", lanjut pemuda itu sambil memberikan ciuman di pipi sang dokter, ia mempererat pelukannya. <br />
"Kamu mau pacaran sama ibu?". <br />
"Kenurut ibu apa yang kita lakukan sekarang ini bukannya selingkuh?", tanya Edo. <br />
"Kamu benar suka sama ibu?". <br />
"Benar, Bu. Sumpah saya suka sama Ibu", Edo mengecup bibir wanita itu. <br />
"Oh Edo sayang, ibu juga suka sekali sama kamu. Jangan bosan yah, sayang?". <br />
"Nggak akan, bu. Ibu begitu cantik dan molek, masa sih saya mau bosan. Saya sama sekali tidak tertarik pada gadis remaja atau yang seumur. Ibu benar-benar sesuai seperti yang saya idam-idamkan selama ini. Saya selalu ingin bermain cinta dengan ibu-ibu istri pejabat. Tubuh dan goyang Bu dokter sudah membuat saya benar-benar puas". <br />
"Mulai sekarang kamu boleh minta ini kapan saja kamu mau, Do. Ibu akan berikan padamu", jawab sang dokter sambil meraba kemaluan Edo yang sudah tampak tertidur. <br />
"Terima kasih, Bu. Ibu juga boleh pakai saya kapan saja ibu suka". <br />
"Ibu sayang kamu, Do". <br />
"Saya juga, Bu. oooh dokter Miranti...", desah pemuda itu kemudian merasakan penisnya teremas tangan sang dokter. <br />
"Oooh Edo, sayang..", balas dokter Miranti menyebut namanya mesra. <br />
<br />
Kembali mereka saling berangkulan mesra, tangan mereka meraih kemaluan masing-masing dan berusaha membangkitkan nafsu untuk kembali bercinta. Edo meraih pantat sang dokter dengan tangan kirinya, mulutnya menyedot bibir merah sang dokter. "Oooh dokter Miranti, sayang..., ooohh", desah Edo merasakan penisnya yang mulai bangkit lagi merasakan remasan dan belaian lembut tangan sang dokter. Sementara tangan pemuda itu sendiri kini meraba permukaan kemaluan dokter Miranti yang mulai terasa basah lagi. <br />
"ooohh..., uuuhh Edo sayang..., nikmat.sayang, ooohh Edo..., Ibu pingin lagi, Do, ooohh..., kita main lagi sayang, ooohh", desah manja dan menggairahkan terdengar dari mulut dokter Miranti. <br />
"Uuuhh..., saya juga kepingin lagi Bu dokter, ooohh..., Ibu cantik sekali, oooh..., dokter Miranti sayang, ooohh..., remas terus penis saya Bu, ooohh". <br />
"Ibu suka penis kamu Do, bentuknya panjang dan besar sekali. ooouuuhh..., baru pertama ini ibu merasakan penis seperti ini", suara desah dokter miranti memuji ...</b> </div></div><b> ...kemaluan Edo. <br />
<br />
Begitu mereka tampak tak tahan lagi setelah melakukan pemanasan selama lima belas menit, lalu kembali keduanya terlibat permainan seks yang hebat sampai kira-kira pukul empat dini hari. Tak terasa oleh mereka waktu berlalu begitu cepat hingga membuat tenaga mereka terkuras habis. Dokter Miranti berhasil meraih kepuasan sebanyak empat kali sebelum kemudian Edo mengakhiri permainannya yang selalu lama dan membuat sang dokter kewalahan menghadapinya. Kejantanan pemuda itu memang tiada duanya. Ia mampu bertahan selama itu, tubuh sang dokter yang begitu membuatnya bernafsu itu digoyangnya dengan segala macam gaya yang ia pernah lihat dalam film porno. Semua di praktikkan Edo, dari 'doggie style' sampai 69 ia lakukan dengan penuh nafsu. Mereka benar-benar mengumbar nafsu birahi itu dengan bebas. Tak satupun tempat di ruangan itu yang terlewat, dari tempat tidur, kamar mandi, bathtub, meja kerja, toilet sampai meja makan dan sofa di ruangan itu menjadi tempat pelampiasan nafsu seks mereka yang membara. <br />
<br />
Akhirnya setelah melewati ronde demi ronde permainan itu mereka terkulai lemas saling mendekap setelah Edo mengalami ejakulasi bersamaan dengan orgasme dokter Miranti yang sudah empat kali itu. Dengan saling berpelukan mesra dan kemaluan Edo yang masih berada dalam liang vagina sang dokter, mereka tertidur pulas. <br />
<br />
Malam itu benar-benar menjadi malam yang sangat indah bagi keduanya. Edo yang baru pertama kali merasakan kehangatan tubuh wanita itu benar-benar merasa puas. Dokter Miranti telah memberinya sebuah kenikmatan yang selama ini sangat ia dambakan. Bertahun-tahun lamanya ia bermimpi untuk dapat meniduri istri pejabat seperti wanita ini, kini dokter Miranti datang dengan sejuta kenikmatan yang ia berikan. Semalam suntuk penuh ia lampiaskan nafsu birahinya yang telah terpendam sedemikian lama itu di tubuh sang dokter, ia lupa segalanya. Edo tak dapat mengingat sudah berapa kali ia buat sang dokter meronta merasakan klimaks dari hubungan seks itu. Cairan maninya terasa habis ia tumpahkan, sebagian di mulut sang dokter dan sebagian lagi disiramkan di sekujur tubuh wanita itu. <br />
<br />
Begitupun dengan dokter Miranti, baginya malam yang indah itu adalah malam pertama ia merasakan kenikmatan seksual yang sesungguhnya. Ia yang tak pernah sekalipun mengalami orgasme saat bermain dengan suaminya, kini merasakan sesuatu yang sangat hebat dan nikmat. Kemaluan Edo dengan ukuran super besar itu telah memberinya kenikmatan maha dahsyat yang takkan pernah ia lupakan. Belasan kali sudah Edo membuatnya meraih puncak kenikmatan senggama, tubuhnya seperti rontok menghadapi keperkasaan anak muda itu. Umur Edo yang separuh umurnya itu membuat suasana hatinya sangat bergairah. Bagaimana tidak, seorang pemuda tampan dan perkasa yang berumur jauh di bawahnya memberinya kenikmatan seks bagai seorang ksatria gagah perkasa. Ia sungguh-sungguh puas lahir batin sampai-sampai ia rasakan tubuhnya terkapar lemas dan tak mampu bergerak lagi, cairan kelaminnya yang terus mengucur tiada henti saat permainan cinta itu berlangsung membuat vaginanya terasa kering. Namun sekali lagi, ia merasa puas, sepuas-puasnya. <br />
<br />
Sejak saat itu, dokter Miranti menjalin hubungan gelap dengan dengan Edo. Kehidupan mereka kini penuh dengan kebahagiaan cinta yang mereka raih dari kencan-kencan rahasia yang selalu dilakukan kedua orang itu saat suami dokter Miranti tidak di rumah. Di hotel, di apartement Edo atau bahkan di rumah sang dokter mereka lakukan perselingkuhan yang selalu diwarnai oleh hubungan seks yang seru tak pernah mereka lewatkan. <br />
<br />
Terlampiaskan sudah nafsu seks dan dendam pada diri mereka masing-masing. Dokter Miranti tak lagi mempermasalahkan suaminya yang doyan perempuan itu. Ia bahkan tak pernah lagi mau melayani nafsu birahi suaminya dengan serius. Setiap kali lelaki itu memintanya untuk bercinta ia hanya melayaninya setengah hati. Tak ia hiraukan lagi apakah suaminya puas dengan permainan itu, ia hanya memberikan pelayanan sekedarnya sampai lelaki botak dan berperut besar itu mengeluarkan cairan kelaminnya dalam waktu singkat kurang dari tiga menit. Ingin rasanya dokter Miranti meludahi muka suaminya, lelaki tak tahu malu yang hanya mengandalkan uang dan kekuasaan. Yang dengan sewenang-wenang membeli kewanitaan orang dengan uangnya. Lelaki itu tak pernah menyangka bahwa istrinya telah jatuh ke tangan seorang pemuda perkasa yang jauh melebihi dirinya. Ia benar-benar tertipu. <br />
<br />
<br />
TAMAT</b> </div></div></div></div></div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-65977160909992084582010-03-21T15:18:00.000-07:002010-03-21T15:18:01.250-07:00suster shinta<b></b><div style="color: #351c75;"><div style="color: #cc0000;"><div><b><strong>suster shinta</strong></b></div><div><b><strong> </strong></b></div></div><div><b>Shinta adalah seorang dokter muda yang baru saja menamatkan pendidikan dokternya pada sebuah universitas ternama di Sumatera. Sebagaimana dokter baru ia harus menjalani masa ptt pada sebuah desa di daerah itu. Orang tua dan tunangannya keberatan jika Shinta melaksanakan ptt di daerah itu, selain jauh dari kotanya dan daerah itu <a name='more'></a>masih terbelakang dan terisolir. Orang tua Shinta sangat keberatan dan ia mengupayakan agar Shinta ditempatkan pada daerah yang dekat dan tidak terisolir itu. Upaya orang tuanya ini gagal karena telah menjadi keputusan instansi pusat dan tidak dapat di batalkan. <br />
<br />
Kekuatiran orang tua dan tunangannya amat beralasan, karena Shinta adalah masih muda dan belum mengetahui seluk beluk masyarakat desa itu, ditambah kerasnya kehidupan di desa yang terkenal dengan kebiasaan masyarakatnya yang primitif itu. Selain itu Shinta akan menikah dengan Rudi tunangannya beberapa bulan lagi. Memang Shinta dan Rudi telah lama pacaran dan kedua orang tua mereka merestui hubungan mereka. <br />
<br />
<br />
Shinta adalah seorang gadis yang masih berumur 24 tahun merupakan mahasiswa kedokteran yang memiliki kemampuan yang dapat dibanggakan, sehingga tdk heran ia dalam waktu yang singkat telah menamatkan kuliahnya. Selain itu ia berparas cantik, memiliki sosok yang membuat lawan jenisnya ingin mendapatkannya, namun hatinya telah jatuh kepada Rudi yang merupakan pria yang gigih mendapatkannya, hingga ia mau di pertunangkan dengan nya.Rudi adalah seorang pria yang telah memiliki kehidupan yang mapan pada sebuah BUMN di kota itu, selain itu ia anak dari sahabat ayah Shinta. Selama mereka pacaran hanya diisi dengan makan malam dan kadang nonton. Mereka berdua tidak pernah melakukan hal yang bertentanggan dengan adat dan agama, sebab masing-masing menyadari suatu saat akan mendapatkannya juga nantinya. <br />
<br />
Setelah melalui perjalanan yang melelahkan Shinta dengan diantar ayahnya dan Rudi didesa itu. Perjalanan dari kotanya memakan waktu selama 1 mhari perjalanan ditambah jalan yang amat rusak dan setapak. Didesa itu Shinta di sambut oleh perangkat desa itu dan kepala dusun. Dengan sedikit acara, barulah Shinta resmi bertugas. Lalu ayahnya dan Rudi pulang ke kota besoknya setelah mewanti-wanti Shinta untuk berhati-hati. <br />
<br />
<br />
Hari pertama ia bertugas Shinta dibantu oleh kader kesehatan yang bertugas penunjuk jalan. Shinta menempati salah satu rumah milik kepala dusun yang bernama pak Tanba. Pak Tanba amat disegani dan ia termasuk orang kaya didesa itu. Umurnya sekitar 67 tahun dan memiliki 3 orang istri. Pak inipun sering meminjamkan sepeda motornya kepada Shinta untuk tugas-tugasnya, kadang-kadang ia sendiri yang memboncengkan Shinta saat Shinta ingin ke desa sebelah. Bagi Shinta keberadaan Pak Tanba ini amat membantunya di saat ia hampir putus asa melihat lingkungan desa yang hanya terdiri dari hutan dan jalan yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor. <br />
<br />
Karena sering diantar kedesa desa lainnya, seringkali tanpa disadari oleh Shinta telah membuat paka Tanba menaruh rasa ingin memiliki dari diri paka Taba, apalagi jika dalam berboncengan seringkali dada Shinta yang montok itu bersentuhan dengan punggung paka Tanba. Sebagai laki-laki normal iapun merasakan ingin yang lebih jauh lagi. Shinta merasa ia tak bisa bertugas jika tanpa dibantu pak Tanba. <br />
<br />
Suatu hari saat pulang dari desa tetangga, mereka kehujanan dan hari saat itu hujan turun dengan derasnya.Lalu dengan buru-buru pak Tanba mempercepat kendaraannya , secara otomatis Shinta memegang pinggang pak Taba dengan erat dan dalam suasana itu pak Tanba dapat merasakan kehangatan dan sentuhan dada Shinta dengan nyata. Lalu mereka sampai di kediaman Shinta yang merupakan juga rumah milik pak Tanba. Sesampai didalam rumah, Shinta masuk kekamar dan mengganti pakaiannya dengan kimono handuk, sedang pak tanba ia pinjami handuk untuk ganti pakainan yang basah itu. <br />
<br />
Saat Shinta berganti pakaian tadi pak Tanba mengintipnya dari celah pintu kamar itu. Jakunnya naik turun karena melihat kehalusan dan kemulusan kulit tubuh Shinta seluruhnya. Dengan langkah pasti ia duduk di ruang tengah rumah itu karena diluar hari hujan. <br />
"Wah, hujannya deras sekali pak." kata Shinta, <br />
"Bagaimana jika nginap disini saja pak." <br />
"Ooooo.. terima kasih bu. Kalau hujan reda saya akan pulang..." terang pak Tanba. <br />
"Baiklah pak..." jawab Shinta. <br />
Lalu Shinta kedapur dan membuatkan kopi untuk pak Tanba. <br />
"Pak, ini kopinya ..". <br />
"Wah kopi... bisa begadang saya malam ini buk." <br />
"O.. ya.. pak .. apa perlu saya ganti dengan teh hanagat?" jawab Shinta. <br />
"Ohh... nggak usah buk.. ini juga nggak apa." timpal pak Taba, sambil memandang kearah Shinta. <br />
<br />
<br />
Hingga saat itu hujan belum reda dan paka Tanba terpaksa nginap di rumah itu. Shinta terus menemani paka Tanba ngobrol tentang pekerjaan hingga rencana ia akan menikah. Pak Tanba mendengarnya dengan penuh perhatian dan sesekali mencuri pandang dada Shinta. Shinta tak enak hati jika ia meninggalkan pak Tanba sendirian malam itu karena pak Taba telah banyak membantunya. ...</b> <div><div><b>...tanpa di sadari Shinta pak Tanba telah duduk disamping Shinta. <br />
"Bu... Shinta.., dingin ya buk.." kata pak Tanba. <br />
"Ya pak...," sahut Shinta.. dengan pasti pak Tanba, meraih tangan <br />
Shinta... <br />
"Ini buk, saya pegang tangan ibu ya.., biar dinginnya hilang...." bisik Pak Tanba. <br />
<br />
Shintapun membiarkan pak Tanba meraih tangannya, memang ada hawa hangat yang ia rasakan. Lalu pak Tanba melingkarkan tangannya di bahu Shinta dan mengelus balik telinga Shinta, padahal itulah daerah sensitif Shinta. Kepala Shinta lalu rebah di bahu pak Tanba dan seperti sepasang kekasih pak Tanba terus meransang daerah peka di tengkuk dan bahu Shinta. <br />
<br />
Shintapun meresapi usapan dan elusan lembut laki-laki yang seusia dengan ayahnya itu, matanya hanya merem melek. Mungkin karena suasana dan cuaca yang dingin membuat Shinta membiarkan tindakan Tanba itu. Pak Tanba lalu berdiri, dan menarik tangan Shinta hingga berdiri. Shinta menurut, lalu ia tuntun kekamar yang dan menyilahkan Shinta berbaring. <br />
<br />
"Bu, tampaknya ibu capai." kata pak Taba. <br />
"Ya pak.." kata Shinta. <br />
Pak Tanba keluar kamar dan mengunci pintu rumah itu dan memeriksa jendela, lalu ia masuk kekamar Shinta kembali sambil menguncinya dari dalam. Ia sudah tidak sabar ingin menggauli Shinta yang telah menjadi obsesinya selama ini malam itu. <br />
<br />
Pak Tanba berjalan kearah Shinta, yang saat itu duduk ditepian ranjang. <br />
"Pak.. koq di kunci?" tanya Shinta. <br />
"Biasalah bu, jika malam hujan begini kan biar hawa dingin nggak masuk..." timpal pak Taba. <br />
"Bagaimana bu apa masih Dingin?" tanyanya. <br />
"Iya pak..." angguk Shinta. <br />
<br />
"Baiklah buk bagaimana jika saya pijitin kepala ibu itu biar segar." kata pak Tanba <br />
"Silahkan pak..." jawab Shinta. <br />
Lalu Shinta duduk membelakangi pak Tanba dan pak Tanbapun naik ke ranjang itu dengan memijit kepala dan tengkuk Shinta. Padahal yang dilakukannya adalah meransang Shinta kembali untuk bisa mengusainya. Sebagai laki-laki berpengalaman tidaklah susah bagi Pak Taba untuk menaklukkan Shinta, yang ia tahu belum begitu tau tentang dunia sex dan laki-laki. <br />
<br />
Dengan gerakan lembut dan pasti usapan tangannya mulai dari tengkuk hingga balik telinga Shinta. <br />
Shinta ... menutup matanya menikmati setiap gerakan tangan pak Tanba. Dari dekat pak Tanba dapat merasakan dan menikmati kehalusan kulit Shinta. Beberapa saat lamanya pijitan Tanba itu telah turun ke punggung dan diluar kesadaran Shinta kimononya telah turun dari bahunya dan yang tinggal hanya Bh yang menutup payudaranya. Bh itupun dengan kelincahan tangan pak Tanba jatuh dan sempat dilihat pak taba bernomor 34b. Masih dari belakang gerakan tangan pak taba lalu meremas payudara Shinta. Shinta sadar dan menahan gerakan tangan Pak Tanba.. <br />
<br />
"Sudah pak..., jangan lagi pak..." sambil memakai kimononya kembali sedang bhnya telah terjatuh. <br />
<br />
Pak tanba kaget dan ia memandang mata Shinta, ada nafsu tertahan, namun ia harus mulai memasang strategi agar Shinta, kembali bisa ia kuasai. <br />
<br />
"Maaf bu.., kalau tadi saya lancang." kata pak Tanba. <br />
Shinta diam saja. Sedang saat itu pak Tanba hanya selangkah lagi bisa mengusai Shinta. Lalu pak Taba berjalan keluar dan ia tinggalkan Shinta. Kemudian ia balik lagi kekamar itu, dan duduk disamping Shinta, pakaian Shinta saat itu acak-acakan. <br />
<br />
"Bu..., apa ibu marah?" tanaynya. <br />
"Tidak pak tapi sayalah yang salah. Padahal selama saya pacaran dan tunangan belum pernah seperti ini." terang Shinta. <br />
Pak Tanba manggut-manggut mendengar perkataan Shinta. <br />
<br />
Cuaca malam itu tetap hujan deras dan dingin udara terus menusuk tulang, pak Tanba mengerti jika Shinta khawatir sebab ia masih perawan, namun tekadnya sudah bulat bahwa malam itu Shinta harus bisa ia gauli. <br />
<br />
Dalam kebiusan sikap Shinta saat itu, pak Tanba kembali meraih tangan Shinta dan menciumnya, Shinta diam membisu, lalu pak tanba memeluk Shinta dan tidak ada penolakan dari Shinta, Rupanya Shinta saat tadi telah bangkit birahinya namun karena ingat akan statusnya maka ia menolak pak Tanba. Dijari Shinta memang melingkar cincin tunangan dan pak Tanba tidak memperdulikannya. <br />
<br />
Dengan kelihaiannya, kembali Shinta larut dalam pelukan dan alunan nafsu yang di pancarkan laki-laki desa itu. Sekali sentak maka terbukalah kimono Shinta, hingga terbuka seluruh kulit tubuhnya yang mulus itu, tanpa bisa ditolak Shinta.Dengan penuh nafsu pak Tanba memilin dan membelai dada putih itu hingga memerah dan dengan mulutnya ia gigit putingnya. Keringat telah membasahi tubuh Shinta dan membuatnya pasrah kepada pak Tanba. <br />
<br />
Sebelah tangan Tanba turun dan merongoh cd Shinta dan memasuki lobang itu yang telah basah. Lalu ia buka dan tubuh Shinta ia baringkan. Ia amat bernafsu sekali melihat belahan vagina Shinta yang tertutup oleh sedikit bulu halus. <br />
<br />
Pak Tanbapun lalu membuka baju dan cdnya, hingga mereka sama-sama bugil diatas ranjang itu. Penis Tanba amat panjang dan besar. Shinta saat itu tidak tahu apa-apa lagi. <br />
<br />
Pak Tanbapun lalu membuka kedua kaki Shinta dan mengarahkan penisnya kebelahan vagina Shinta. <br />
<br />
Beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati ia angkat kedua kaki Shinta yang panjang itu kebahunya, dan barulah ia bisa memasukan kepala penisnya. <br />
<br />
"Aduhhhhhh pak.. aughhhhghhhhh... ghhh... sakit pak..." jerit Shinta. Pak Tanba lalu menarik penisnya kembali. Lalu dengan mulutnya ia beri air ludah ke pinggiran lobang vagina itu biar ...</b> </div><div><div><div><b>...lancar. Kemudian ia ulangi memasukan penisnya. Dengan hati2 ia dorong masuk dan kepala penis masuk... <br />
<br />
"Auuuuuggggkkkk..." jerit Shinta. <br />
"Sebentar bu..." kata Pak Tanba. <br />
"Nanti juga hilang sakitnya buk..." terangnya lagi. <br />
<br />
Sekali hentak maka seluruh penisnya masuk dan ia maju mundurkan. Padahal saat itu Shinta merasa dilolosi tulangnya. ia gigit bibir bawahnya menahan rasa nyilu dan sakit saat penetrasi tadi.Pak Tanba telah berhasil merobek selaput dara Shinta, hingga kelihatan tetesan darah di paha mulus Shinta saat itu dan membasahi sprey yang kusut. <br />
<br />
Tangan pak Tanbapun terus memilin payudara Shinta dan kembali menahan pinggul Shinta. Lebih kurang 20 menit ia maju mundurkan penisnya kedalam vagina Shinta sedang Shinta telah 2 kali orgasme, barulah ia muntahkan spermanya didalam rahim Shinta. lalu ia tetap diam diatas tubuh Shinta. Terlihat ketika itu, tubuh putih mulus Shinta berada dibawah tubuh pak Tanba yang masih membelai dada dan menjilat bibir dan lidah Shinta. Kedua tubuh manusia itu penuh keringat. Di sudut mata Shinta ada air mata karena keperawanannya telah hilang bukan karena tunangannya tapi oleh laki-laki tua itu. <br />
<br />
Ia tidak punya pilihan lain karena telah terlanjur di setubuhi Pak tanba. Hingga menjelang pagi pak Tanba kembali mengulang permainan sex itu dengan Shinta, hingga Shinta merasakan kenikmatan dan mengetahui rahasia dalam permaianan dewasa. Rudi tidak ia inagt lagi dan saat itu ia terbelenggu oleh gairah dan nafsu yang di berikan pak tanba. <br />
<br />
Sejak saat itu, hub kedua insan yang berbeda umur sangat jauh itu terus berlangsung di rumah itu , kadang-kadang di gubuk milik pak Tanba di tengah hutan daerah itu. Shinta merasa heran karena laki-laki seumur pak Tanba masih memiliki stamina yang prima dalam berhubungan. Tidak heran jika pak Tanba memiliki 3 orang istri dan memiliki 3 orang anak yang telah dewasa. <br />
<br />
Tanbapun bermaksud untuk menjadikan Shinta istrinya yang ke 4 karena ia amat bangga bisa memerawani seorang Dokter dari kota dan cantik. Untuk itulah ia terus berusaha menyetubuhi Shinta hingga bisa hamil oleh bibitnya. Shintapun sulit melepaskan diri dari pak Tanba. Ia sedang berpikir untuk membatalkan pertunangan dengan Rudi, karena bagaimanapun ia sudah tidak perawan lagi. <br />
<br />
TAMAT</b> </div></div><b> </b></div></div></div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-14131791536004014812010-03-21T13:42:00.000-07:002010-03-21T13:42:16.829-07:00selingkuh dengan kontol gede<b></b><div style="color: #351c75;"><div style="color: red;"><div><b><strong>selingkuh dengan kontol gede</strong></b></div><div><b><strong> </strong></b></div></div><div><b>Kisah ini sengaja saya tulis untuk sedikit membantu saya membebaskan perasaan yang benar-benar terpendam dalam diri saya untuk sekian lamanya. <br />
Saya adalah seorang wanita yang sudah bersuami. Semua orang memuji kecantikan diri saya<a name='more'></a> walaupun kulit saya tidak bisa dikatakan putih. Entah mereka yang saya kenal maupun selentingan dan kekaguman orang di luar sana. Baik yang mengungkapkan langsung maupun yang disampaikan melalui orang lain. <br />
<br />
Nama saya Nanik. Saya adalah anak pertama dari sebuah keluarga yang serba berkecukupan. Ayah saya adalah seorang pengusaha di bidang perbankan yang cukup diperhitungkan di daerah saya. Saya menikah atas dasar paksaan ayah saya. Sungguh tidak mengenakan menikah dengan orang yang tidak saya cintai, walaupun sudah kurang lebih sembilan tahun usia pernikahan kami. Suami saya, Bramono, adalah seorang dokter yang sedang mengambil spesialisasi bedah di Rumah Sakit pemerintah di kota kami. Terlihat hebat memang. Tapi sayangnya keluarganya ternyata memiliki bibit keturunan "orang stress". <br />
Ini yang menyebabkan saya mengambil keputusan untuk lebih baik mengadopsi daripada memiliki keturunan 'stress'. <br />
<br />
Sikapnya sebagai suami sama sekali tidak mencerminkan seorang suami. Terlebih saat dia menyadari bahwa dirinya adalah kesayangan ayah saya, mertuanya. <br />
Beberapa alasan ayah saya sangat menyayanginya adalah karena suami saya adalah seorang dokter dan (katanya) adalah keturunan orang terhormat. Terhormat? Menjaga nama baik diri sendiri saja tidak bisa, apalagi nama baik keluarga dan rumah tangga? <br />
Sudah cukup lama saya bertahan menjaga nama baik keluarga, hingga akhirnya saya menyadari bahwa ada pihak ketiga yang mengganggu rumah tangga kami. <br />
<br />
Namanya Erna. Dia seorang mahasiswi kedokteran hewan yang menjadi gundik suami saya untuk sekian tahun lamanya. Sama sekali tidak ada yang menarik dari dirinya. Kalau boleh saya menyombongkan diri, perbedaan saya dan dirinya ibarat langit dan bumi. <br />
Entah apa yang diinginkan suami saya dari dirinya. <br />
Bukan hanya nama baik rumah tangga kami yang tercoreng, tapi juga nama baik orang tua saya. Dia membawa 'gundik'nya itu dengan leluasa menggunakan kendaraan pribadi ayah saya, karena memang ia belum mampu memiliki sebuah mobil. Bahkan untuk membeli bautnya pun mungkin masih meminta uang dari saya. <br />
<br />
Di tengah kebingungan, saya mendaftarkan diri untuk mengikuti program Magister Manajemen yang baru saja dibuka di sebuah universitas negeri di kota saya. Di sini saya banyak menjumpai teman baru. Kejenuhan dan kebingungan saya mulai sedikit terobati dengan aktivitas belajar baik di kampus maupun di luar. <br />
<br />
Entah angin darimana yang berhembus, saya mendengar bahwa salah seorang teman kuliah saya bertempat tinggal di daerah perumahan yang sama dengan Erni. Tiba-tiba timbul kembali rasa penasaran terhadap 'gundik' suami saya itu. <br />
Ibarat wartawan, saya pun mulai melancarkan beberapa pertanyaan daerah seputar perumahan tersebut. <br />
<br />
Namanya Eri. Begitu setidaknya ia dipanggil. Pertama memang ia menaruh curiga terhadap pertanyaan saya. Saya berusaha membohonginya agar aib rumah tangga saya tidak terbongkar. Namun karena rasa penasarannya yang begitu besar, saya tidak dapat lagi menutupinya. Terlebih dia begitu jelas memberi informasi mengenai dimana lokasi tepatnya Erni tinggal dan keadaan sekelilingnya. <br />
Hingga akhirnya saya meminta tolong untuk sesekali mengintip apakah suami saya pernah berkunjung ke sana. <br />
Akibatnya, saya sering berhubungan dengannya untuk mendapatkan informasi lebih darinya. <br />
<br />
Dari sekedar menerima informasi dan meminta tolong lagi, akhirnya saya tidak dapat menahan lagi penderitaan yang saya alami. Saya akhirnya sering berkeluh kesah mengenai keadaan rumah tangga saya yang sebenarnya. Entah kenapa saya lakukan ini. <br />
Eri adalah totally stranger, yang seharusnya sama sekali tidak mengetahui kondisi intern rumah tangga kami. Tapi bagaimana lagi? <br />
Saya sudah sering berkeluh kesah dengan orang tua mengenai suami saya. Mereka hanya menyuruh saya untuk bersabar. Dengan adik saya, mereka memang merasa kasihan kepada saya, namun mereka juga tidak bisa berbuat banyak karena kesibukan bisnisnya. <br />
Saya juga pernah berkeluh kesah dengan bibi (tante) saya yang belum menikah, namun dengan cepat dia menjawab, "Waduh, janganlah bicara itu kepada saya, saya tidak sama sekali tidak tahu masalah seperti itu!" <br />
Kemana lagi saya harus berkeluh? <br />
<br />
Pada awal cerita saya kepada Eri, dia memang menganjurkan agar saya berbicara kepada orang tua saya. Namun itu merupakan anjuran basi bagi saya. <br />
Eri tidak putus asa. Dia terus memberi dukungan secara moral. Yang membuat diri saya seolah semakin tenang berada di sisinya untuk mendengarkan dan menerima dukungannya. Kemudian dia pun membuka rahasia mengenai dirinya. Mengenai siapa dirinya sebenarnya dan bagaimana kondisi orang tuanya. <br />
Dari situ saya melihat beberapa kemiripan diantara kami berdua. Saya pun mulai comfortable apabila sudah berada di sisinya. Dan pertemuan pun sering kami atur. Entah itu berkedok kelompok belajar atau lainnya. <br />
<br />
Hingga akhirnya, entah kenapa tumbuh rasa suka saya kepada dirinya, dan di suatu saat Eri memberanikan diri untuk menyentuh tangan saya dan memegangnya. Saya merasakan getaran yang ia jalarkan ke diri saya. Akhirnya tanpa saya sangka, ia mengutarakan perasaannya. Perasaan yang sama dengan apa yang saya rasakan terhadap dirinya. <br />
<br />
Singkat cerita, kami mulai sepakat saling mengasihi. Dan kami pun mulai secara rutin bertemu untuk berbagi kasih. Walau pun hanya sebatas di dalam mobil saya. <br />
<br />
Kekagetan saya yang berikutnya adalah sewaktu Eri tiba-tiba mencium bibir saya. ...</b> </div><div><b>..Lucu rasanya saya mengenang kejadian tersebut. Seolah saya adalah seorang gadis yang baru pertama kali dicium oleh pria. Saya tidak tahu harus bagaimana. Di satu sisi, saya memang mencintainya. Di sisi lain, saya sudah menikah dan bersuami. <br />
Kembali dia melayangkan kecupan dibarengi dengan sedikit lumatan pada bibir saya. <br />
Saya tetap tidak berkutik. Hingga akhirnya dia bertanya,"Kenapa tidak dibalas?" <br />
Setelah kami saling tatap untuk beberapa saat. Akhirnya..... saya pun membalas lumatan bibirnya. <br />
<br />
Kisah kasih kami terus berjalan dengan sedikit bumbu saling cemburu apabila saya terkesan mulai den\kat dengan suami saya, atau saya mendengar isu bahwa Eri berkenalan dengan seorang gadis. Tapi itu semua tetap tidak mempengaruhi cinta kami. <br />
Percumbuan kami semakin hangat. Dia pun mulai berani menggerayangi bagian-bagian tubuh saya. Baik dengan menggunakan tangannya atau dengan mulutnya. <br />
Buah dada saya yang berukuran 36B ini sudah sering kali menjadi sasaran empuk mulutnya. Dan saya sangat menikmatinya. Saya pun sering mencumbu dadanya yang lapang, dan sesekali mempermainkan mulut dan lidah saya di pentilnya. Dia pun sangat menikmatinya. <br />
Hingga akhirnya permainan kami mengalami peningkatan. Jemarinya mulai terampil menyusup kepada celana dalamnya dan mempermainkan klitoris saya. <br />
Saya mulai merasakan geli dan nikmat bercampur menjadi satu, terlebih apabila ia kombinasikan dengan mencumbu tubuh saya. <br />
Kami saling bergantian mencumbu hingga akhirnya pun saya hanyut dalam kebiasaan melakukan oral sex terhadapnya. Dia begitu surprise saat saya melakukan oral. Eri tidak menyangka, seperti halnya saya. Saya bahkan sempat terheran pada diri saya sendiri. Banarkah saya melakukan ini? Pertama kali saya melakukan oral sex terhadapnya, memang saya kikuk sekali. Eri hanya membuka sedikit celana dalamnya hingga kepala penisnya tersembul. Entah kenapa, saat saya sedang mencumbu tubuhnya, saya sangat terdorong untuk mencumbu penisnya dan memasukkannya ke dalam mulut saya. Dan sejak saat itu, percumbuan kami belumlah lengkap apabila saya belum melakukan oral sex terhadapnya. Bagi saya, saya merasa memiliki hobby baru. Membuatnya nikmat melalui oral sex. <br />
<br />
Hingga suatu saat di tengah percumbuan hebat kami dimana pakaian kami sudah hampir terbuka semua, di jok belakang mobil saya di pelataran parkir department store "R" yang terletak di jalan yang menggunakan nama seorang pangeran, ia mengangkat rok saya dan menyingkap sedikit celana dalam saya, lalu kemudian dengan cepat dan lembutnya, Eri mencumbu dan menyapu vagina saya dengan lidahnya. Sungguh saya dibuatnya kaget dan bingung yang bukan kepalang. Suami saya sama sekali tidak pernah melakukan hal ini terhadap saya. Di tengah kebingungan itu, saya sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Saya mencintainya, tapi saya sama sekali tidak menyangka hingga sejauh ini kisah asmara kami. Begitu lembutnya dia mempermainkan klitoris saya dengan sapuan lidahnya, hingga akhirnya rasa bingung itu lenyap ditelan rasa geli dan nikmat yang sudah menjalar di sekujur tubuh saya. Saya hanya bisa meremas rambut kepalanya, menekan kepalanya lebih dekat di vagina saya yang kian membasah. Kenikmatan itu juga yang akhirnya membuat saya mengangkat kedua paha dengan lebih membuka kangkangan keduanya. <br />
Setelah kurang lebih lima belas menit dia menjilati klitoris saya dengan berbagai cara, saya disuruhnya rebah di jok belakang dan segera dia menindih saya. Rupanya Eri telah menurunkan celananya tanpa sepengetahuan saya sewaktu saya masih melayang-layang. <br />
Dengan cepat Eri menyodorkan penisnya menuju bibir vagina saya. Dan mempermainkan kepala penisnya di bibir vagina saya. Saya kembali menggelinjang. Sama sekali tidak terbesit di benak saya, bahwa kami masih bermain di area parkir sebuah pusat belanja yang terletak di jalan "D". Yang suatu saat dapat dipergoki satpam. <br />
Kembali saya tersentak hebat saat kepala penisnya menggesek-gesek klitoris saya dengan agak kuat. Tubuh saya mulai bergetar hebat. Apa ini yang dinamakan luapan birahi? <br />
Karena vagina saya yang sudah basah sejak tadi, Eri tidak mendapat kesulitan untuk akhirnya dengan cepat dan lembut menyelipkan penisnya di liang vagina saya. <br />
<br />
Saya kembali tersentak dalam sejuta kenikmatan. Sebuah benda yang besar dan panjang menyelinap masuk secara perlahan, sehingga menimbulkan gesekan halus pada klitoris saya. Tubuh saya mengejang sesaat. <br />
Tiba-tiba muncul rasa heran yang amat sangat dalam diri saya. <br />
Selama ini saya tidak pernah merasakan nikmatnya sex dengan suami saya. Yang saya tahu selama ini, sex adalah menyakitkan. Saya hanya menjadi mesin pemuas nafsu sex suami saya tanpa peduli apakah saya menikmatinya atau tidak. Nikmat sex seolah-olah hanya dongeng belaka di telinga saya. <br />
Tapi Eri... seolah-olah dia kini memberikan bukti bahwa nikmat sex itu ada. Dan nyata. <br />
Kini saya sadar sepenuhnya. Saya semakin mencintainya. Saya pun kembali larut dalam kebahagiaan nikmatnya sex. Saya pun menyambut cintanya, juga menyambut goyangannya tidak kalah hebat. Seolah saya ingin menumpahkan dan mencapai kenikmatan sex yang baru saya rasakan dan ingin memberitahunya untuk bersama menikmati sex ini sepuas-puasnya. <br />
Entah berapa lama kami bercinta dan saling berpacu dalam nafsu birahi di dalam mobil Genio berwarna gelap bernomor polisi D* 1**9 **. Akhirnya dia membiarkan saya selesai terlebih dahulu. Sungguh saya tidak menyangka bahwa kenikmatan sex itu begitu indah, menyenangkan dan memuaskan. Saya pun dibuatnya lemas dan tidak bertenaga, terkapar di jok mobil. Telentang tidak berdaya, dengan ... </b> </div><div><div><div><b>...rasa sejuta bahagia dan kepuasan yang tidak ternilai. Sementara Eri akhirnya mempercepat ritme ayunan pinggulnya dan saya merasakan adanya semburan hangat di dalam vagina saya. Semburan sperma Eri. <br />
<br />
Saya sempat khawatir akan kehamilan akibat hubungan kami. Tapi Eri segera berbisik bahwa dia ingin saya hamil dan membesarkan anak tersebut. <br />
Berangsur-angsur kekhawatiran saya menghilang. Di satu sisi, keinginan saya untuk hamil bisa saja terkabul. Dan ini yang saya tunggu. <br />
Akhirnya siasat pun diatur, apalagi golongan darah Eri sama persis dengan suami saya. <br />
Sejak saat itu, kami pun rutin melakukan hubungan sex untuk saling meluapkan cinta dan memuaskan nafsu birahi kami, dimana pun kami sempat. Bahkan pernah di ruangan kantor saya pada saat sepi, Eri meminta saya untuk berdiri membungkuk di tepi meja kerja saya dan dia menyetubuhi saya dari belakang dengan terlebih dahulu mengangkat rok dan menurunkan celana saya dan kemudian mempermainkan vagina saya dengan lidahnya yang kasat. <br />
<br />
Kini bukan saja suami saya yang berselingkuh. Saya pun turut terjerumus dalam dunia perselingkuhan. Perselingkuhan yang saya rasa adalah abadi. <br />
Apakah ini semua karena cinta sejati saya dengan Eri? <br />
Apakah karena awalnya kawin paksa oleh ayah saya, hingga tidak pernah ada cinta antara saya dan suami saya? <br />
Hingga kini hubungan saya dan Eri telah berusia dua tahun, baik hubungan komunikasi maupun secara sexual. Kami tetap saling memperhatikan, mengasihi, menjaga dan juga saling mengisi kekurangan satu sama lain. Seperti layaknya suami istri sejati. <br />
Kini saya sudah tidak peduli lagi terhadap apa yang dilakukan suami saya. Anak kandung saya dari hasil hubungan intim saya dengan Eri dan anak angkat saya pun lebih dekat dengan Eri ketimbang suami saya. Entah kenapa, saya sangat berbahagia menjalani semua ini. Saya sudah menemukan cinta sejati saya. <br />
Untuk Eri, apabila Anda membaca cerita ini, saya ingin mengatakan kepada Anda bahwa kami bertiga sangat mencintai dan merindukanmu. <br />
Salam dari Surya, putra kandungmu dan Nindi, putri angkatku. <br />
</b> </div></div></div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-15683625928178422052010-03-21T13:38:00.000-07:002010-03-21T13:38:04.758-07:00Pembantu gua<b></b><div style="color: #351c75;"><div style="color: red;"><div><b><strong>Pembantu gua</strong></b></div><div><b><strong> </strong></b></div></div><div><b>gua punya pengalaman menarik neh tentang <br />
acara ngentot mengentot…hehehehhehehhe…udah ah cape basa basi mulu mendingan <br />
gua langsung aja ama ceritanya… gua ini tingginya 175 cm berat 71 kg gua <br />
kuliah di daerah jakarta barat sana dagh…gua ini termasuk orang yang rada2 <br />
gila sex <a name='more'></a>juga neh tiap malem abis baca cerita serunya dari wiro gua langsung <br />
aja choli abis kalo gak gituh gua gak bisa tidur neh mo gimana lage terus <br />
kebayang2 mulu gimana tuh pada ngelakuinnya hauhuahuahuahuahau…gua udah <br />
mulai choli dari kelas 1 smp (sebenernya bisa abis gak yah peju gua kalo <br />
kelamaan choli mulu). Di rumah gua neh ada pembantu kan pembantu gua itu <br />
lumayan juga dagh kalo diliat kulitnya putih bersih gak kaya pembantu2 yang <br />
laen yang rata2 rada2 gimana gituh cuman pembantu gua ini termasuk rada <br />
bersihan dah orangnya…gua she sebenernya nafsu banget ama die neh asli gau <br />
nafsu banget dagh cuman gua bingung kalo gua salurin langsung ntar disangka <br />
gua perkosa die lage jadi udah sejak berapa bulan yang lalu gua mikir neh <br />
gimana caranya gua bisa ngentotin die tapi gua gak mo perkosa die…gua aja <br />
ampe hapal jadwal die mandi jam berapa supaya gua bisa ngintipin…kalo die <br />
mandi kan jam ½ 8 malem gituh kan biasanya gua langsung naek ke kamar atas <br />
gua nah disitu ada lobang jadi kamar atas gua itu pas di atas WC nya <br />
pembantu jadi gua puas ngeliatnya sebelnya tuh gua ngintipnya dari atas jadi <br />
yah coba kalian pikir ndiri dagh gimana mo puas kan…abis kalo ngintip dari <br />
tempat laen kayanya gak ada yang strategis dagh walopun strategis juga bisa <br />
ketangkep basah dagh ama sapa kek kan gak lucu…kegiatan ngintip mengintip <br />
gua itu udah lama sejak sebenernya sejak gua pindah ke rumah yang ini aja <br />
pas gua liat di atas ada kamar kosong yah udah gua pake aja kebetulan <br />
tempatnya gua suka soalnya kan cuman pake papan triplek doang jadi bisa gua <br />
coret2in tulisan ato gambar2 terserah gua dagh…dan ide ngintipin WC pembantu <br />
sih udah timbul dengan ndirinya…gua paleng suka kalo tuh pembantu gua lage <br />
pulang kampung jadi gua bisa leluasa masuk kamar die dan hambur2in peju gua <br />
disana…gua pasti nyari2 baju dalemnya die BH ama CD nya pasti abis gua <br />
ciumin sayangnya tuh BH ama CD nya die udah dicuci jadi gua kaga bisa nyium <br />
bau memeknya dah sial bener…cuman asli dagh kalo die lage pulang kampung <br />
gituh tiap malem gua sengaja tidur malem supaya gua bisa choli disana dan <br />
peju gua pasti gua buang kalo gak ke BH yah ke CD nya tuh pembantu gua kalo <br />
gak di baju2nya die…wuah gua puas banget dagh kalo choli disana…cuman <br />
kadang2 gua tersiksa juga soalnya gua pengen banget ngentotin die sebenernya <br />
bukannya gua gak mampu sewa perek gituh cuman gua mikir gua sewa perek udah <br />
jelek mukanya memeknya juga bekas sana sini kalo pembantu gua ini kan masih <br />
perawan bo umurnya aja masih 23an gimana gua gak ngiler2 kan…emang sih <br />
kadang2 gua ngebayangin kalo suatu saat gua ngentotin pembantu gua terus <br />
ketahuan tuh gimana akhirannya yah cuman gua she cuek2 aja dagh yang penting <br />
sekarang gimana caranya gua bisa ngentotin dienya dulu yang utama… <br />
<br />
Suatu saat kelurga gua pada ngerencanain jalan2 gituh…setelah runding punya <br />
runding mereke nentuin kalo mereka pada mau jalan2 ke singapore nah gua <br />
langsung aja spontan gak ikut alesan gua temen2 gua yang pada sekolah di <br />
luar pada balik lah males lah yah pokoknya segudang alesan gua supaya gua <br />
gak ditarik ikut padahal dalem hati gua kayanya moment ini bisa dijadiin <br />
kesempatan emas neh buat gua bisa ngentotin pembantu gua itu…akhirnya mereka <br />
jadi pergi juga sekeluarga gua minus gua…gua di rumah sendirian ama pembantu <br />
gua itu…mereka pada pergi jalan2 buat 10 hari nah gua masih belon nemu cara <br />
tepat maksud gua skenario yang pas gimana gua bisa ngentotin pembantu gua <br />
itu tanpa perkosa die kalo perkosa mah gua rasa semua orang juga bisa <br />
kali…hehehhehehehehe…saking gua gak nemu skenario yang tepat ampe gua lupa <br />
pengen ngentotin pembantu gua itu selage keluarga gua jalan2 akhirnya waktu <br />
pagi2 banget jam2 8an gituh gua lage nyuruh pembantu gua beli rokok…and itu <br />
hari minggu abis pembantu gua lage pergi beli rokok gua ngerasa sepi banget <br />
di rumah yah udah gua langsung ambil VCD bokep gua dan gua buka baju gua <br />
semua dan gua telanjan bulet nonton bokep di ruang keluarga gua ambil duduk2 <br />
di sofa megangin kontol gua ambil gua ngelus2…akhirnya gua mulai tiduran <br />
sambil ngocok pelan2 kontol gua wuah gua ngebayangin seandainya neh kontol <br />
di emut ama pembantu gua itu rasanya kaya apa yah…gua cuek aja nonton terus <br />
sambil gua choli ringan…terus tiba2 gua gak denger apa2 sama sekali pembantu <br />
gua tiba2 udah ada di samping gua neh rokoknya gua terima tuh rokok pake <br />
tangan kiri gua sedangkan yang kanan gua lage choliin kontol gua…tiba2 tau <br />
kesamber setan apa gua langsung tarik roknya pembantu gua itu dan gua <br />
langsung ngomong ...</b> </div><div><div><div><b>...‘mbak sepongin dong neh udah gak tahan tuh kaya yang di <br />
film’ eh die langsung aja cengar cengir dan langsung gua ambil posisi duduk <br />
di sofa dan langsung gua tarik kasar roknya die terus gua duduk di ujung <br />
sofa ambil tuh pembantu gua itu mulai jongkok di depan kontol gua…gua <br />
pegang kepala die ambil dorong kepalanya supaya masukin kontol gua ke <br />
mulutnya die rada2 nolak tapi kaya mau gituh jadi gua dengan setengah tenaga <br />
maksain masukin kontol gua ke mulutnya…cuman die gak ngerti cara nyepong <br />
jadi die cuman ngemut kontol gua aja di mulutnya…terus gau tanya ke die mbak <br />
tau nyepong gak tau gak tujuan gua masukin neh kontol ke mulut mbak…die <br />
cuman geleng2 kepala sambil kontol gua masih di mulutnya…gua kasihan juga <br />
ngeliat die mungkin kontol gua kegedean apa gimana yah ampe ilernya die pada <br />
kuar semua cuman asli baru sekali gua ngerasa kontol gua bisa seenak itu…yah <br />
udah langsung gua tarik baju die keatas mo ngelepasin maksudnya terus gua <br />
remes secara kasar toketnya bukan maksud gua kasar sih cuman gimana yah gua <br />
udah gak bisa ngebayangin gitu loh kalo gua pengen ngentotin die akhirnya <br />
kesampean juga…hampir sih belon terjadi hihihihihi…terus gua copot BH nya <br />
die langsung dah keliatan toketnya die yang masih bagus buletannya dan <br />
pentilnya yang rada2 item kecil gituh bikin nafsu abis dah…terus gua tidurin <br />
die di lantai terus gua langsung emut2 toketnya die dienya cuman diem aja <br />
cuman ngedesah2 dikit aja…neh mbak nyepong itu kaya gini disedot abis2an <br />
supaya enak neh kontol yah ngerti gak…terus dienya bilang yah udah sini <br />
cobain lage…wuah gua langsung nafsu lage langsung secepet kilat gua duduk <br />
lage di ujung sofa dan die gak canggung lage megang kontol gua dan langsung <br />
disepong ama die wuah uenak tenan dah…nah gituh mbak pinter banget sih mbak <br />
kamu ini…dienya cuman diem aja gak ada reaksi mungkin lage konsentrasi ke <br />
kontol gua die…udah berapa lama kontol gau di sepong ama die ampe silau <br />
ngeliat kontol gua yang kena ludahnya die gua aja ampe dari duduk ampe <br />
tidur2an ampe duduk lage mbak gua terus ngkutin posisi gua terus <br />
dagh…akhirnya pas udah mo ngecrot peju gua langsung gua tarik mundur kontol <br />
gua ambil gua tidur2an ngos2an dagh napas gua…mbak gua juga ngos2an…terus <br />
gua berdiri gua bilang ama mbak gua…gantian yah sekarang gua nyepongin <br />
mbak…dienya nanya kok bisa…udah diem aja gua bilang ke die…terus die lepasin <br />
roknya pas die mo lepas CD gua tahan jangan biar gua aja…terus die duduk <br />
kaya gua tadi pas di ujung sofa yah udah gua tidurin aja die die sofa gua <br />
pegang mata kakinya terus gua angkat ke arah kepalanya die…pas gua deketin <br />
ke memeknya die asli dagh baunya enak banget gua sih mendingan bau memek die <br />
dah daripada bau makanan…gua deketin idung gua ke bibir memeknya dan gua <br />
tarik napas dalem2 sambil nikmatin bau memeknya dienya ketawa kegelian…terus <br />
gua bilang ama mbak gua mbak neh pegangin kakinya jangan sampe turun kalo <br />
pegel bilang yah…dienya cuman iyah iyah doang…untuk membukanya gua maenin <br />
jurus jemari trampil…gua belah memeknya pake jari kanan gua dienya langsung <br />
ngelenguh wuah denger suaranya gua makin nafsu aja neh…wuah asli gua brutal <br />
banget jari2 tangan gua udah kaya macem lage moles mobil aja dienya bisa ah <br />
uh aja wuah asli gua udah gak sabar banget buat masukin kontol ke gua ke <br />
memeknya cuman gua denger2 itu cewe itu butuh pemanasan extra kalo pengen <br />
maen kalo gak gituh kasihan katanya bisa lecet dalemnya…jadi yah gua maenin <br />
sambil gua minum juice alami dari memeknya die…wuah rasanya enak banget dah <br />
gua jilatin tanpa ragu2 lage dagh tuh memek…akhirnya gua udah gak tahan dah <br />
gua pegang kontol gua terus gua arahin ke memeknya die terus gua bilang ke <br />
die kalo sakit bilang yah kalo enak tereak2 yahbiar tambah nafsu…wuah begitu <br />
udah mo masuk baru kepalanya nempel gua pelan2in masuknya masuknya asli <br />
susah banget dagh pelan2 dan sabar gua masukin akhirnya masuk juga semuanya <br />
pembokat gua itu cuman diem aja kadang2 aja ngelenguh keenakan….pas udah <br />
masuk semua gua kaya ngelepas lega gituh uahhhhhhggggg…enak tenan…kontol gua <br />
kaya dipres ama karet ban mobil aja dagh bedanya ini lebih hanget licin dan <br />
enak tenan dagh pokoknya…gua gerak2in maju mundur pelan2 pinggul gua wuah <br />
asli enak banget dagh sampe 15 menitan kurang dagh gua gerakin maju mundur <br />
terus pinggul gua akhirnya cape juga gua terus gua tarik pembantu gua biar <br />
berdiri sementara kontol gua masuk di dalem memeknya gua gak pengen <br />
ngeluarin tuh kontol dari memeknya die dagh kayanya soalnya kaya ada <br />
perasaan ilang aja ntarnya…terus gua tiduran di lantai dienya duduk di atas <br />
kontol gua terus mbak loe naek turun yah…dienya cuman jawab iya…eh mbak ntar <br />
kalo udah mo kuar peju gua kontol gua langsung loe isep yah…sambil die naek <br />
turun gua megang toket die kaya nahan tuh toket biar gak jatuh aja ...</b></div></div><b> ...dagh…kita <br />
berdua pada ah uh aja…terus gau bosen kaya gituh gua inget pengen cobain <br />
doggy style ah yah udah gua berenti bentar dan dengan terpaksa kontol gua <br />
gua cabut dulu dari memeknya…eh mbak coba dagh loe nungging…sikut loe nahan <br />
bahu loe supaya lurus ama pantat nah yah kaya gituh…terus gua gosok2 <br />
memeknya dari belakang sambil tangan kiri gua ngocok pelan2 kontol gua…gua <br />
pegang pantatnya die terus gua tarik ke kanan dan kiri gua pengen mekarin <br />
memeknya die maksud gua…langsung gua arahin kontol gua ke memeknya kali ini <br />
masuknya emang masih rada sempit cuman gak kaya tadi pertama dagh…langsung <br />
gua mulai lage gerakan maju mundur sambil gua pegang pantatnya pembantu gua <br />
sambil gua gerak2in ke kanan dan kiri ngelawan arah maju mundur gua…pas udah <br />
mo ngecrot gua sengaja diemin aja di dalem biar agak lamaan dikit cuman <br />
akhirnya udah 3 kali gua nahan gak kuat juga guanya…sebelum ngecrot pembantu <br />
gua gua suruh tiduran langsung terus gua jongkok di dadanya terus gua kocok2 <br />
kontol gua sambil tangan gua ngambi juice dari memeknya die…terus gua angkat <br />
kepalanya die…isep mbak…dienya cuman ngikut aja akhirnya peju gua kuar <br />
semuanya di mulut die…gua langsung aja ngegelepak kecapean dan keenakan…enak <br />
gak mbak peju gua…kasihan gua liat mbak gua mungkin peju gua yang kuar <br />
banyak apa dienya ragu2 mo nelen peju gua ampe bibirnya dan sekitarnya ada <br />
peju gua dikit2…akhirnya gua tiduran di lantai situ dagh kecapean banget gua <br />
udah gak kuat mo beridri juga… <br />
Lage gua enak2 tidur tiba2 gua ngerasa kontol gua kayanya udah ngaceng keras <br />
banget dagh…eh pas gua bangun gua kaget banget tau gak… <br />
Nanti gua lanjutin lage yah di cerita gua selanjutnya… </b></div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-12225470372949952872010-03-21T13:34:00.000-07:002010-03-21T15:30:39.952-07:00isteriku dikeloni temanku<b></b><br />
<div style="color: #351c75;"><div style="color: red;"><div><b><b>isteriku dikeloni temanku</b></b></div><div></div></div><div><b>suatu hari aku kedatangan temanku .................... <br />
namanya yudi.......,katanya dari bandung...naik bis malam, dan rencananya mau jalan jalan dulu disurabaya........sebelum balik lagi kemakassar........ <br />
yudi bekerja sebagai pimpinan perusahaan yang bergerak dibidang jasa perbankan.....yaitu menangani masalah kartu kredit... <br />
siang itu kami ajak jalan jalan beserta isteriku ke JMP untuk<a name='more'></a> belanja,sebagai oleh oleh untuk isteri dan anaknya dimakassar katanya...... <br />
malam hari kami keluar hanya berdua saja........ <br />
aku membawanya melihat lihat gang dolly.....ia terperanjat keheranan menyaksikan tempat itu..... <br />
semua wanita yang disini bisa diajak kencan?..... <br />
tanyanya....., ya iyya....kataku.... <br />
wah wah....ia masih heran....bercampur kagum melihat tempat pemuas syahwat di surabaya ini...... <br />
saya sering mendengar namanya....tapi baru kali ini melihat langsung......katanya kemudian..... <br />
mau nyoba masuk?.........tanyaku... <br />
gak ah....takut....katanya lagi..kok takut??... <br />
blum pernah nyeleweng soalnya......kata Yudi... <br />
hahahahaha kami tertawa...... <br />
lama kami keliling keliling....dan malampun larut...kami langsung pulang kerumah..... <br />
sampai dirumah.....saat itu mungkin sudah jam sebelas malam......isteriku juga belum tidur.... <br />
ma...bikin kopi dong ma.....kataku menyuruh isteriku... <br />
dari mana saja sih mas?..... <br />
ya...jalan jalan...,ooo...isteriku menimpali sambil kedapur membuat kopi...... <br />
kamipun ngopi diruang tamu hingga tengah malam...... <br />
sambil nonton acara Tivi...isteriku mungkin karena ngantuk lebih dulu masuk kedalam kamar.... <br />
tok.....,yuk ke dolly lagi yuk...ajaknya.. <br />
hah...ngaco kamu...udah jam berapa ini..... <br />
ini...tok...sambil nunjuk kekontolnya...... <br />
berdiri trusss......katanya lagi.... <br />
hahahahaha kami tertawa kerasss... <br />
kasian juga ngeliat kontol Yudi yang tegang nafsu gitu.... <br />
ahirnya....ide...penyakit gila....saya muncul...... <br />
aku masuk kekamar... <br />
kubangunkan isteriku.. <br />
ma....mau gak maen ama Yudi?.... <br />
maen apaan ..kata isteriku.... <br />
kasian tuh diluar....kontolnya berdiri truss...tadi kuajak kedolly <br />
liatliat kusuruh masuk ia nggak mau....katanya gak berani....soalnya blum pernah nyeleweng katanya.... <br />
gila..kamu!!!kata isteriku.... <br />
gak apaapa ma.....aku gak marah koq..... <br />
isteriku diam sejenak ...kliatannya ia berfikir.... <br />
udah difikirin mateng mateng tuh rencana??.... <br />
ntar nyessel loh.....aku gak mau ....hal ini jadi sumber pertengkaran nantinya.... <br />
gak...ma....swer...janji.....!!! <br />
kusingkap baju tidur isteriku...dan kuplorotkan celananya.... <br />
nih buka aja duluan.....biar gak susah2 nantinya.... <br />
ntar kalau Yudi masuk ...mama pura2 aja tidur..sambil mamerkan...ini ...nih...kataku nunjuk memeknya... <br />
isteriku diam aja.... <br />
akupun keluar nemuin Yudi.... <br />
Yud,,....isteriku udah tidur....susah keluar kalo gak pamit.... <br />
yaaa. .....ucapnya kecewa.... <br />
tapi kalau kamu mau....gak usah kedolly aja Yud.... <br />
disini aja... <br />
maksudmu apa tok?....tanyanya.... <br />
tuh....aku menunjuk kekamar...... <br />
setan...kamu kata yudi... <br />
benner ...gak apapa koq Yud....dari pada kamu nahan nahan tuh sperma trus jadi batu akik.....kataku lagi... <br />
ia menatapku seaakan tak percaya dengan ucapanku.... <br />
ayo.....kalau kamu mau..... <br />
yang benner ah.... <br />
iyya...benner...masak aku main main.... <br />
isterimu tereak nanti,...gimana.... <br />
gak mungkin.....tereak juga ...siapa yang peduli....gak bakalan kedengaran tetangga kok....perkosa aja...sekalian... <br />
betul betul gila kamu tok.... <br />
kemudian aku berdiri ...kutarik tangannya menuju kamarku... <br />
pintu kubuka...dan.. <br />
hah....???...aku juga kaget melihat posisi isteriku yang menantang itu..... <br />
apalagi Yudi yang udah nafsu dari tadi sore..... <br />
pintu kututup......kemudian kunyalakan lampu tidur...5Watt disamping tempat tidur..... <br />
Yudi keliatan ragu ...tapi ia mendekati tempat tidur isteriku <br />
ia menyaksikan dari dekat keindahan pemandangan didepannya..... <br />
ahirnya iapun melepas semua pakaiannya... <br />
aku duduk di pojok ruangan menyaksikan Yudi.... <br />
Yudi mengelus memek isteriku.....kemudian tangannya naik menyusuri perut isteriku.....meremas buah dada isteriku..... <br />
dan Yudipun naik keatas ranjang...... <br />
ia langsung saja mengangkangi isteriku...... <br />
isteriku kemudian pura pura bangun... <br />
ehhhhhhh loh....masss....Yudi ...kok gini????? <br />
yudi sedikit menghentikan aktifitasnya ...ia menoleh kearahku..... <br />
udah...tancap aja...kataku...... lalu yudi menindih istriku setelah penisnya dimasukkan semuanya ke vagina istriku, lalu pantatnya digoyang memutar sehingga kemaluan Yudi bergetar di seluruh vagina istriku dan Yudi....menancapkan dengan keras penisnya ke dalam lubang vagina isteriku,sehingga istriku menggelinjang lagi ...isteriku pun....mengerang menahan serangan yudi yang bertubi tubi......sambil berkata......duhhhhhhhhh mas...Yud....koq gini....mas yud......,kemudian isteriku noleh ...</b></div><div><div><div><b>...kepadaku.... <br />
<br />
pahhhhh.....pahhhhh.....akuuuuuu.....adduhhhh <br />
rupanya isteriku gak tau apa yang ingin diucapkannya padaku....karena dengan sangat gencar.....Yudi melumat bibirnya dan kontol yudi keluar masuk memeknya dengan sangat gencar....... <br />
hhhhhhhhhssshhhhhhisteriku noleh kiri noleh kanan <br />
...Sedangkan mau mengerang sulit, karena bibirnya dikecup kuat-kuat oleh yudi. Setelah itu kakinya yang kekar itu keduanya ditumpangkan ke kedua kaki istriku yang ramping dan indah itu lalu pantatnya digoyangkan naik turun hingga penisnya ikut juga........ahhhhhh ssshhhhhh <br />
erang isteriku......, Dengan posisi ini penisnya betul-betul kejepit dengan bibir vagina istriku sehingga gesekannya betul-betul terasa di vagina istriku sampai istriku berulang kali menelan air liurnya dan betul betul histeris saat klimaks. <br />
<br />
Yudi minta ganti posisi lagi, sekarang dia agak mengangkat pantatnya dan ganti istriku yang harus menggoyangkan pantatnya memutar hingga penis Yudi diputar dengan vagina istriku. Kira-kira 5 menit lewat masih belum lepas juga maninya, padahal kalau aku yang diputar penisnya oleh istriku 5 menit langsung muncrat maniku, akhirnya malah istriku sendiri yang klimaks lagi. "Aduuh YUD...... aduh Yud.. nikmatnya luar biasa aku sudah tak kuat menahannya lagi semprotkan manimu Yud", pinta istriku.............................. Baru kemudian posisi istriku ditarik ke bawah sehingga pantatnya di pinggir kasur, kemudian Yudi turun dan kaki istriku diangkat tinggi ........lalu Yudi menancapkan penisnya dari bawah dengan sedikit membungkuk agar tangannya bisa meremas buah dadaisteriku.... <br />
Lalu mulailah ditembaknya vagina istriku dengan penisnya, pertama mulai pelan-pelan lalu tambah lama tambah keras dan cepat menembaknya sampai tiap kali ditekan pantat istriku terpental naik. Untuk itu terpaksa tangannya melepas buah dada istriku dan memegang pinggangnya supaya kalau ditembak keras vaginanya, pantatnya tak naik tapi penisnya yang deras menghunjam masuk menerobos sampai mulut rahim istriku. "Aduuh Yud.. aduh Yud.. nikmat ......shhhhhhhh....enaaakk......mulut isteriku tak henti hentinya memberi komentar....... <br />
ahirnya...Yudipun klimaks........ maninya muncrat ...................istriku mengerang, "aach.. sseett!" Setelah itu Yudi tengkurap di tubuh istriku, ....... <br />
Kemudian tubuh istriku diangkat naik lalu Yudi segera tidur di sebelahnya dengan memeluk istriku dan penisnya yang masih tegang itu dimasukkan lagi ke dalam vagina istriku dan kemudian kedua tubuh yang bugil itu masuk kedalam selimut........ Melihat itu walaupun penisku tegang aku tak ikut masuk sebab kupikir istriku pasti masih kelelahan.jadi terpaksa aku duduk saja berdiam diri sambil menyalakan sebatang rokok sambil duduk dikursi pojokan kamar tidurku...... <br />
<br />
selang 15 menit mereka hanya berpelukan dalam selimut....tapi kemudian.....kulihat lagi selimut itupun kembali bergoyang...goyangan yang sangat kukenal.....rupanya mereka mulai lagi............ <br />
tempat tidurku mulai berbunyi.......iramanya teratur seirama goyangan Yudi........, <br />
"Gila,.........tok....katanya padaku...... istrimu ini.....nafsunya betul betul gila........tidak ada capeknya .....katanya lagi...... <br />
<br />
Yudi........mulai bangkit lagi gairahnya.....iapun memasukkan kemaluannya ke vagina isteriku...... mulai menggerakan lagi keluar masuk dan kadang memutar sehingga istriku sering menggelinjang tubuhnya dan penis.....Yudi....menghunyam deras......, sedang buah dada istriku tetap menjadi bagian dari pekerjaan tangan Yudi yang tak bosan-bosannya meremas........... Makin lama Yudi semakin cepat dan semakin keras menghunjamkan penisnya ke vagina isteriku.... dan mulai mendengus-dengus seperti sapi. Melihat itu aku hanya mengisap rokokku dalam dalam.....aku sungguh sangat puas menyaksikan isteriku memberi kepuasan pada temanku....... <br />
aku puas .....temanku dapat ikut merasakan kenikmatan....dari tubuh isteriku.....entahlah.......kenapa perasaan demikian menghinggapi kepalaku.......... <br />
<br />
sejak lama aku ingin ada orang yang mengatakan ..........pepek isterimu enak totok....mainan isterimu....hebat totok........atau......aku....kewalahan menghadapi isterimu....totok...... <br />
<br />
erangan isteriku membuyarkan lamunanku......kulihat Yudi dengan posisi di atas istriku, kemudian dadanya yang penuh bulu digesek-gesekkan ke buah dada istriku sehingga istriku menggelinjang kegelian dan terus digesekkan ke bawah yaitu perut, dan vaginanya. Setelah itu YUDI naik lagi lalu mulai menciumi kening hidung dan pipi dari istriku lalu mencium telinga istriku dengan mengeluarkan lidahnya untuk mengorek lubang telinga istriku sampai istriku meronta karena geli dan tangan istriku segera meraih penisnya yang selama ini menggelantung dan ujungnya menggesek-gesek paha istriku. Segera dipijit-pijitnya penis Yudi dan kadang-kadang dikocok juga serta kantung buah pelirnya diremas-remas juga. Hal itu membuat Yudi lebih ganas dia segera mencucupi puting buah dada istriku sambil tangannya meremas-remas buah dadanya dengan sangat gemas....... Penisnya dipermainkan oleh istriku tampak tegang dan panjang banget, Lalu Yudi membalikkan badannya hingga mulutnya pas di vagina dan penisnya tepat di wajah istriku. Keduanya yang langsung beraksi, penisnya yang gede segera dijilati dan dilumat dengan ...</b> </div></div><b> </b><br />
<div><div><b>...lidah seluruh bagian kepalanya yang nampak gempel besar itu sambil batang penisnya dipijit terus oleh istriku dan dia terus menjulati lubang vagina istriku. Kurang lebih 10 menit adegan ini lalu gantian Yudi yang tidur dan istriku yang duduk di atas penisnya tepat dengan vaginanya. Kepala penisnya dimasukkan ke dalam vagina istriku lalu mulai diputar pantatnya sehingga penisnya berputar dengan dipegang bibir vagina istriku sedang tangan Yudi tetap meremas buah dada istriku. <br />
Kira-kira sudah 10 menit lewat ssshhhhhhh........isteriku kembali mendesis desis kenikmatan...... istriku juga belum mendapatkan kembali orgasmenya..... lalu oleh istriku mulai digoyang naik turun pantatnya kadang-kadang pelan kadang-kadang cepat isteriku mendongak keatas......sambil mengerang ngerang.....digigitnya bibirnya menahan nikmat yang didapatnya........... Dengan posisi ini .........ternyata,...isteriku tidak bisa tahan lama....baru 5 menit istriku kembali orgasme........s dan dia diam terduduk di atas penis Yudi.... <br />
istriku istirahat sejenak.......Yudi hanya diam saja ......dia hanya senyum sambil melirik kearahku....aku hanya menganggukkan kepala...... <br />
ck ck...ck.....Yudi berdecak kagum...... <br />
isterimu betul betul pintar....tok...... <br />
aku kembali tersenyum bangga........ <br />
yah itulah yang kuharapkan keluar dari mulut Yudi......yah itulah yang kutunggu tunggu.....ada orang lain yang berkata demikian...........akupun semakin puassss.... <br />
<br />
Setelah isteriku merasa fit lagi . Akhirnya istriku menarik tangan Yudi untuk duduk dan istriku tetap duduk di penisnya dan kakinya diselonjorkan lurus di antara tubuh Yudi. Lalu Yudi yang ganti menggoyangkan pantat istriku maju mundur sambil kadang-kadang istriku ditidurkan ke belakang dan Yudi tetap mendekapnya.....dari depan.....pantat istriku terus bergoyang...........achhhhhh...ooohhhhhhhh...ssshhhhh <br />
hanya itu yang sering keluar dari mulut isteriku....... <br />
ia tidak memperhatikanku lagi ....ia hanya asik menikmati kontol Yudi........ <br />
dengan posisi ini istriku paling sering mengerang karena memang inilah posisi paforitnya........ <br />
goyang yang kerassss ...yuddd......kata isteriku dengan nada suara yang bergetar......................... <br />
oooohhh ssssshhh....enaknya.....YUD.........ENAAAAAKKKKKK <br />
bennnneerrrrr........ssshhhhh...ceracau isteriku........ <br />
ahirnya kulihat yudi mendekap erat isteriku....sambil bibirnya melumat habisss bibir isteriku.... <br />
achhhhhhh.....aku kluarrrr...aku kluarrrrrrr <br />
erang Yudi.........isterikupun tanggap di gencarkannya goyangan pantatnya......dan...... <br />
ohhhhhhhhhh YUUUUdddddddd....aku juga sampai...... <br />
aku sampaiiiiiiii.....matiiiiiakuuuu......aku puassss...... <br />
mereka berpelukan erat sekali....... <br />
berbarengan kokok ayam sudah menandakan subuh. <br />
</b> </div></div></div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-68893680385318447802010-03-21T13:28:00.000-07:002010-03-21T13:28:29.222-07:00Daun-daun Muda<b></b><div style="color: #351c75;"><div style="color: red;"><div><b><strong>Daun-daun Muda</strong></b></div><div><b><strong> </strong></b></div></div><div><b>kenalkan nama saya Andra (nggak nama sebenarnya). Umur 24 tahun dan sekarang lagi kuliah di sebuah PTS di Kediri. Aku termasuk cowok yang populer di kampus (sekeren namaku). Tapi aku punya kelemahan, saat ini aku udah nggak perjaka lagi<a name='more'></a> (emang sekarang udah nggak jamannya keperjakaan diutamakan). Nah, hilangnya perjakaku ini yang pengin aku ceritakan. <br />
<br />
Aku punya banyak cewek. Diantaranya banyak cewek itu yang paling aku sukai adalah Rere. Tapi dalam kisah ini bukan Rere tokoh utamanya. sebab hilangnya perjakaku nggak ada sangkut pautnya sama Rere. Malah waktu itu aku aku lagi marahan sama doski. <br />
<br />
Waktu itu aku nganggap Rere nggak bener-bener sayang sama aku. Aku lagi jutek banget sama dia. Habisnya udah lima bulan pacaran, masak Rere hanya ngasih sun pipi doang. Ceritanya pas aku ngapel ke tempat kostnya, aku ngajakin dia ML. Habis aku pengin banget sih. (keseringan mantengin VCD parto kali yee...). Tapi si Rere menolak mentah-mentah. Malahan aku diceramahin, busyet dah! <br />
<br />
Makanya malam minggu itu aku nggak ngapel (ceritanya ngambek). Aku cuman duduk-duduk sambil gitaran di teras kamar kostku. Semua teman kostku pada ngapel atau entah nglayap kemana. Rumah induk yang kebetulan bersebelahan dengan rumah kost agak sepi. Sebab sejak tadi sore ibu kost dan bapak pergi ke kondangan. Putri tertua mereka, Murni sudah dijemput pacarnya sejam yang lalu. Sedang Maidy, adiknya Murni entah nglayap kemana. Yang ada tinggal Maya, si bungsu dan Ersa, sepupunya yang kebetulan lagi berkunjung ke rumah oomnya. Terdengar irama lagu India dari dalam rumah induk, pasti mereka lagi asyik menonton Gala Bollywood. <br />
<br />
Nggak tahu, entah karena suaraku merdu atau mungkin karena suaraku fals plus berisik, Maya datang menghampiriku. <br />
"Lagi nggak ngapel nih, Mas Andra?" sapanya ramah (perlu diketahui kalau Maya memang orangnya ramah banget) <br />
"Ngapel sama siapa, May?" jawabku sambil terus memainkan Sialannya Cokelat. <br />
"Ah... Mas Andra ini pura-pura lupa sama pacarnya." <br />
Gadis itu duduk di sampingku (ketika dia duduk sebagian paha mulusnya terlihat sebab Maya cuman pakai kulot sebatas lutut). Aku cuman tersenyum kecut. <br />
"Udah putus aku sama dia." jawabku kemudian. <br />
Nggak tahu deh, tapi aku menangkap ada yang aneh dari gelagat Maya. Gadis 14 tahun itu nampaknya senang mendengar aku putus. Tapi dia berusaha menutup-nutupinya. <br />
"Yah, kacian deh... habis putus sama pacar ya?" godanya. "Kayaknya bete banget lagunya." <br />
Aku menghentikan petikan gitarku. <br />
"Yah, gimana ya... kayaknya aku lebih suka sama Maya deh ketimbang sama dia." <br />
<br />
Nah lo! Kentara benar perubahan wajahnya. Gadis berkulit langsep agak gelap itu merah mukanya. aku segera berpikir, apa bener ya gosip yang beredar di tempat kost ini kalo si Maya ada mau sama aku. <br />
"May, kok diam aja? Malu yah..." <br />
<br />
Maya melirik ke arahku dengan manja. Tiba-tiba saja batinku ngrasani, gadis yang duduk di sampingku ini manis juga yah. Masih duduk di kelas dua smp tapi kok perawakannya udah kayak anak sma aja. Tinggi langsing semampai, bodinya bibit-bibit peragawati, payudaranya... waduh kok besar juga ya. Tiba-tiba saja jantungku berdebar memandangi tubuh Maya yang cuman pakai kaos ketat tanpa lengan itu. Belahan dadanya sedikit tampak diantara kancing-kancing manisnya. Ih, ereksiku naik waktu melirik pahanya yang makin kelihatan. Kulit paha itu ditumbuhi bulu-bulu halus tapi cukup lebat seukuran cewek. <br />
<br />
"Mas, daripada nganggur gimana kalo Mas Andra bantu aku ngerjain peer bahasa inggris?" <br />
"Yah Maya, malam minggu kok ngerjain peer? Mendingan pacaran sama Mas Andra, iya nggak?" pancingku. <br />
"Ah, Mas Andra ini bisa aja godain Maya.." <br />
Maya mencubit pahaku sekilas. Siir.. Wuih, kok rasanya begini. Gimana nih, aku kok kayak-kayak nafsu sama ini bocah. Waduh, penisku kok bangun yah? <br />
"Mau nggak Mas, tolongin Maya?" <br />
"Ada upahnya nggak?" <br />
"Iiih, dimintai tolong kok minta upah sih..." <br />
Cubitan kecil Maya kembali memburu di pahaku. Siiiir... kok malah tambah merinding begini ya? <br />
"Kalau diupah sun sih Mas Andra mau loh." pancingku sekali lagi. <br />
"Aah... Mas Andra nakal deh..." <br />
<br />
Sekali lagi Maya mencubit pahaku. Kali ini aku menahan tangan Maya biar tetap di pahaku. Busyet, gadis itu nggak nolak loh. Dia cuman diam sambil menahan malu. <br />
"Ya udah, Maya ambil bukunya trus ngerjain peernya di kamar Mas Andra aja. Nanti tak bantu ngerjain peer, tak kasih bonus pelajaran pacaran mau?" <br />
<br />
Gadis itu cuman senyum saja kemudian masuk rumah induk. Asyik... pasti deh dia mau. Benar saja, nggak sampai dua menit aku sudah bisa menggiringnya ke kamar kostku. <br />
<br />
Kami terpaksa duduk di ranjang yang cuman satu-satunya di kamar itu. Pintu sudah aku tutup, tapi nggak aku kunci. Aku sengaja nggak segera membantunya ngerjain peer, aku ajak aja dia ngobrol. <br />
"Sudah bilang sama Ersa kalo kamu kemari?" <br />
"Iya sudah, aku bilang ke tempat Mas Andra." <br />
"Trus si Ersa gimana? Nggak marah?" <br />
"Ya enggak, ngapain marah." <br />
"Sendirian dong dia?" <br />
"Mas Andra kok nanyain Ersa mulu sih? Sukanya sama Ersa ya?" ujar Maya merajuk. <br />
"Yee... Maya ...</b> </div><div><b>...marah. Cemburu ya?" <br />
Maya merengut, tapi sebentar sudah tidak lagi. Dibuka-bukanya buku yang dia bawa dari rumah induk. <br />
<br />
"Maya udah punya pacar belum?"tanyaku memancing. <br />
"Belum tuh." <br />
"Pacaran juga belum pernah?" <br />
"Katanya Mas Andra mau ngajarin Maya pacaran." balas Maya. <br />
"Maya bener mau?" Gayung bersambut nih, pikirku. <br />
"Pacaran itu dasarnya harus ada suka." lanjutku ketika kulihar Maya tertunduk malu. "Maya suka sama mas Andra?" <br />
<br />
Maya memandangku penuh arti. Matanya seakan ingin bersorak mengiyakan pertanyaanku. tapi aku butuh jawaban yang bisa didengar. Aku duduk merapat pada Maya. <br />
"Maya suka sama Mas Andra?" ulangku. <br />
"Iya." gumamnya lirih. <br />
Bener!! Dia suka sama aku. Kalau gitu aku boleh... <br />
"Mas Andra mau ngesun Maya, Maya nurut aja yah..." bisikku ke telinga Maya <br />
<br />
Tanganku mengusap rambutnya dan wajah kami makin dekat. Maya menutup matanya lalu membasahi bibirnya (aku bener-bener bersorak sorai). Kemudian bibirku menyentuh bibirnya yang seksi itu, lembut banget. Kulumat bibir bawahnya perlahan tapi penuh dengan hasrat, nafasnya mulai berat. Lumatanku semakin cepat sambil sekali-sekali kugigit bibirnya. <br />
Mmm..muah... kuhisap bibir ranum itu. <br />
<br />
"Engh.. emmh.." Maya mulai melenguh. <br />
Nafasnya mulai tak beraturan. Matanya terpejam rapat seakan diantara hitam terbayang lidah-lidah kami yang saling bertarung, dan saling menggigit. Tanganku tanpa harus diperintah sudah menyusup masuk ke balik kaos ketatnya. Kuperas-peras payudara Maya penuh perasaan. ereksiku semakin menyala ketika gundukan hangat itu terasa kenyal di ujung jari-jariku. <br />
<br />
Bibirku merayap menyapu leher jenjang Maya. Aku cumbui leher wangi itu. Kupagut sambil kusedot perlahan sambil kutahan beberapa saat. Gigitan kecilku merajang-rajang birahi Maya. <br />
"Engh.. Masss... jangan... aku uuuh..." <br />
Ketika kulepaskan maka nampaklah bekasnya memerah menghias di leher Maya. <br />
<br />
"May... kaosnya dilepas ya sayang..." <br />
Gadis itu hanya menggangguk. Matanya masih terpejam rapat tapi bibirnya menyunggingkan senyum. Nafasnya memburu. Sambil menahan birahi, kubuka keempat kancing kaos Maya satu persatu dengan tangan kananku. Sedang tangan kiriku masih terus meremas payudara Maya bergantian dari balik kaos. Tak tega rasanya membiarkan Maya kehilangan kenikmatannya. Jemari Maya menggelitik di dada dan perutku, membuka paksa hem lusuh yang aku kenakan. Aku menggeliat-geliat menahan amukan asmara yang Maya ciptakan. <br />
<br />
Kaos pink Maya terjatuh di ranjang. Mataku melebar memandangi dua gundukan manis tertutup kain pink tipis. Kupeluk tubuh Maya dan kembali kuciumi leher jenjang gadis manis itu, aroma wangi dan keringatnya berbaur membuatku semakin bergairah untuk membuat hiasan-hiasan merah di lehernya.Perlahan-lahan kutarik pengait BH-nya, hingga sekali tarik saja BH itupun telah gugur ke ranjang. Dua gundukan daging itupun menghangat di ulu hatiku. <br />
<br />
Kubaringkan perlahan-lahan tubuh semampai itu di ranjang. Wow... payudara Maya (yang kira-kira ukuran 34) membengkak. Ujungnya yang merah kecoklatan menggairahkan banget. Beberapa kali aku menelan ludah memandangi payudara Maya. Ketika merasakan tak ada yang kuperbuat, Maya memicingkan mata. <br />
<br />
"May... adekmu udah gede banget May..." <br />
"Udah waktunya dipetik ya mass..." <br />
"Ehem, biar aku yang metik ya May..." <br />
Aku berada di atas Maya. Tanganku segera bekerja menciptakan kenikmatan demi kenikmatan di dada Maya. <br />
Putar... putar.. kuusap memutar pentel bengkak itu. <br />
"Auh...Mass.. Aku nggak tahan Mass... kayak kebelet pipis mas.." rintih Maya. <br />
<br />
Tak aku hiraukan rintihan itu. Aku segera menyomot payudara Maya dengan mulutku. <br />
"Mmmm... suuup... mmm..." kukenyot-kenyot lalu aku sedot putingnya. <br />
"Mass... sakiit..." rintih Maya sambil memegangi vaginanya. <br />
Sekali lagi tak aku hiraukan rintihan itu. Bagiku menggilir payudara Maya sangat menyenangkan. Justru rintihan-rintihan itu menambah rasa nikmat yang tercipta. <br />
<br />
Tapi lama kelamaan aku tak tega juga membuat Maya menahan kencing. Jadi aku lorot saja celananya. Dan ternyata CD pink yang dikenakan Maya telah basah. <br />
"Maya kencing di celana ya Mass?" <br />
"Bukan sayang, ini bukan kencing. Cuman lendir vaginamu yang cantik ini." <br />
Maya tertawa mengikik ketika telapak tanganku kugosok-gogokkan di permukaan vaginanya yang telah basah. Karena geli selakangnya membuka lebar. Vaginanya ditumbuhi bulu lebat yang terawat. Lubang kawin itu mengkilap oleh lendir-lendir kenikmatan Maya. Merah merona, vagina yang masih perawan. <br />
<br />
Tak tahan aku melihat ayunya lubang kawin itu. Segera aku keluarkan penisku dari sangkarnya. Kemudian aku jejalkan ke pangkal selakangan yang membuka itu. <br />
"Tahan ya sayang...engh.." <br />
"Aduh... sakiiit mass..." <br />
"Egh... rileks aja...." <br />
"Mas... aah!!!" Maya menjambak rambutku dengan liar. <br />
Slup... batang penisku yang perkasa menembus goa perawan Maya yang masih sempit. Untung saja vagina itu berair jadi nggak terlalu sulit memasukkannya. Perlahan-...</b> </div><div><b>...lahan, dua centi lima centi masih sempit sekali. <br />
"Aduuuh Masss... sakiiit..." rintih Maya. <br />
<br />
Aku hentakkan batang penisku sekuat tenaga. <br />
"Jruub..." <br />
Langsung amblas seketika sampai ujungnya menyentuh dinding rahim Maya. Batang penisku berdenyut-denyut sedikit sakit bagai digencet dua tembok tebal. Ujungnya tersentuh sesuatu cairan yang hangat. Aku tarik kembali penisku. Lalu masukkan lagi, keluar lagi begitu berkali-kali. Rasa sakitnya berangsur-angsur hilang. <br />
<br />
Aku tuntun penisku bergoyang-goyang. <br />
"Sakit sayang..." kataku. <br />
"Enakkk...eungh..." Maya menyukainya. <br />
Ia pun ikut mengggoyang-goyangkan pantatnya. Makin lama makin keras sampai-sampai ranjang itu berdecit-decit. Sampai-sampai tubuh Maya berayun-ayun. Sampai-sampai kedua gunung kembar Maya melonjak-lonjak. Segera aku tangkap kedua gunung itu dengan tanganku. <br />
<br />
"Enggh.. ahhh.." desis Maya ketika tanganku mulai meremas-remasnya. <br />
"Mass aku mau pipis..." <br />
"Pipis aja May... nggak papa kok." <br />
"Aaach...!!!" <br />
"Hegh...engh..." <br />
"Suuur... crot.. crot.. " <br />
Lendir kawin Maya keluar, spermaku juga ikut-ikutan muncrat. Kami telah sama-sama mencapai orgasme. <br />
<br />
"Ah..." lega. Kutarik kembali penisku nan perkasa. Darah perawan Maya menempel di ujungnya berbaur dengan maniku dan cairan kawinnya. Kupeluk dan kuciumi gadis yang baru memberiku kepuasan itu. Mayapun terlelap kecapaian. <br />
<br />
Kreek... Pintu kamarku dibuka. Aku segera menengok ke arah pintu dengan blingsatan. Ersa terpaku di depan pintu memandangi tubuh Maya yang tergeletak bugil di ranjang kemudian ganti memandangi penisku yang sudah mulai melemas. Tapi aku juga ikut terpaku kala melihat Ersa yang sudah bugil abis. Aku tidak tahu tahu kalau sejak Maya masuk tadi Ersa mengintip di depan kamar. <br />
<br />
"Ersa? Ng... anu.." antara takut dan nafsu aku pandangi Ersa. <br />
Gadis ini lebih tua dua tahun diatas Maya. Pantas saja kalau dia lebih matang dari maya. Walau wajahnya tak bisa menandingi keayuan Maya, tapi tubuhnya tak kalah menarik dibanding Maya, apalagi dalam keadaan full naked kayak gitu. <br />
<br />
"Aku nggak akan bilang ke oom dan tante asal..." <br />
"Asal apaan?" <br />
Mata Ersa sayu memandang ke arah Maya dan penisku bergantian. Lalu dia membelai-belai payudara dan vaginanya sendiri. Tangan kirinya bermain-main di belahan vaginanya yang telah basah. Ersa sengaja memancing birahiku. Melihat adegan itu, gairahku bangkit kembali, penisku ereksi lagi. Tapi aku masih ingin Ersa membarakan gairahku lebih jauh. <br />
<br />
Ersa duduk di atas meja belajarku. Posisi kakinya mekangkang sehingga vaginanya membuka merekah merah. Tangannya masih terus meremas-remas susunya sendiri. Mengangkatnya tinggi seakan menawarkan segumpal daging itu kepadaku. <br />
"Mas Andra.. sini.. ay..." <br />
Aku tak peduli dia mengikik bagai perek. Aku berdiri di depan gadis itu. <br />
"Ayo.. mas mainin aku lebih hot lagi.." pintanya penuh hasrat. <br />
<br />
Aku gantiin Ersa meremas-remas payudaranya yang ukuran 36 itu. Puting diujungnya sudah bengkak dan keras, tanda Ersa sudah nafsu banget. <br />
"Eahh.. mmhh..." rintihannya sexy sekali membuatku semakin memperkencang remasanku. <br />
"Eahhh.. mas.. sakit.. enak...." <br />
<br />
Ersa memainkan jarinya di penisku. Mempermainkan buah jakarku membuatku melenguh keasyikan. "Ers... tanganmu nakal banget..." <br />
Gadis itu cuman tertawa mengikik tapi terus mempermainkan senjataku itu. Karena gemas aku caplok susu-susu Ersa bergantian. Kukenyot sambil aku tiup-tiup. <br />
"Auh..." <br />
Ersa menekan batang penisku. <br />
"Ers... sakit sayang" keluhku diantara payudara Ersa. <br />
"Habis dingin kan mas..." balasnya. <br />
<br />
Setelah puas aku pandangi wajah Ersa. <br />
"Ersa, mau jurus baru Mas Andra?" <br />
Gadis itu mengangguk penuh semangat. <br />
"Kalau gitu Ersa tiduran di lantai gih!" <br />
Ersa menurut saja ketika aku baringkan di lantai. Ketika aku hendak berbalik, Ersa mencekal lenganku. Gadis yang sudah gugur rasa malunya itu segera merengkuhku untuk melumat bibirnya. Serangan lidahnya menggila di ronga mulutku sehingga aku harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengimbanginya. Tanganku dituntunnya mengusap-usap lubang kelaminnya. Tentu saja aku langsung tanggap. Jari-jariku bermain diantara belantara hitam nan lebat diatas bukit berkawah itu. "Mmmm... enghh..." <br />
Kami saling melenguh merasakan sejuta nikmat yang tercipta. <br />
<br />
Aku ikut-ikutan merebah di lantai. Aku arahkan Ersa untuk mengambil posisi 69, tapi kali ini aku yang berada di bawah. Setelah siap, tanpa harus diperintah Ersa segera membenamkan penisku ke dalam mulutnya (aku jadi berpikiran kalau bocah ini sudah berpengalaman). <br />
Ersa bersemangat sekali melumat penisku yang sejak tadi berdenyut-denyut nikmat. Demikian juga aku, begitu nikmatnya menjilati lendir-lendir di setiap jengkal vagina Ersa, sedang jariku bermain-main di kedua payudaranya. Srup srup, demikian bunyinya ketika kusedot lendir itu dari lubang vagina Ersa. Ukuran vagina Ersa sedikit lebih besar dibanding milik Maya, bulu-bulunya juga lebih lebat milik Ersa. Dan klitorisnya... mmm... mungil merah kenyal dan mengasyikkan. Jadi jangan ngiri kalo aku bener-bener melumatnya dengan lahap. <br />
<br />
"Ngngehhh...uuuhh.." lenguh Ersa sambil terus melumat senjataku. <br />
Sedang ...</b> </div><div><b>..lendir kawinnya keluar terus. <br />
"Erss... isep sayang, iseppp..." kataku ketika aku merasa mau keluar. <br />
Ersa menghisap kuat-kuat penisku dan crooott... cairan putih kental sudah penuh di lubang mulut Ersa. Ersa berhenti melumat penisku, kemudian dia terlentang dilantai (tidak lagi menunggangiku). Aku heran dan memandangnya. <br />
"Aha..." ternyata dia menikmati rasa spermaku yang juga belepotan di wajahnya, dasar bocah gemblung. <br />
<br />
Beberapa saat kemudian dia kembali menyerang penisku. Mendapat serangan seperti itu, aku malah ganti menyerangnya. Aku tumbruk dia, kulumat bibirnya dengan buas. Tapi tak lama Ersa berbisik, "Mas.. aku udah nggak tahan..." <br />
Sambil berbisik Ersa memegangi penisku dengan maksud menusukannya ke dalam vaginanya. <br />
<br />
Aku minta Ersa menungging, dan aku siap menusukkan penisku yang perkasa. penisku itu makin tegang ketika menyentuh bibir vagina. Kutusuk masuk senjataku melewati liang sempit itu. <br />
"Sakit Mas..." <br />
Sulitnya masuk liang kawin Ersa, untung saja dindingnya sudah basah sejak tadi jadi aku tak terlalu ngoyo. <br />
<br />
"Nggeh... dikit lagi Ers..." <br />
"Eeehhh... waaa!!" <br />
"Jlub..." 15 centi batang penisku amblas sudah dikenyot liang kawin Ersa. Aku diamkan sebentar lalu aku kocok-kocok seirama desah nafas. <br />
"Eeehh... terus mass... uhh..." <br />
Gadis itu menggeliat-geliat nikmat. Darah merembes di selakangnya. Entah sadar atau tidak tangan Ersa meremas-remas payudaranya sendiri. <br />
<br />
Lima belas menit penisku bermain petak umpet di vagina Ersa. Rupaya gadis itu enggan melepaskan penisku. Berulang-ulang kali spermaku muncrat di liang rahimnya. Merulang-ulang kali Ersa menjerit menandakan bahwa ia berada dipucuk-pucuk kepuasan tertinggi. Hingga akhirnya Ersa kelelahan dan memilih tidur terlentang di samping Maya. <br />
<br />
Capek sekali rasanya menggarap dua daun muda ini. Aku tak tahu apa mereka menyesal dengan kejadian malam ini. Yang pasti aku tak menyesal perjakaku hilang di vagina-vagina mereka. Habisnya puas banget. Setidaknya aku bisa mengobati kekecewaanku kepada Rere. <br />
<br />
Malam makin sepi. Sebelum yang lain pada pulang, aku segera memindahkan tubuh Maya ke kamarnya lengkap dengan pakaiannya. Begitu juga dengan Ersa. Dan malam ini aku sibuk bergaya berpura-pura tak tahu-menahu dengan kejadian barusan. Lagipula tak ada bukti, bekas cipokan di leher Maya sudah memudar. <br />
He.. he.. he.. mereka akan mengira ini hanya mimpi. <br />
<br />
<br />
E N D</b> </div><div> </div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-91926296328547840182010-03-21T13:17:00.000-07:002010-03-21T13:17:00.257-07:00adikku pembobolku<b></b><div style="color: #351c75;"><div style="color: red;"><div><b><strong>adikku pembobolku</strong></b></div><div><b><strong> </strong></b></div></div><div><b>Namaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut ini aku ingin berbagi pengalaman tentang hubunganku dengan adik kandungku sendiri.<a name='more'></a> <br />
<br />
Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22 tahun dan adikku berusia 18 tahun. <br />
<br />
Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan keluar rumah. <br />
<br />
Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap….. <br />
<br />
Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik melakukannya. <br />
<br />
Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali... entah kenapa aku jadi ketagihan... Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering aku meraba-raba payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku orgasme. <br />
<br />
Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku... ini aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya sendiri. <br />
<br />
Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan. Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya. <br />
<br />
Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa. <br />
<br />
Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku... Aku sangat terangsang sekali... dia meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang. <br />
<br />
Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya, tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya. <br />
<br />
Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan tubuhku juga... dia menjawab: <br />
<br />
"Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelaki" aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak, "emang adik pernah nyobain cewe?" dia bilang "ya, belum kak".... itulah percakapan awal bencana itu. <br />
<br />
Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya... lalu aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri... tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku inginkan... sekilas aku membayangkan adikku... lalu aku memutuskan untuk mengintip ke kamarnya... Malam itu aku mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani, aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku... Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan namaku... Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan marah... aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan. <br />
<br />
Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia sangat senang aku dating… ditariknya aku ke kamarnya dan kami langsung bercumbu... saling cium saling hisap dan perlahan-...</b> </div><div><b>...lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya... sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku. <br />
"Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya" lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya mencari-cari lubang memekku... begitu unjung kontolnya nempel dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku... <br />
"Ohhhhh..." katanya. <br />
<br />
Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi. <br />
"Puaskan aku dong... aku kan belum..." rengekku tanpa malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku... <br />
"Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca" katanya tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah ketika keluar dari rumahnya. <br />
<br />
Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai setiap orang di bis. <br />
<br />
Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan libidoku dengan cara berolah raga. <br />
<br />
Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang "kak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga keluar, percuma sauna" <br />
<br />
"Abis pake apa" timpalku, "aku ngga punya baju lagi" <br />
<br />
"Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka" katanya <br />
<br />
Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku tadi... Tapi "ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku telanjang juga". <br />
<br />
Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang sangat berani... kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aku pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku... adikku terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana renangnya. <br />
<br />
Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan. <br />
<br />
Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku memulainya dengan berkata: <br />
<br />
"Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu" <br />
<br />
"Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe bahenol" katanya <br />
<br />
"Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik" kataku lebih berani <br />
<br />
"Iya yah..." katanya sambil berdiri dan membuka celananya... <br />
<br />
Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar. <br />
<br />
Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya. <br />
<br />
"Kenapa dimatiin" kataku <br />
<br />
"Udah cukup panas kak" katanya <br />
<br />
Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku. <br />
<br />
Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah mencegahku "nanti kak". <br />
<br />
"Kan udah saunanya " timpalku, aku sangat kaget dia berada tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara takut dan ingin. <br />
<br />
"Kakak udah pernah gituan belum kak" kata adikku <br />
<br />
"Belum" kataku, "emang kamu udah..?" lanjutku <br />
<br />
"Belum juga kak, tapi pengen nyoba" katanya <br />
<br />
"Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya" kataku berbalik kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku yang besar menempel di kontolnya. <br />
<br />
Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup G-string. <br />
<br />
"Oh kak.... bahenol sekali, aku pengen nyobain kak" katanya dengan nafas memburu. <br />
<br />
"Aw... dik ngapain kamu" timpalku tanpa berusaha merubah posisiku, karena memang aku juga menginginkannya. <br />
<br />
"Pengen ngentot kakak" katanya kasar sambil menekan batangnya kepantatku. <br />
<br />
Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, "Aku kan kakakm John, inget dong" <br />
<br />
Adikku ...</b> </div><div><div><div><b>...tetap memegang pinggulku "tolong kak.. asal nempel aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget" <br />
<br />
"Tolong kak," katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak". <br />
<br />
Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca, libidoku tambah naik.. <br />
"Persetan dengan pacar brengsek" batinku. <br />
<br />
"Jangan disini" pintaku. <br />
<br />
"Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit" katanya meremas pinggulku. <br />
<br />
"Kakak belum siap" kataku. <br />
<br />
"Kakak nungging aja, nanti aku panasin" katanya. <br />
<br />
Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelan-pelan dia membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat memeku dari belakang... <br />
<br />
"Oh... ngapain kamu dik..." kataku tanpa melarangnya. <br />
<br />
Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari belakang.. ohhhh... gila pikirku... enak banget, pacarku saja ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus menjilati memekku <br />
<br />
"Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana" rintihku... Tanpa menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan bagian dalam memekku gatal sekali... <br />
<br />
Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku.. <br />
"Udah panas kak" katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku…. <br />
<br />
"udah...." kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah adikku... <br />
<br />
"Jangan bilang siapa-siapa yah dik" kataku. <br />
<br />
Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya yang besar... dia kesulitan... <br />
<br />
"Mana lubangnya kak.." katanya. <br />
<br />
Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam kontolnya dan menuntun ke mulut goaku... <br />
<br />
"Ini dik" kataku begitu tepat di depannya, "gesek-gesek aja yah dik". <br />
<br />
"Masukin dikit aja kak" katanya menekan kontolnya. <br />
<br />
"aw... dik, gede banget sih" kataku, "pelan-pelan....". <br />
<br />
Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit... tapi tidak sampai lepas... terus ia lakukan sampai membuat aku gemas.... <br />
<br />
"Oh.. dik.... enak.... dik.... udah yah..." kataku pura-pura..... <br />
<br />
"Belum kak.... baru kepalanya udah enak yah...." <br />
<br />
"Memang bisa lebih enak...???" kataku menantang. <br />
<br />
Dan.... langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya yang besar amblas ditelan memekku" <br />
<br />
Aku merasakan perih luar biasa dan "aw.... sakit dik..." teriakku. <br />
<br />
Adikku menahan batangnya didalam memekku .... <br />
"Oh...kak...nikmat banget....." dan secara perlahan dia menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga adikku... <br />
<br />
"Oh, kak... nikmat banget memekmu.." katanya. <br />
<br />
"Ssssshhhh... ia dik... enak banget" kataku. <br />
<br />
Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya maksimum. <br />
<br />
"Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget..." katanya <br />
<br />
Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut kontolnya di memekku... <br />
<br />
"Ma kasih kak" katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis. Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali diri.. "kenapa adikku????" <br />
<br />
Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan sauna... Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi... <br />
<br />
Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari semalam. <br />
<br />
Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah. Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku. <br />
<br />
Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila bersetubuh dengan adikku. <br />
<br />
Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak aku juga sangat ketagihan permainan sex nya. <br />
<br />
Demikian kisah nyataku dengan adikku. <br />
<br />
TAMAT</b> </div></div></div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-43547274528890112032010-03-21T13:14:00.000-07:002010-03-21T13:14:41.496-07:00isteri temanku betul betul enak<b></b><div style="color: #351c75;"><div style="color: red;"><div><b><strong>isteri temanku betul betul enak</strong></b></div><div><b><strong> </strong></b></div></div><div><b>hidup wanita mungkin memang tidak jauh dari sumur ......dapur....dan kasurrrrr... <br />
begitulah kata kata bijak yang pernah keluar dari ahli pisafat perempuan.......dibantu dengan pengaruh pornografi<a name='more'></a> yang merambah lewat media cetak dan media elektronic juga telah menjadikan kita tidak lagi merasa risih tentang segala sesuatu yang berbau SEX....... <br />
<br />
kala itu aku dapat tugas oleh kantorku kesurabaya....dalam rangka RAKOR .......sebelum berangkat aku sudah menghubungi terlebih dahulu temanku.........Via HP <br />
Gus......senin minggu depan saya ada tugas ke surabaya.... <br />
oooyaa??? kalau disurabaya nginap dirumah saja yah?.... <br />
kemudian temankupun memberikan alamatnya.... <br />
jl...indrapura...kemayoran kauman... <br />
kucatat ALAMATnya....... <br />
<br />
setelah acara RAPAT di kantor ...akupun mencari rumah sahabat ku ini.....Agus adalah teman akrab saat di SMA dulu... <br />
setelah menyelesaikan kuliah D2 nya dia dapat kerjaan kebetulan dia ditugaskan di kantor pusat perusahaannya dan dia pun meninggalkan kotan kami utk bekerja disurabaya.... <br />
<br />
rumahnya mungil tapi tatanannya apik...perabotan yang lumayan mahal terpampang.....diruang tamunya... <br />
<br />
eh...yud..perkenalkan isteriku ...... <br />
seorang gadis cantik putih dan....sexy...mengulurkan tangannya.....timbul pula kegiatan usilku....saat berjabatan telunjukku ku goyangkan menggelitik jari tangan isteri temanku ini..... <br />
Yuni...... <br />
yudi,...jawabku.....ia tersenyum...ia tidak menampakkan kekagetan saat kuusili tadi......mungkin takut suaminya tau.... <br />
kamipun bercengkerama.....bercerita tentang kenakalan agus saat SMA dulu.....sementara yuni dengan setia ...mendengarkan percakapan kami...... <br />
kamar yang paling depan sdh dipersiapkan utk kutiduri.... <br />
taskupun telah kutaruh disana..... <br />
yud.....kerjaku disini shift -shift jadi....sorry aja yah...malam ini kebetulan aku kena shift malam....sebenarnya pengen ngajak kamu ke TP ...tapi khan bisa besok?.....sorry yah?... <br />
ucapnya lagi....gak apa Gus....jawabku.... <br />
aku memang letih mo langsung istirahat aja....tambahku kemudian... <br />
gak usah sungkan2 ...isteriku...ada koq...dan dia pasti senang nemani kamu ngobrol sebelum istirahat.... <br />
istrinya mengangguk senyum padaku.... <br />
<br />
Aguspun berangkat kerja...saat itu sdh pukul 22.00 WIB <br />
aku masih duduk di sofa besar di ruang tamu temanku sambil nonton acara tivi jawa timur JTV ,acaranya lucu juga dalam bahasa madura..... <br />
Yuni, isteri temanku juga disitu.... <br />
mas...minum kopinya....., kata yuni...makasih jawabku... <br />
mas ini nakal juga yah....masak tadi tanganku di kitik2 didepan suamiku....katanya lagi...aku cuma senyum aja sambil menatap wajahnya yang cantik itu... <br />
udah berapa lama menikahnya dik Yun...??baru 8 bulan.....mas <br />
udah ada hasil?...sambil aku melihat perutnya.... <br />
blum mas......mungkin belum saatnya..... <br />
mas Agus...rajin nggak naik???? <br />
naik apaan ?...katanya heran....yaaaa naik gitu loh.... <br />
ahirnya yuni ngerti.....yah rajin juga..... <br />
berapa kali seminggu?...tanyaku lagi....kadang sekali kadang yaaa 2 kali.... <br />
pantesss....., pantess apanya tanyanya lagi.... <br />
pantess blum dapat2..... <br />
emangnya harus berapa kali sih mas?.... <br />
4 kali semalam........ <br />
wahhhhhhhh...bisa hancur punyaku...katanya sambil senyum... <br />
apanya yang hancurr...tanyaku mancing.....suasana sudah semakin hot..... <br />
ada dech........., masak sih bisa hancur....... <br />
ya ..iyyalah...kalau 4 kali semalam......masak adasih yang kuat gituan sampai 4 kali semalam..... <br />
hehehehe ..saya malah bisa 5 kali ...malah.... <br />
masak sih?.....iyyalah....jawabku sambil niru caranya ngucapin iyaalah tadi.... <br />
dan punya isteriku gak rusak tuh....malah tambah bagus.... <br />
hahahahaha kami tertawa.... <br />
makanya kami baru nikah 7 bulan saja isteri malah sudah melahirkan.....wah prematur dong?,katanya lagi.........ya gak lah.....saya isi dulu seblum nikah....ucapkukemudian.....hahahahaha <br />
kami tertawa bareng..... <br />
<br />
kami cepat sekali akrab...rupanya isteri temanku ini enak diajak bicara...... <br />
<br />
gak takut tidur sendiri?....tanyaku kemudian...... <br />
ya nggak lah...disini khan tempat nya aman..... <br />
ia ...aman dari maling kali?.....tapi khan kalau setan..... <br />
iblis.....atau jin...apalagi kolor ijo......bisa aja datang....... <br />
hiiiiihhhh...ia seakan bergidik...sambil pindah ke sofa yang satunya mendekati tempat dudukku..... <br />
rupanya wanita ini takut sama hal hal yang berbau menyeramkan.....maka kuceritakannlah hal hal yang menyeramkan ....mulai leak....pocong.......dan kuntilanak..... <br />
ia tambah bergidik....... <br />
tepat pukul 23 .00 akupun pamit pengen istirahat....... <br />
mungkin saat itu mendung ....udara agak gerah rasanya..... <br />
dan betul juga.....JDERRRRRR.....tiba tiba petir.....membahana...dan tiba tiba......tok...tok...tok.. <br />
pintuku diketuk ...aku berdiri membuka pintu..... <br />
rupanya Yuni...... <br />
aku takut mas........iapun masuk dikamarku...langsung duduk dikursi disamping tempat tidur..... <br />
lampu kamar kunyalakan kembali......aku tersenyum..... <br />
Yuni telah menggunakan gaun tidur.....sangat tipis...dan buah dadanya nampak jelas naik turun....dilanda ketakutannn <br />
Yuni....sangat takut sama petirrr mas...... <br />
yah udah dikamar sini aja ntar juga petirrnya habiss.... <br />
tiba tiba JDERRRRR petir kali ini amat besar........ <br />
ia berlari menghampiriku...badannya gemetar....ia langsung mendekapku...... <br />
hah?????aku jadi blingsatan.......nafsu ku telah ...</b> </div><div><div><div><b>...menarinari.... <br />
ia merapatkan tubuhnya.....ke tubuhku....dipinggir ranjang.... <br />
karena merasa risih kulepas pelan2 dan akupun alasan berbaring......disampingnya... <br />
ia masih tetap duduk dibibir ranjang sambil menaikkan kakinya <br />
dan memeluk kedua kakinya...itu... <br />
pinggangnya nampak jelas ...celana dalam hitamnya lebih nampak lagi.....kulitnya yang putih mulus...membangkitkan gairahku....... <br />
ia masih menggigil dan....petir kembali berbunyi.... <br />
Yuni langsung aja membuang dirinya disampingku sambil memelukku......... <br />
kubalas aja kupeluk.....tanganku memeluk pinggangnya rapat.....rasa malu Yuni telah hilang terbalut rasa takut yang amat dalam....... <br />
tanganku tidak lagi memeluk...tapi mengelus....Yuni diam.....kuangkat wajahnya menghadap wajahku....kukecup pipinya......Yuni diam....... <br />
ahirnya....aku bergerak refleks.....kutindih Yuni......tanganku sudah menjelajah...diatas payudaranya...... <br />
kuisap......dan celanakupun kulepas......berbarengan kulepas pula gaun tidurnya......celana hitamnya..... <br />
kontolku yang sudah berdiri sedari tadi...kuarahkan kevaginanya..........ohhhhhhhhsshhhhh <br />
ia melenguh.........ia memelukku erat.... <br />
<br />
Tampaknya pengaruh kehangatan penisku mulai bekerja. Perlahan namun pasti, kumasukkan centi demi centi dan tiba-tiba Yuni menghentakkan pinggulnya keras ke belakang diikuti dengan menggoyang putar pinggulnya. <br />
"Aaakhhh..." pekik kami bersamaan saat hentakan itu tadi. <br />
"Sleeppp..," kontolku telah mengisi rongga rahimnya yang betul betul enak. Bersamaan itu pula Yuni menjerit lirih sambil mendongakkan kepalanya, rambutnya yang panjang itu ia geraikan ke samping kiri lehernya..... <br />
ia telah lupa dengan rasa takutnya ... <br />
petir tak dihiraukannya lagi........ <br />
<br />
"Ooookkhh.. nikmathh... emmmpphhh.. ssshh..." Yuni mulai ceracau tidak teratur. <br />
Yuni mulai dikuasai nafsunya, sebagai perempuan ia hanya ingin kepuasan saat itu. Ingin segera menumpahkan maninya banyak-banyak untuk melumasi penisku dan menghangati dinding vaginanya. Aku mengatur posisi untuk menstimulasi tenaga. Dengan perlahan namun pasti, kukocok penisku keluar masuk. <br />
"Ookkkhh... kocokhh.., terusshhh... iya.. iyaa... lebih kerasshhh... oohh nikmathhh..!" Yuni mulai menggumam. <br />
"Lebih kerassshhh... yach... yach... oohhhgghhhk..!" Yuni semakin tidak mampu menahan hawa panasnya yang mengalir, dan hawa itu bersumber dari penisku yang terasa penuh menjejali ruang vaginanya. <br />
<br />
Sementara itu ia aktif menggoyang pinggulnya, dan kedua tangannya berpegangan pada sandaran tempat tidur. Lalu sesekali ia sentakkan pinggulnya ke bawah..... aku yang berada pada posisi dibawah cuma mampu.....menelan ludah.......menahan kenikmatan yang datangnya bergelombang ini........ 30 menit berlalu, lalu kumulai membantu Yuni menggapai sorgawinya dengan stimulasi di kedua putingnya dengan pelintiran jempolku. Kupilin-pilin, lalu kutarik dan kemudian kulepaskan. <br />
Setiap saat kulepaskan itulah Yuni melenguh panjang, "Oookkkhh.., genjotthh.., dalammhh.. oookhhh..!" ceracau Yuni tidak karuan. <br />
"Maaasshhh.. sss... nggghhh.. ssshh.." desis Yuni kehabisan kata-kata. <br />
<br />
Sementara kocokanku kuatur dengan tempo pancingan, yaitu memancing birahinya agar memancar keluar dari rahim dengan segera. Dengan cara mengocok batang penisku dengan tempo cepat, dan sekali kocokan kubenamkan dalam-dalam sampai ujung kepala penisku mentok menggelitik dinding atas rahimnya. Hal itu pun kurasakan juga saat ujung kepala penisku menyentuh mentok pada leher atas rahimnya, rasanya ngilu, geli dan hangat. Dan saat itu lah yang membuat tubuh Yuni tegang sesaat kemudian. <br />
"Nggghhh... eeghhh... ooohgghhh.. eenggghh... aaaghhh..!" Yuni terengah mengekspresikan orgasmenya yang sebentar lagi menjemput. <br />
Tempo permainanku tidak kuubah sampai Yuni betul-betul menggapai orgasmenya, dan aku tetap mengatur irama nafasku, menyebabkan tempo permainan kami terasa lebih lama. <br />
<br />
Kira kira 20 menit kemudian, tubuh Yuni menegang lagi. Kali ini ia melepaskan pegangan tangan kanannya dari sofa dan membelai rambutnya sendiri. Tubuhnya ia miringkan melihat ke arahku yang lagi sibuk menanamkan penisku. Bibirnya yang sensual itu terbuka lebar, melepas desahan nafsunya, matanya terpejam dan sesaat kemudian ia terlihat menjambak rambutnya dan tubuhnya oleng. <br />
"Aaakkkhhh... aaakhhh... oookkhhh... ssshhh... nikmattthhh..." Yuni mengawali orgasmenya dengan diiringi goyangan pinggulnya. <br />
"Oookkh... masukin yanggh.. dall... lammmhhh..!" pinta Yuni. <br />
"Maaasshhh... nikmaaatthh..!" desis Yuni yang kini mempercepat hentakan pinggulnya. <br />
<br />
Sedetik kemudian penisku kembali tertanam dalam-dalam dan kubiarkan tetap begitu sambil kuputar pinggulku perlahan untuk menambah sensasi bagi Yuni. Yuni semakin tidak dapat menguasai dirinya dan berteriak. <br />
"Ookkkhh... aaaghh... Massshhh... Akuu... mauuu... kellu.. arrr.. lagiihh... oookhh..!" Yuni kembali mendongak, menjemput orgamenya yang kedua. <br />
Pahanya kali ini dirapatkan, sehingga gigitan vaginannya tambah terasa di penisku. Seluruh batang penisku terasa diempot-empot dan hangat menggelitik. Yuni juga pandai memainkan otot vaginanya, meski sambil berorgasme atau barang kali itu suatu pasangan saat orgasme. <br />
<br />
Demikian pula yang ia rasakan, benda pejal hangat itu semakin terasa ...</b> </div></div><b> ...menggelitik rahimnya, keluar masuk, keluar masuk, dan keluar lagi panas membara. <br />
"Aaaghghhh... oooaaaghhh.. ssshhh.. ssh... mmmpphh..!" teriak Yuni menyambut orgasmenya yang entah keberapa, serasa tiada henti baginya. <br />
Desahan, teriakkan, dan ceracau Yuni yang tidak karuan itu membuat gerakanku kini tidak terkontrol dan terkesan lebih kasar. Aku ingin segera memuntahkan sperma kentalku dalam rahimnya dan saat menyemprot itu lah, akan kutanamkan dalam-dalam di rahimnya. <br />
<br />
Belum aku berpikir, selanjutnya ujung penisku kini berdenyut lebih keras, dan hal ini dirasakan juga oleh Yuni. <br />
"Ookkghh.. Masss.. shshhh.. kelll... luarrriin cepethhh.. nggghhh..!" pinta Yuni yang rupanya sudah mulai ngilu. <br />
"Yuuunn..!" bisikku sambil mempererat pelukanku di punggungnya. <br />
Kuciumi belakang telinganya, belakang lehernya, punggungnya, dan sesekali ketiaknya, membuat desahanku dan Yuni memenuhi kamar. <br />
<br />
........ kubisikkan ke Yuni untuk mengatur posisi. Kami akan mencoba posisi doggy.....maka kusuruhnya Yuni untuk nungging....... Saat itulah tubuh Yuni tegang dan aku merasakan nafsunya memuncak dengan posisi begini..... perlahan. .....Pinggulnya ia goyang lembut, kemudian perlahan-lahan menjadi goyangan yang binal tidak terkontrol. <br />
"Aaakkkhhhfgggh.. oookkkhhh... mmmppp.. Massshhh... cepethhh.. kelllu.. arrgh.. Aku udah gell... lii..!" pinta Yuni. <br />
Rupanya ia tidak tahan dengan gerakan yang dibuatnya sendiri. <br />
"Baik Yun..! Terima yachh.. sppppermmaa... Ku..!" teriakku sambil memperdalam tusukan penisku dalam-dalam dengan kuputar-putar di mulut vaginanya. <br />
kuhabiskan malam itu dengan 5 ronde....... <br />
<br />
betul khan?....... <br />
apanya yang betul?....katanya sambil masih terengah engah... <br />
ya betullll.......5 ronde....... <br />
iyaaa...jawabnya pelan...... <br />
mas betul betul hebat.......mas betul betul kuat...... <br />
kulewati.....hariku disurabaya 2 hari...bersama temanku..... <br />
dan dia tidak tau kalau malam tadi...... <br />
isterinya telah menemaniku .....merengkuh kenikmatan </b> </div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-18519466877672152102010-03-21T13:07:00.000-07:002010-03-21T13:10:58.619-07:00Vagina Guruku Nikmat Sekali<b></b><br />
<div style="color: #351c75;"><div style="color: #cc0000;"><div><b><b>Vagina Guruku Nikmat Sekali</b></b></div><div></div></div><div><b>Ini pengalaman kencan seksku sebelum aku mengenal internet. Tapi saat ini saya sudah punya bisnis luar baisa di internet anda bisa lihat di http://www.ambilwang.co.nr Kejadian ini tepatnya ketika aku masih duduk du bangku SMA. Sedang teman kencanku<a name='more'></a> adalah seorang guru seni lukis di SMA-ku yang masih terbilang baru dan masih lajang. Saat itu umurku masih mengijak 19-20 tahun. Sedang guru lukisku itu adalah guru wanita paling muda, baru 25 tahun. Semula aku memanggilnya Bu Guru, layaknya seorang murid kepada gurunya. Tapi semenjak kami akrab dan dia mengajariku making love, lama-lama aku memanggilnya dengan sebutan Mbak. Tepatnya, Mbak Yani. Mau tahu ceritanya? <br />
<br />
Sore itu ada seorang anak kecil datang mencari ke rumah. Aku <br />
diminta datang ke rumah Mbak Yani, tetangga kampungku, untuk memperbaiki jaringan listrik rumahnya yang rusak. <br />
"Cepat ya, Mas. Sudah ditunggu Mbak Yani," ujar anak SD <br />
tetangga Mbak Yani. <br />
<br />
Dalam hati, aku sangat girang. Betapa tidak, guru seni lukis <br />
itu rupanya makin lengket denganku. Aku sendiri tak tahu, <br />
kenapa dia sering minta tolong untuk memperbaiki peralatan <br />
rumah tangganya. Yang jelas, semenjak dia mengajaku melukis pergi ke lereng gunung dan making love di semak-semak hutan, Mbak Yani makin sering mengajakku pergi. Dan sore ini dia memintaku datang ke rumahnya lagi. <br />
<br />
Tanpa banyak pikir aku langsung berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Maklum, rumahnya terbilang cukup jauh, sekitar 5km dari rumahku. Setibanya di rumah Mbak Yani, suasana sepi. <br />
Keluarganya tampaknya sedang pergi.Betul, ketika aku mengetuk pintu, hanya Mbak Yani yang tampak. <br />
"Ayo, cepet masuk. Semua keluargaku sedang pergi menghadiri acara hajatan saudar di luar kota," sambut Mbak Yani sambil menggandeng tangganku. <br />
Darahku mendesir ketika membuntuti langkah Mbak Yani. Betapa tidak, pakaian yang dikenakan luar biasa sexy, hanya sejenis daster pendek hingga tonjolan payudara dan pahanya terasa menggoda. <br />
<br />
"Anu, Bud... Listrik rumahku mati melulu. Mungkin ada ada <br />
kabel yang konslet. Tolong betulin, ya... Kau tak keberatan <br />
kan?" pinta Mbak Yani kemudian. <br />
Tanpa banyak basa-basi Mbak Yani menggandengku masuk ke ruang tengah, kemudian masuk ke sebuah kamar. <br />
"Nah saya curiga jaringan di kamar ini yang rusak. Buruan kau <br />
teliti ya. Nanti keburu mahrib." <br />
<br />
Aku hanya menuruti segala permintaannya. Setelah merunutu <br />
jaringan kabel, akhirnya aku memutusukan untuk memanjat atap kamar melalui ranjang. Tapi aku tidak tahu persis, kamar itu tempat tidur siapa. Yang jelas, aku sangat yakin itu bukan <br />
kamarnya bapak-ibunya. Celakanya, ketika aku menelusuri <br />
kabel-kabel, aku belum menemukan kabel yang lecet. Semuanya beres. Kemudian aku pindah ke kamar sebelah. aku juga tak bisa menemukan kabel yang lecet. Kemudian pindah ke kamar lain lagi, sampai akhirnya aku harus meneliti kamar tidur Mbak Yani sendiri, sebuah kamar yang dipenuhi dengan aneka lukisan sensual. Celakanya lagi, ketika hari telah gelap, aku belum bisa menemukan kabel yang rusak. Akibatnya, rumah Mbak Yani tetap gelap total. Dan aku hanya mengandalkan bantuan sebuah senter serta lilin kecil yang dinyalakan Mbak Yani. <br />
<br />
Lebih celaka lagi, tiba-tiba hujan deras mengguyur seantero <br />
kota. Tidak-bisa tidak, aku harus berhenti. Maunya aku ingin <br />
melanjutkan pekerjaan itu besok pagi. <br />
"Wah, maaf Mbak aku tak bisa menemukan kabel yang rusak. Ku pikir, kabel bagian puncak atap rumah yang kurang beres. Jadi besok aku harus bawa tangga khusus," jelasku sambil melangkah keluar kamar. <br />
"Yah, tak apa-apa. Tapi sorry yah. Aku.... merepotkanmu," <br />
balas Mbak Yanti. <br />
"Itu es tehnya diminum dulu." <br />
<br />
Sementara menunggu hujan reda, kami berdua berakap-cakap <br />
berdua di ruang tengah. Cukup banyak cerita-cerita masalah <br />
pribadi yang kami tukar, termasuk hubunganku dengan Mbak Yani selama ini. Mbak Yani juga tidak ketinggalan menanyakan soal puisi indah tulisannya yang dia kirimkan padaku lewat kado ulang tahunku beberapa bulan lalu. <br />
<br />
Entah bagiamana awalnya, tahu-tahu nada percakapan kami <br />
berubah mesra dan menjurus ke arah yang menggairahkan jiwa. Bahkan, Mbak Yani tak segan-segan membelai wajahku, mengelu telingkau dan sebagianya. Tak sadar, tubuh kami berdua jadi berhimpitan hingga menimbulkan rangsangan yang cukup berarti untukku. Apalagi setelah dadaku menempel erat pada payudaranya yang berukuran tidak begitu besar namun bentuknya indah dan kencang. Dan tak ayal lagi, penisku pun mulai berdiri mengencang. Aku tak sadar, bahwa aku sudah terangsang oleh guru sekolahku sendiri! Namun hawa nafsu birahi yang mulai melandaku sepertinya mengalahkan akal sehatku. Mbak Yani sendiri juga tampaknya memiliki pikiran yang sama saja. Ia tidak henti-hentinya mengulumi bibirku dengan nafsunya. <br />
<br />
Akhirnya, nafsuku sudah tak tertahankan lagi. Sementara <br />
bibirku dan Mbak Yani masih tetap saling memagut, ...</b> </div><div><b>..tanganku <br />
mulai menggerayangi tubuh guru sekolahku itu. Kujamah gundukan daging kembar yang menghiasi dengan indahnya dada Mbak Yani yang masih berpakaian lengkap. Dengan segera kuremas-remas bagian tubuh yang sensitif tersebut. <br />
<br />
"Aaah... Budi... aah..." Mbak Yani mulai melenguh kenikmatan. <br />
Bibirnya masih tetap melahap bibirku. <br />
<br />
Mengetahui Mbak Yani tidak menghalangiku, aku semakin berani. Remasan-remasan tanganku pada payudaranya semakin menjadi-jadi. Sungguh suatu kenikmatan yang baru pertama kali kualami meremas-remas benda kembar indah nan kenyal milik guru sekolahku itu. Melalui kain blus yang dikenakan Mbak Yani kuusap-usap ujung payudaranya yang begitu menggiurkan itu. Tubuh Mbak Yani mulai bergerak menggelinjang. <br />
<br />
"Uuuuhhh... Mbak....." Aku mendesah saat merasakan ada jamahan yang mendarat di selangkanganku. Penisku pun bertambah menegang akibat sentuhan tangan Mbak Yani ini, membuatku bagian selangkangan celana panjangku tampak begitu menonjol. <br />
Mbak Yani juga merasakannya, membuatnya semakin bernafsu <br />
meremas-remas penisku itu dari balik celana panjangku. Nafsu <br />
birahi yang menggelora nampaknya semakin menenggelamkan kami berdua, sehingga membuat kami melupakan hubungan kami sebagai guru-murid. <br />
<br />
"Aaauuhh... Bud... uuuh....." Mbak Yani mendesis-desis dengan <br />
desahannya karena remasan-remasan tanganku di payudaranya bukannya berhenti, malah semakin merajalela. Matanya terpejam merasa kenikmatan yang begitu menghebat. <br />
<br />
Tanganku mulai membuka satu persatu kancing blus Mbak Yani dari yang paling atas hingga kancing terakhir. Lalu Mbak Yani sendiri yang menanggalkan blus yang dikenakannya itu. Aku terpana sesaat melihat tubuh guru sekolahku itu yang putih dan mulus dengan payudaranya yang membulat dan bertengger dengan begitu indahnya di dadanya yang masih tertutup beha katun berwarna krem kekuningan. Tetapi aku segera tersadar, bahwa pemandangan amboi di hadapannya itu memang tersedia untukku, terlepas itu milik guru sekolahku sendiri. <br />
<br />
Tidak ingin membuang-buang waktu, bibirku berhenti menciumi <br />
bibir Mbak Yani dan mulai bergerak ke bawah. Kucium dan <br />
kujilati leher jenjang Mbak Yani, membuatnya <br />
menggelinjal-gelinjal sambil merintih kecil. Sementara itu, <br />
tanganku kuselipkan ke balik beha Mbak Yani sehingga <br />
menungkupi seluruh permukaan payudara sebelah kanannya. Puting susunya yang tinggi dan mulai mengeras begitu menggelitik telapak tanganku. Segera kuelus-elus puting susu yang indah itu dengan telapak tanganku. Kepala Mbak Yani tersentak menghadap ke atas sambil memejamkan matanya. Tidak puas dengan itu, ibu jari dan telunjukku memilin-milin puting susu Mbak Yani yang langsung saja menjadi sangat keras. Memang baru kali ini aku menggeluti tubuh indah seorang wanita. Namun memang insting kelelakianku membuatku seakan-akan sudah mahir melakukannya. <br />
<br />
"Iiiihh..... auuuhhh..... aaahhh....." Mbak Yani tidak dapat <br />
menahan desahan-desahan nafsunya. Segala gelitikan <br />
jari-jemariku yang dirasakan oleh payudara dan puting susunya <br />
dengan bertubi-tubi, membuat nafsu birahinya semakin <br />
membulak-bulak. <br />
<br />
Kupegang tali pengikat beha Mbak Yani lalu kuturunkan ke <br />
bawah. Kemudian beha itu kupelorotkan ke bawah sampai ke perut Mbak Yani. Puting susu Mbak Yani yang sudah begitu mengeras itu langsung mencelat dan mencuat dengan indahnya di depanku. Aku langsung saja melahap puting susu yang sangat menggiurkan itu. Kusedot-sedot puting susu Mbak Yani. Kuingat masa kecilku dulu saat masih menyusu pada payudara ibuku. Bedanya, tentu saja payudara guru sekolahku ini belum dapat mengeluarkan air susu. Mbak Yani menggeliat-geliat akibat rasa nikmat yang begitu melanda kalbunya. Lidahku dengan mahirnya tak ayal menggelitiki puting susunya sehingga pentil yang sensitif itu melenting ke kiri dan ke kanan terkena hajaran lidahku. <br />
<br />
"Oooh.... Buuuuuuuud" desahan Mbak Yani semakin lama bertambah keras. Untung saja rumahnya sedang sepi dan letaknya memang agak berjauhan dari rumah yang paling dekat, sehingga tidak mungkin ada orang yang mendengarnya. <br />
<br />
Belum puas dengan payudara dan puting susu Mbak Yani yang <br />
sebelah kiri, yang sudah basah berlumuran air liurku, mulutku <br />
kini pindah merambah bukit membusung sebelah kanan. Apa yang kuperbuat pada belahan indah sebelah kiri tadi, uperbuat pula pada yang sebelah kanan ini. Payudara sebelah kanan milik guru sekolahku yang membulat indah itu tak luput menerima jelajahan mulutku dengan lidahnya yang bergerak-gerak dengan mahirnya. Kukulum ujung payudara Mbak Yani. Lalu kujilati dan kugelitiki puting susunya yang tinggi. Puting susu itu juga sama melenting ke kiri dan ke kanan, seperti halnya puting susu payudaranya yang sebelah kiri tadi. Mbak Yani pun semakin merintih-rintih karena merasakan geli dan nikmat yang menjadi-jadi berbaur menjadi satu padu. Seperti tengah minum soft drink dengan memakai sedotan plastik, kuseruput puting susu guru sekolahku itu. <br />
<br />
"Buuuddd..... Aaaahhhhh....." Mbak Yani menjerit panjang. <br />
<br />
Lidahku tetap tak henti-hentinya menjilati puting susu Mbak <br />
Yani yang sudah demikian kerasnya. Sementara itu tanganku <br />
mulai bergerak ke arah bawah. Kubuka retsleting celana jeans <br />
yang Mbak Yani kenakan. Kemudian dengan sedikit dibantunya <br />
sambil tetap merem-melek, kutanggalkan celana ...</b> </div><div><b>...jeans itu ke <br />
bawah hingga ke mata kaki. Tubuh bagian bawah Mbak Yani <br />
sekarang hanya dilindungi oleh selembar celana dalam dengan <br />
bahan dan warna yang seragam dengan behanya. Meskipun begitu, tetap dapat kulihat warna kehitaman samar-samar di bagian selangkangannya. <br />
<br />
Ditunjang oleh nafsu birahi yang semakin menjulang tinggi, <br />
tanpa berpikir panjang lagi, kulepas pula kain satu-satunya <br />
yang masih menutupi tubuh Mbak Yani yang memang sintal itu. <br />
Dan akhirnya tubuh mulus guru sekolahku itu pun terhampar <br />
bugil di depanku, siap untuk kunikmati. <br />
<br />
Tak ayal, jari tengahku mulai menjamah bibir vagina Mbak Yani <br />
di selangkangannya yang sudah mulai ditumbuhi bulu-bulu tipis <br />
kehitaman walaupun belum begitu banyak. Kutelusuri sekujur <br />
permukaan bibir vagina itu secara melingkar berulang-ulang <br />
dengan lembutnya. Tubuh Mbak Yani yang masih terduduk di sofa melengkung ke atas dibuatnya, sehingga payudaranya semakin membusung menjulang tinggi, yang masih tetap dilahap oleh mulut dan bibirku dengan tanpa henti. <br />
<br />
"Oooohhh..... Budddyyyy..... Iiiihhh..... Buuud.....!" <br />
<br />
Jari tengahku itu berhenti pada gundukan daging kecil berwarna <br />
kemerahan yang terletak di bibir vagina Mbak Yani yang mulai <br />
dibasahi cairan-cairan bening. Mula-mula kuusap-usap daging <br />
kecil yang bernama klitoris ini dengan perlahan-lahan. <br />
Lama-kelamaan kunaikkan temponya, sehingga usapan-usapan tersebut sekarang sudah menjadi gelitikan, bahkan tak lama kemudian bertambah lagi intensitasnya menjadi sentilan. Klitoris Mbak Yani yang bertambah merah akibat sentuhan jariku yang bagaikan sudah profesional, membuat tubuh pemiliknya itu semakin menggelinjal-gelinjal tak tentu arahnya. <br />
<br />
Melihat Mbak Yani yang tampak semakin merangsang, aku menambah kecepatan gelitikanku pada klitorisnya. Dan akibatnya, klitoris Mbak Yani mulai membengkak. Sementara vaginanya pun semakin dibanjiri oleh cairan-cairan kenikmatan yang terus mengalir dari dalam lubang keramat yang masih sempit itu. <br />
<br />
Puas menjelajahi klitoris Mbak Yani, jari tengahku mulai <br />
merangsek masuk perlahan-lahan ke dalam vagina guru sekolahku itu. Setahap demi setahap kumasukkan jariku ke dalam vaginanya. Mula-mula sebatas ruas jari yang pertama. Dengan susah payah memang, sebab vagina Mbak Yani memang masih teramat sempit. Kemudian perlahan-lahan jariku kutusukkan lebih dalam lagi. Pada saat setengah jariku sudah amblas ke dalam vagina Mbak Yani, terasa ada hambatan. Seperti adanya selaput yang cukup lentur. <br />
<br />
"Aiiihh... Bud..." Mbak Yani merintih kecil seraya meringis <br />
seperti menahan rasa sakit. Saat itu juga, aku langsung sadar, <br />
bahwa yang menghambat penetrasi jari tengahku ke dalam vagina Mbak Yani adalah selaput daranya yang masih utuh. Ternyata guru sekolahku satu-satunya itu masih perawan. Baru aku tahu, ternyata sebandel-bandelnya Mbak Yani, ternyata guru sekolahku itu masih sanggup memelihara kehormatannya. Aku sedikit salut padanya. Dan untuk menghargainya, aku memutuskan tidak akan <br />
melanjutkan perbuatanku itu. <br />
<br />
"Bud..... Kok distop....." tanya Mbak Yani dengan nafas <br />
terengah-engah. <br />
<br />
"Mbak, Mbak kan masih perawan. Nanti kalo aku terusin kan Mbak <br />
bisa....." <br />
<br />
Mbak Yani malah menjulurkan tangannya menggapai <br />
selangkanganku. Begitu tangannya menyentuh ujung penisku yang masih ada di dalam celana pendek yang kupakai, penisku yang tadinya sudah mengecil, sontak langsung bergerak mengeras kembali. Ternyata sentuhan lembut tangannya itu berhasil membuatku terangsang kembali, membuatku tidak dapat membantah apapun lagi, bahkan aku seperti melupakan apa-apa yang kukatakan barusan. <br />
<br />
Dengan secepat kilat, Mbak Yani memegang kolor celana pendekku itu, lalu dengan sigap pula celanaku itu dilucutinya sebatas lutut. Yang tersisa hanya celana dalamku. Mata Mbak Yani tampak berbinar-binar menyaksikan onggokan yang cukup besar di selangkanganku. Diremas-remasnya penisku dengan tangannya, membuat penisku itu semakin bertambah keras dan bertambah panjang. Kutaksir panjangnya sekarang sudah bertambah dua kali lipat semula. Bukan main! Semua ini akibat rangsangan yang kuterima dari guru sekolahku itu sedemikian hebatnya. <br />
<br />
"Mbak..... aku buka dulu ya," tanyaku sambil menanggalkan <br />
celana dalamku. <br />
<br />
Penisku yang sudah begitu tegangnya seperti meloncat keluar <br />
begitu penutupnya terlepas. <br />
<br />
"Aw!" Mbak Yani menjerit kaget melihat penisku yang begitu <br />
menjulang dan siap tempur. Namun kemudian ia meraih penisku itu dan perlahan-lahan ia menggosok-gosok batang 'meriam'-ku itu, sehingga membuat otot-otot yang mengitarinya bertambah jelas kelihatan dan batang penisku itu pun menjadi laksana tonggak yang kokoh dan siap menghujam siapa saja yang menghalanginya. Kemudian Mbak Yani menarik penisku dan membimbingnya menuju selangkangannya sendiri. Diarahkannya penisku itu tepat ke arah lubang vaginanya. <br />
<br />
Sekilas, aku seperti sadar. Astaga! Mbak Yani kan guru <br />
sekolahku sendiri! Apa jadinya nanti jika aku sampai <br />
menyetubuhinya? Apa kata orang-orang nanti ...</b> </div><div><b>..mengetahui aku <br />
berhubungan seks dengan guru sekolahku sendiri? <br />
<br />
Akhirnya aku memutuskan tidak akan melakukan penetrasi lebih jauh ke dalam vagina Mbak Yani. Kutempelkan ujung penisku ke bibir vagina Mbak Yani, lalu kuputar-putar mengelilingi bibir gua tersebut. Mbak Yani menggerinjal-gerinjal merasakan sensasi yang demikian hebatnya serta tidak ada duanya di dunia ini. <br />
<br />
"Aaahhh..... uuuhhhh....." Mbak Yani mendesah-desah dengan <br />
Yanirnya sewaktu aku sengaja menyentuhkan penisku pada <br />
klitorisnya yang kemerahan dan kini kembali membengkak. <br />
Sementara bibirku masih belum puas-puasnya berpetualang di <br />
payudara Mbak Yani itu dengan puting susunya yang <br />
menggairahkan. Terlihat payudara guru sekolahku itu dan daerah sekitarnya basah kuyup terkena jilatan dan lumatanku yang begitu menggila, sehingga tampak mengkilap. <br />
<br />
Aku perlahan-lahan mulai memasukkan batang penisku ke dalam lubang vagina Mbak Yani. Sengaja aku tidak mau langsung menusukkannya. Sebab jika sampai kebablasan, bukan tidak mungkin dapat mengoyak selaput daranya. Aku tidak mau melakukan perbuatan itu, sebab bagaimanapun juga Mbak Yani adalah guru sekolahku, darah dagingku sendiri! <br />
<br />
Mbak Yani mengejan ketika kusodokkan penisku lebih dalam lagi ke dalam vaginanya. Sewaktu kira-kira penisku amblas hampir setengahnya, ujung "tonggak"-ku itu ternyata telah tertahan oleh selaput dara Mbak Yani, sehingga membuatku menghentikan hujaman penisku itu. Segera saja kutarik penisku perlahan-lahan dari Yaning surgawi milik guru sekolahku itu. Gesekan-gesekan yang terjadi antara batang penisku dengan dinding lorong vagina Mbak Yani membuatku meringis-ringis menahan rasa nikmat yang yang tak terhingga. Baru kali ini aku merasakan sensasi seperti ini. Lalu, kembali kutusukkan penisku ke dalam vagina Mbak Yani sampai sebatas selaput daranya lagi dan kutarik lagi sampai hampir keluar seluruhnya. <br />
<br />
<br />
Begitu terus kulakukan berulang-ulang memasukkan dan <br />
mengeluarkan setengah batang penisku ke dalam vagina Mbak <br />
Yani. Dan temponya pun semakin lama semakin kupercepat. <br />
Gesekan-gesekan batang penisku dengan Yaning vagina Mbak Yani semakin menggila. Rasanya tidak ada lagi di dunia ini yang dapat menandingi kenikmatan yang sedang kurasakan dalam permainan cintaku dengan guru sekolahku sendiri ini. <br />
Kenikmatan yang pertama dengan kenikmatan berikutnya, <br />
disambung dengan kenikmatan selanjutnya lagi, saling <br />
susul-menyusul tanpa henti. <br />
<br />
Tampaknya setan mulai merajalela di otakku seiring dengan <br />
intensitas gesekan-gesekan yang terjadi di dalam vagina Mbak <br />
Yani yang semakin tinggi. Kenikmatan tiada taranya yang serasa tidak kesudahan, bahkan semakin menjadi-jadi membuat aku dan Mbak Yani menjadi lupa segala-galanya. Aku pun melupakan semua komitmenku tadi. <br />
<br />
Dalam suatu kali saat penisku tengah menyodok vagina Mbak <br />
Yani, aku tidak menghentikan hujamanku itu sebatas selaput <br />
daranya seperti biasa, namun malah meneruskannya dengan cukup keras dan cepat, sehingga batang penisku amblas seluruhnya dalam vagina Mbak Yani. Vaginanya yang amat sempit itu berdenyut-denyut menjepit batang penisku yang tenggelam sepenuhnya. <br />
<br />
"Aaaauuuuwwww....." Mbak Yani menjerit cukup keras kesakitan. <br />
Tetapi aku tidak menghiraukannya. Sebaliknya aku semakin <br />
bernafsu untuk memompa penisku itu semakin dalam dan semakin cepat lagi penetrasi di dalam vagina Mbak Yani. Tampaknya rasa sakit yang dialami guru sekolahku itu tidak membuat aku mengurungkan perbuatan setanku. Bahkan genjotan penisku ke dalam lubang vaginanya semakin menggila. Kurasakan, semakin cepat aku memompa penisku, semakin hebat pula gesekan-gesekan yang terjadi antara batang penisku itu dengan dinding vagina Mbak Yani, dan semakin tiada tandingannya kenikmatan yang <br />
kurasakan. <br />
<br />
Hujaman-hujaman penisku ke dalam vagina Mbak Yani <br />
terus-menerus terjadi sambung-menyambung. Bahkan tambah lama bertambah tinggi temponya. Mbak Yani tidak sanggup berbuat apa-apa lagi kecuali hanya menjerit-jerit tidak karuan. <br />
Rupa-rupanya setan telah menguasai jiwa kami berdua, sehingga kami terhanyut dalam perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh dua guru dan murid. <br />
<br />
"Aaaah..... Budi..... aaahhh....." Mbak Yani menjerit panjang. <br />
Tampaknya ia sudah seakan-akan terbang melayang sampai langit ketujuh. Matanya terpejam sementara tubuhnya bergetar dan menggelinjang keras. Peluh mulai membasahi tubuh kami berdua. Kutahu, guru sekolahku itu sudah hampir mencapai orgasme. Namun aku tidak mempedulikannya. Aku sendiri belum merasakan apa-apa. Dan lenguhan serta jeritan Mbak Yani semakin membuat tusukan-tusukan penisku ke dalam vaginanya bertambah menggila lagi. Mbak Yani pun bertambah keras jeritan-jeritannya. Pokoknya suasana saat itu sudah gaduh sekali. Segala macam lenguhan, desahan, ditambah dengan jeritan berpadu menjadi satu. <br />
<br />
Akhirnya kurasakan sesuatu hampir meluap ...</b> </div><div><b>..keluar dari dalam <br />
penisku. Tetapi ini tidak membuatku menghentikan penetrasiku pada vagina Mbak Yani. Tempo genjotan-genjotan penisku juga tidak kukurangi. Dan akhirnya setelah rasanya aku tidak sanggup menahan orgasmeku, kutarik penisku dari dalam vagina Mbak Yani secepat kilat. Kemudian dengan tempo yang tinggi, kugosok-gosok batang penisku itu dengan tanganku. Tak lama kemudian, cairan-cairan kental berwarna putih bagaikan layaknya senapan mesin bermuncratan dari ujung penisku. Sebagian mengenai muka Mbak Yani. Ada pula yang mengenai payudara dan bagian tubuhnya yang lain. Bahkan celaka! Ada pula yang belepotan di jok sofa yang diduduki Mbak Yani. Ditambah dengan darah yang mengalir dari dalam vaginanya, menandakan keperawanan guru sekolahku itu berhasil direnggut olehku, adik kandungnya sendiri! <br />
<br />
Dan akhirnya karena kehabisan tenaga, aku terhempas begitu <br />
saja ke atas sofa di samping Mbak Yani. Tubuh kami berdua <br />
sudah bermandikan keringat dari ujung rambut ke ujung kaki. <br />
Aku hanya mengenakan kaus oblong saja, sedangkan Mbak Yani telanjang bulat tanpa selembar benangpun yang menutupi <br />
tubuhnya. </b> </div><div></div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-44656428133598982010-03-21T12:51:00.000-07:002010-03-21T13:03:20.729-07:00KEPERAWANANKU UNTUK KAKAK IPARKU<b></b><br />
<div style="color: #20124d;"><div style="color: #cc0000;"><div><b><b>KEPERAWANANKU UNTUK KAKAK IPARKU</b></b></div><div></div></div><div><b>aku lea umur 28 thn. umur perkawinanku baru 5 bulan tapi aku mengulagi kegilaanku sebelum menikah... <br />
BERSELINGKUH DENGAN KAKAK IPARKU.<a name='more'></a> <br />
<br />
aku akan mulai cerita kebejatanku dari pertama kali aku berhubungan seks dng suami kakakku. <br />
<br />
sebelum kawin aku tinggal dgn kakakku, mbak shinta yg sdh berkeluarga. suaminya,mas toni adalah pria yang ramah sabar, dan hangat. sementara mbak sinta wanita mandiri yg agak galak. <br />
aku dan mas toni sangat akrab. aku menganggap dia seperti kakak kandungku sendiri. kami bahkan bkerja di gedung yg sama di t.b. simatupang walau lain kantor. ini membuat aku selalu nebeng motornya pulang pergi kantor. <br />
tapi keakraban kami dgn cepat berubah menjadi perselingkuhan. <br />
<br />
waktu itu aku berumur 26 thn dan mas toni 30 thn. <br />
hari itu jumat, pulang kantor aku minta diantar ke depok. pulang dari depok menuju kerumah kami di pancoran turun hujan. kami akhirnya berteduh di dekat UI. waktu itu sekitar jam 9 malam. <br />
<br />
di pos jaga yang agak remang semua itu dimulai. <br />
aku duduk agak rapat dng tubuh mas toni. 15 menit kemudian ia memeluk dan mencium bibirku. aku kaget sekali, baru kali itu bibirku dilumat seorg pria. kutolak tubuhnya. <br />
<br />
aku tdk bisa berbicara. <br />
tanpa kuminta, mas toni bercerita ttg perasaannya selama ini. ia terangsang dgn tubuhku yang katanya seksi. payudara dan pantatku membuatnya sering berfantasi sdg bercinta dngku. ditambah kebiasaanku yg sembrono berpakaian di rumah yang tdk memakai BH membuat susuku merangsangnya. ia bahkan tdk bisa melupakan tubuhku yg telanjang di kamar mandi. mas toni berpikir aku sengaja menggodanya. <br />
aku ingat memang pernah lupa mengunci kamar mandi dan ia melihatku bugil. walau semua sdh aku lupakan tapi itu membekas dipikirannya. <br />
<br />
aku merasa bersalah krn membuatnya salah sangka. maka ketika ia menciumku aku tdk bisa menolaknya. <br />
<br />
ia melumat bibirku, lidahku bahkan melepaskan blous-ku dan mencumbui payudaraku. <br />
awalnya aku diam saja tapi rangsangannya membuatku membalas birahinya. aku sgt menikmati pagutan dan cumbuan liar dan panas kami. <br />
<br />
sampai dirumah aku coba bersikap biasa. malamnya aku tdk bisa tidur, perasaanku bercampur aduk. <br />
<br />
jam 3 subuh aku bangun ke kamar kecil, rupanya mas toni sedang nonton di ruang tengah. <br />
ia menarikku keruang tamu dan membujukku utk meneruskan cumbuan kami. <br />
aku takut sekali tapi entah kenapa aku tdk bisa menolaknya. <br />
dan diatas karpet ruang tamu yg gelap, keperawananku kuserahkan dengan rela pada mas toni. <br />
<br />
entah apakah karena belum pernah bersentuhan dgn pria, pengalaman seks malam itu rasanya sungguh luar biasa. <br />
kami bergumul telanjang, aku yg mulanya diam saja mau tak mau bergelinjang liar. tubuhku dijilati, diciumi, digigit lembut. <br />
susuku diremas, putingku diisap bahkan pantatku-pun dijilati. nikmat menyerang tubuhku, aku rasanya terbang. <br />
<br />
nafas kami memburu dan kami mengerang-erang tertahan. <br />
dan yg paling tdk bisa kulupa adalah mas toni memaini vaginaku dgn mulut dan lidahnya. lidahnya menggeliat dlm liangku seperti ada ular yg masuk kedlm lubang vaginaku. <br />
<br />
entah apa namanya, susah menjelaskan rasa apa yg menyelimuti tubuhku. <br />
setelah tubuhku mengejang-ngejang yg rupanya adalah awal orgasmeku dan vaginaku terasa basah berlendir, mas toni menusuk vaginaku dgn kontolnya. <br />
vaginaku sakit karena tusukan kontolnya tapi nikmat. <br />
<br />
setelah beberapa kali kocokan akhirnya...terdengar bunyi halus, SLEEPPP... terasa benda keras menerobos vaginaku dan menyentuh dasarnya. benda itu berdenyut lembut dan hangat. bisa kurasakan dinding vaginaku bereaksi meremas kontolnya. ini memberi sensasi yg membuat kakiku terasa lemas. vaginaku terasa hangat. terasa mas toni menekan kontolnya sedalam mungkin. <br />
<br />
karena terhanyut dgn keadaan itu tanpa sadar, tanganku yg sedari tadi meremas pantatnya, menarik pantatnya agar kontolnya tertanam lebih dalam. <br />
sakit, nikmat itu yng memenuhi vaginaku. <br />
<br />
setelah beberapa menit. akhirnya mas toni bergerak mengocok vaginaku. terasa kontolnya keluar masuk. pantatku tanpa diperintah bergoyang kanan-kiri. <br />
akal sehatku menolak tp tubuhku tdk bisa menolak setiap tetes kenikmatan yg mas toni berikan. <br />
<br />
inikah yg mbak shinta nikmati di ranjangnya. inikah yg membuatnya berdesah, merintih, dan mengerang kalau kebetulan aku lewat dekat kamarnya dimalam hari. <br />
aku telah mengambil kenikmatan ini dr mbak shinta. <br />
<br />
setelah beberapa saat, tubuhku serasa terbang, kocokannya makin cepat dan ganas. vaginaku terasa letih dan sakit tapi aku tdk ingin berhenti karena kontol mas toni yg begitu nikmat. <br />
<br />
aku melenguh pelan... nikmat...aku sampai, orgasme. <br />
tubuh mas tonipun terasa menegang, keringatnya dingin tp kulitnya panas. ia mencabut kontolnya dan spermanya disemprotkan kepahaku. ia melenguh tertahan panjang dan tubuhnya jatuh menindihku. <br />
aku membuatnya orgasme. <br />
<br />
dikamar mandi ada darah segar dan lendir licin hangat divagina dan selangkanganku. <br />
keperawananku hilang tapi aku tdk menyesal karena tubuhku terasa nikmat. <br />
<br />
sehebat itukah mas toni atau nikmat yg luar biasa ini karena ini pengalaman pertamaku? <br />
<br />
setelah malam itu aku sempat menolaknya karena takut ...</b> </div><div><div><div><b>...ketahuan mbak shinta tapi karena sudah tahu rasanya seks kemudian aku berdalih toh mbak shinta kasar pada mas toni aku kasihan pada mas toni akhirnya kami menjadi sepasang kekasih yg dimabuk birahi. <br />
aku tdk pernah menolak ajakan mas toni utk bercinta. <br />
ia mengajariku berbagai macam cara menikmati seks. <br />
aku paling tdk tahan jika vaginaku dioral olehnya. itulah yg paling aku suka saat bercinta dgnnya. <br />
<br />
dari semua permainan seks terlarang kami ada satu yg paling aku sukai. <br />
ada saat dimana selama seminggu mbak shinta pulang purwokerto karena ibu kami sakit. karena aku tdk dapat cuti, aku tinggal dirumah berdua saja dgn mas toni. <br />
<br />
lima hari aku menggantikan mbak shinta menjadi istri mas toni. itulah saat terindah dan paling memuaskan selama hampir dua tahun kami berselingkuh. <br />
<br />
hari pertama mbak shinta pergi, sorenya kami bercinta di kamar mandi. kami saling memandikan. mas toni mengoral vaginaku dibawah siraman shower. setelah itu kami lanjutkan di ranjang kamarnya. <br />
<br />
saat itulah pertama kali ia memintaku mengoral kontolnya. memang aku suka vaginaku dijilati mas toni tapi aku takut jika harus menghisap kontolnya. <br />
tapi ia selalu punya cara membujukku. <br />
<br />
dalam keadaan fly setelah selesai bercinta, ia menjelaskan ttg betapa senangnya pria jika kontolnya di hisap pasangannya, mengoral kontol tdk berbahaya dan lebih bersih dr pd vagina, lagipula kami sdh mandi katanya kemudian ia merangsangku lagi. <br />
pahaku dibuka, vaginaku di gosok-gosok dng wajahnya, bibir vaginaku yg bulunya sdh kucukur dijilatinya. klitorisku diisapnya. aku mulai terangsang lagi. <br />
tubuhku merinding keenakan. "ssshhh....." aku mendesis enak. <br />
<br />
saat aku hampir sampai mas toni berhenti. aku protes krn aku sebentar lagi kepuncak. tapi mas toni hanya memutar posisi. wajahnya masih divaginaku, tapi tubuhnya diatasku, kakinya mengangkagi wajahku, kontolnya skrg tepat didepan wajahku. <br />
<br />
batang kejantanannya ereksi, tegang. warnanya coklat gelap, panjangnya mungkin 16 atau 17 cm tapi terlihat besar dan menakutkan. ada urat yg menyembul membuatnya kelihatan gemuk. <br />
kontol ini rasanya menakutkan tapi enak sekali jika masuk vaginaku. <br />
aku mengerti mas toni minta diisap. <br />
mas toni mulai lagi memaini vaginaku, lama-kelamaan kontol itu terlihat manyenangkan, apakah aku fly lagi? <br />
<br />
"pegang sayang, remas yg lembut" bagai tersihir aku meremas. kontolnya hangat berdenyut. mas toni mengerang <br />
"nikmat...OOOO......leaaa.........." melihat mas toni bergetar aku makin semangat. <br />
kukocok kontol itu pantat mas toni bergerak-gerak. geliat lidahnya di vaginaku makin cepat dan dalam, aku makin keenakan dan membuatku makin bernafsu memberi kontol mas toni kenikmatan. <br />
<br />
entah kapan, kontolnya skrg ada dlm mulutku, mas toni mengerang, "eeerrrggghhhh........." <br />
kuisap, kukulum kontolnya. tubuhku yg meriang karena vaginaku dioral memaksa mulutku terus mengocok kontolnya dgn mulutku. <br />
kontol mas toni lama-kelamaan makin enak dan meggairahkan. <br />
aku baru sadar kalau kontolnya enak sekali. <br />
<br />
mas toni tdk melepas mulutnya dr vaginaku, rupanya ia sengaja karena orlannya membuatku makin bersemangat mengulum kontolnya. <br />
<br />
setelah 10 menit aku mengoralnya disertai erangan nafsu. terasa mas toni tdk bisa mengontrol kontolnya. tubunya mengejang dan mulutnya berhenti menjilati liangku. ia mendorong kontolnya kedalam mulutku. sepertinya ia hampir orgasme. <br />
<br />
ia memutar tubuhnya ke posisi tradisional. <br />
<br />
"lea...mas mau masuk..." suaranya memelas, wajahnya basah peluh, liur dan lendir. <br />
<br />
kugenggam kontolnya dan membimbing ke vaginaku. <br />
begitu alat kelamin kami bersentuhan, mas toni mendesak masuk kontolnya. <br />
"aaaghgghhhh.........massss....." aku tercekat. <br />
hanya dlm sekali tusukan, kontolnya terbenam. kasar sakit sekali. <br />
mas toni jadi buas, ia mengocok kontolnya berulang-ulang. nafasnya memburu. walau sakit aku mulai ikut bernafsu, pinggulku bergerak mengikuti tusukan kontolnya. ranjang ikut bergerak. <br />
<br />
"oghhhhhhhhhh.....masssss...ennghhh....." aku berteriak <br />
"Saaa...yyaangg....kkauuu ggadiiisss...hhheeebbbbaattttttttt." mas toni mengerang. <br />
<br />
beberapa saat. <br />
"massss... lleeeaaa... mmauu saaammm....eeengghhhhh...paaaiiii...." tubuhnya mulai mengejang. <br />
kontolnya yg di isap membuat mas toni kesetanan. <br />
<br />
"akkuu...bbeellummm... maass...." aku harap mas toni blm orgasme dulu. <br />
<br />
tiba-tiba mas toni menarik tubuhku menjadi posisi duduk. kami berhadapan. ia memangkuku. <br />
"ayo kocok sayang" pintanya <br />
aku mengerti dlm posisi ini aku yg akan duluan sampai sedangkan kontol mas toni yg terjepit menahan spermanya mengalir kebatangnya. <br />
<br />
aku bergerak maju mundur. tubuhmya tdk bergerak, ia menghisap susuku. <br />
"ogghhhhh.....mmmaassss....." isapnnya membuat tubuhku yg sdh terangsang makin menegang. <br />
kupercepat gerakanku. aku seperti joki kuda yg sedang menunggangi mas toni. wajahnya menempel di dadaku. kontolnya seret menggosok dinding ...</b> </div></div><b> ...vaginaku. luarbiasa nikmat... <br />
<br />
5 menit, 10, 15 menit akhirnya aku bobol, cairan maniku membanjiri vaginaku, hangat. <br />
<br />
aku mendongak,mataku gelap tubuhku terasa terangkat ke awan. <br />
aku melenguh panjang, "Heeeennnngggggghhhh.......masss... a..ku....OOOgggghhhhh......" <br />
tubuhku jatuh lemas ke ranjang. <br />
<br />
mas toni kembali menindihku. kontolnya yg msh tertancap di vaginaku dikocoknya. aku mendengar mas toni merintih nikmat terputus-putus. "Hegh...hegh...hegh..." <br />
sampai.."leaaa... mas....samm...."kata-katanya terputus ia ambruk menimpaku. <br />
tubuhnya lemas, kami berpelukan. tubuh kami panas bersatu. <br />
<br />
malam itu kami bercinta sampai 4 kali. ngilu vaginaku, tubuhku capek sekali. tapi nikmatnya tubuh mas toni melebihi semua itu. <br />
<br />
setiap malam selama mbak shinta tdk ada kami bercinta sepuas-puasnya. aku tidak lagi takut mengulum kontol mas toni. <br />
malam kelima, malam sabtu, mas toni mengajakku menginap di hotel kawasan cikini. suasana romantis membuat kami tdk tidur semalaman, yg kami lakukan hanya bercinta-dan bercinta , mereguk seks sepuasnya. <br />
sabtu paginya kami naik kereta dari gambir ke purwokerto menyusul mbak shinta. </b> </div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-15025787140434537552010-03-21T12:49:00.001-07:002010-03-21T13:03:06.983-07:00Ci May Merenggut Keperjakaanku!!!<div style="color: #cc0000;"><div><b><b>Ci May Merenggut Keperjakaanku!!!</b></b></div><div></div></div><b style="color: #20124d;">Perkenalkan nama saya Prasetyo.... (bukan nama sebenernya), Sebut saja aku Pras... <br />
Aku masih bujangan berusia 24 tahun. Seorang pemuda yang cukup tampan dan cukup atletis paling tidak buat teman2 wanitaku<a name='more'></a> di kalangan kampus aku selalu jadi primadona. Selain tampan dan atletis, aku juga pintar dalam pelajaran dan ramah dengan semua orang... Maka banyak sekali wanita-wanita sebayaku yang ingin menjadikan aku pacar mereka... Trus terang aku ini HYPER SEX... Sering berfantasi "bersetubuh dengan wanita"... Bagiku bercinta dengan wanita adalah suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari... <br />
<br />
Cerita ini mengisahkan aku dengan Ci May... Wanita berusia 36 tahun dengan tubuh yang sintal dan ukuran buah dada yang sungguh menggagumkan.... 38 E... (sungguh besar sekali untuk saya) sedangkan panjang penis saya 18 cm... <br />
<br />
1 tahun yang lalu aku berkenalan dengan Ci May... Ci May adalah istri dari seorang yang kaya raya dan Ia dikaruniai 3 orang anak yang masih kecil-kecil... Setahuku dia adalah istri yang setia... Namun tidak disangka Ci May merupakan wanita yang binal dan sangat HOT!!! <br />
<br />
Perkenalan kami berlangsung singkat dan kami sering telp-telp.. Hubungan kami semakin lama semakin dekat dan kami merasa ada suatu yang lain... Cinta... Perasaan itu semakin lama semakin kuat... <br />
<br />
Kisah keperjakaanku direnggut oleh Ci May... Ketika kami bersepakat untuk ketemu di suatu tempat... Di sana kami memadu kasih layaknya sepasang insan yang sedang jatuh cinta.. Sebagai seorang perjaka yang belum mengenal dunia malam atau dunia sek... tentu saja jam terbangku tidak sebanding dengan Ci May yang merupakan wanita bersuami dan memiliki libido yang tinggi... <br />
<br />
Pada hari itu, Ci May menciumi saya dan perlahan dan pasti dia membuka baju saya dan menciumi tubuh saya... Kejadian itu begitu cepat dan saya tidak menyadarinya... Karena pada saat itu saya sangat terangsang sekali... kemudian dengan cekatan dia memasukkan tangannya yang lembut dan mengocok2 penis saya... pikiran saya sangat kacau karena baru pertama kali saya merasakan diperlakukan demikian... <br />
<br />
Tanpa saya sadari... Celana saya dan Celana dalam saya sudah dilepaskan... Lalu dia mengisap penis saya dengan sangat pintar... mengulum dan mengocoknya pelan2... Sensasi yang sungguh luar biasa... Karena begitu terangsang.... saya membalasnya dengan meremas2 payudaranya yang sangat besar 38 E... Sungguh fantastis... Lalu saya membuka bajunya dan mencopotkan Branya.... Pertama kali saya agak kesulitan namun dengan bantuannya... akhirnya dapat saya lepaskan... <br />
<br />
Lalu saya hisap putingnya dan saya mainkan dengan lidah saya... Dia begitu bergairah dan sangat horni... Lalu saya buka celana panjangnya dan celana dalamnya dan saya bawa dia ke ranjang... Saya ciumi sekujur tubuhnya dan dia mengerang kenikmatan... aaahhh... aahhh... pras... ayo teruskan... aku horni banget... lalu lidah saya menyusuri tubuhnya yang putih mulus dan tibalah saya pada pangkal vaginanya.... Pertama kali saya melihat vagina seorang wanita... rambutnya dicukur habis.. Terpampang vagina yang masih rapat (selalu melahirkan dengan sesar)... Harum... dijaga begitu sempurna... aku memberanikan diri untuk menjilatnya... semakin lama semakin nikmat... <br />
<br />
Diapun mengerang dengan hebat... uaahhh.... aaaahhhh.... emmm.... enak sayang... aahh.... uaaaahhhh.... saya cepat masukkin... eit... saya tidak mau memasukkan dulu... saya pikir saya belum tegang betul... saya meminta dia untuk mengulum penis saya... GILA.... ketika batang saya dikulumnya... begitu hebatnya lidah dia memainkan penis saya... ahhh... enak sayang... erangku.. <br />
<br />
Lalu tanpa saya sadari... dia sudah memegang penis saya dan hendak memasukkannya ke lubang kenikmatannya... Posisi dia berada di atas saya... Seperti menunggangi kuda... dia menggoyang tubuhnya... Sungguh kuda betina yang liar... begitu membuat seluruh badan saya bergetar... Sungguh nikmat tiada tara... Ci May sungguh lihai dalam urusan ranjang... Pantas saja suaminya begitu sayang dan protektif terhadap Ci May.... <br />
<br />
Setelah 10 menit berada di atas, Ci May meminta saya mengganti posisi dengan doggy style... Dia berada di depan dan nungging... sungguh pemandangan pantat yang aduhai... besar dan montok... ingin rasanya mengenjotnya... saya masukkan penis saya yang dalam keadaan super tegang... penitrasi penis saya ke lubang vaginanya sungguh "peret"... aduh... enak banget rasanya... sensasi yang luar biasa.... setelah mengenjot sekitar 10 menitan... saya membaringkan tubuhnya dibawah dan mengangkat kakinya lalu menekuknya lalu saya genjot dia dari atas... <br />
<br />
bunyi ceplak-ceplak cairan kenikmatan kami... beberapa selang kemudian... tubuhnya mengelinjang kenikmatan dan diikuti erangan yang dasyat... Dia rupanya mau keluar... saya percepat genjotan saya dan saya juga sudah mau keluar... saya katakan : Sayang, aku mau keluar.... Lalu dia mengatakan : aku juga yank... Akhirnya kami keluar bersama2 diikuti erangan erotisnya.... Kami terkulai lemas dan dia berada di pelukan saya... Lalu saya diamkan beberapa saat dan vagina Ci May memijat2 penis saya... sungguh teknik bercinta yang luar biasa.... <br />
<br />
Lalu saya mencium keningnya... dan mengucapkan aku sayang kamu.... <br />
<br />
kejadian ini berulang2 sampai sekarang... Di mana ada kesempatan kami selalu bermain bersama.... Sekarang aku jadi pacar Ci May yang kaya itu.......... <br />
<br />
Buat tante2 yang mau kenalan.... saya bisa kok memberi kepuasan... Data2 tentang saya adalah valid... hanya nama saja yang disamarkan.... </b>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-3251598718497474342010-03-21T12:48:00.000-07:002010-03-21T13:02:28.758-07:00goyangan Ibu kostku....<span style="font-size: small;"><b></b></span><br />
<div style="color: #20124d;"><div style="color: red;"><div><span style="font-size: small;"><b><b>goyangan Ibu kostku....</b></b></span></div><div></div></div><div><span style="font-size: small;"><b>bu Intan memiliki tubuh yang lumayan. Aku dan kedua kakak kelasku sering mengintip dia apabila sedang mandi.<a name='more'></a> Kadang kami juga sering mencuri-curi pandang ke paha mulusnya apabila kami dan Ibu nonton tivi bareng. Ibu Intan sering memakai rok apabila dirumah sehingga kadang-kadang secara tidak sadar sering menyingkapkan paha putihnya yang mulus. Ibu Intan memiliki tinggi kurang lebih sekitar 160 cm dengan bodinya yang langsing dan putih mulus serta payudara yang indah tapi tak terlalu besar .. <br />
Ibu Intan memiliki wajah yang lumayan imut ,putih bersih mirip Bintang film dan sinetron Yatty Octavia.... <br />
Dia sangat baik kepada kami, apabila dia menagih uang listrik dan uang telepon dia meminta dengan sopan dan halus sehingga kami merasa betah tinggal di rumahnya. <br />
<br />
Pada suatu malam ...., kebetulan kedua kakak kelasku lagi ada tugas lapangan yang membuat mereka mesti tinggal di sana selama sebulan penuh. Sedangkan anak Bu Intan yang bernama Devi lagi tinggal bersama kakeknya selama seminggu. Praktis yang tinggal di rumah itu cuma aku dan Ibu Intan, sedangkan Bi Ana pembantu bu Intan tinggal di sebuah rumah kecil di halaman belakang yang terpisah dari rumah utama yang dikost-kan. Malam itu kepalaku sedikit pusing akibat tadi siang di kampus ada ujian Kalkulus. Soal ujian yang sulit dan penuh dengan hitungan yang rumit membuat kepalaku sedikit mumet. Untuk menghilangkan rasa pusing itu, malamnya aku memutar beberapa film bokep yang kupinjam dari teman kuliahku. <br />
"Lumayan lah, mungkin bisa ngilangin pusingku", pikirku. <br />
Aku memang biasa nonton bokep di komputerku di kamar kosku apabila kepala pusing karena kuliah. <br />
<br />
Pada saat piringan kedua disetel, tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara pintu kamarku terbuka. <br />
"Hayo Aldo, nonton apaan kamu?" Ibu Intan berkata padaku. <br />
"Astaga, aku lupa menutup pintu kamar" gerutuku dalam hati. <br />
Ibu Intan telah masuk ke kamarku dan memergoki aku sedang nonton film bokep. Aku jadi salah tingkah sekaligus malu. <br />
"Anu bu, aku cuma.." jawabku terbata-bata. <br />
"Boleh Ibu ikut nonton?" katanya bertanya padaku <br />
"Boleh.." jawabku seakan tak percaya kalo dia akan nonton film bokep bareng aku. <br />
"Dah lama nih Ibu ga nonton film kaya' gini. Kamu sering nonton ya?" katanya menggodaku. <br />
"Ah, gak bu.." jawabku <br />
"Hmm.. bagus juga adegannya" dia berkata sambil memandang adegan yang berlangsung. <br />
<br />
Akhirnya kami sama-sama menonton film bokep tersebut. Kadang-kadang dia meremas-remas payudaranya sendiri yang membuat kemaluanku berdiri tegak. Dia memakai daster putih malam itu kontras dengan kutang dan celana dalam warna hitam. Kadang aku melirik dia dengan sesekali memperhatikan dia yang sesekali memegang kemaluannya dan menggoyangkan pinggulnya seperti cewe yang sedang menahan kencing. Pemandangan itu membuat darahku mendesir dan membuat batang kejantananku berontak dengan sengit di dalam celana dalamku. <br />
Tiba-tiba dia bertanya, "Do, kamu pernah melakukan seperti yang di film tadi ga?" <br />
Aku terkejut mendengar kata-kata itu terlontar dari mulutnya. <br />
"Belum" jawabku. <br />
"Ah masa?" tanya dia seakan tak percaya. <br />
"Bener bu, sumpah.. aku masih perjaka kok" jawabku. <br />
"Kalo pacarmu ke kamarmu ngapain aja? ayo ngaku" tanyanya tersenyum kecil. <br />
"he...heheheh" <br />
"Ibu agak pegel-pegel dikit nih abis senam aerobik tadi sore. Bi Ana yang biasa mijetin dah tidur kecapekan kerja seharian, bantuin mijet bisa kan?" <br />
"Boleh, sekarang bu?" <br />
"Ya sekarang lah, di kamar Ibu yah.. ayo". <br />
<br />
Aku mengikuti Ibu Intan dari belakang menuju ke kamarnya. Baru pertama kali ini aku masuk ke kamar Ibu kosku itu. Kamarnya cukup luas dengan kamar mandi di dalam, kasur pegas lengkap dengan ranjang model eropa. Di sebelahnya ada meja rias, lemari pakaian dan meja kerja suaminya. Kamar yang indah. <br />
"Ini lotionnya..", kata Bu Intan kemudian. <br />
Ibu Intan kemudian membuka dasternya, hanya tinggal kutang dan celana dalam hitam yang terbuat dari sutera. Melihat pemandangan ini aku hanya bisa melongok takjub, tubuhnya yang putih mulus tepat berdiri di hadapanku. <br />
<br />
"Ayo mo mijit ga? Jangan bengong gitu". <br />
Aku terhentak kaget. Aku lupa kalo saat itu aku mo mijit dia. Akhirnya dia berbaring telungkup dia atas kasur. Aku mulai melumuri punggungnya dengan minyak tersebut. Aku mulai memijit dengan lembut. Kulitnya lembut sekali selembut sutera, kayanya dia sering melakukan perawatan tubuh, pikirku dalam hati. <br />
"Ahh.. enak juga pijatanmu Do, aku suka.. lembut sekali. " <br />
Aku memijat dari bahunya sampai mendekati pantat, berulang-ulang terus. <br />
"Do, tolong buka kutangku. Tali kutangnya ga nyaman, ganggu pijatannya" katanya menyuruh aku tuk membuka kutangnya. <br />
Aku membuka tali kutangnya dan Ibu Intan kemudian melepas kutangnya. Sesekali aku memijat sambil menggelitik daerah belakang telinganya. <br />
"Ssshh.. ahh.." dia mendesah ...</b></span> </div><div><div><div><span style="font-size: small;"><b>...apabila daerah belakang telinganya kugelitik dan apabila lehernya kupijat dengan halus. <br />
"Do, tolong pijat juga kakiku ya.." katanya. <br />
<br />
Aku mulai meminyaki kakinya yang panjang dan ramping. Sungguh kaki yang indah. Putih, bersih, mulus, tanpa cacat dengan sedikit bulu-bulu halus di betis. Pikiranku mulai omes, aku sedikit kehilangan konsentrasi ketika memijat bagian kakinya. <br />
"Do, tolong pijat sampai ke pangkal paha ya.." pintanya sambil memejamkan mata. <br />
Ketika tanganku memijat bagian pangkal pahanya, dia memejamkan mata sambil mendesah seraya menggigit bibir pertanda dia mulai "panas" akibat pijatanku. Aku mulai nakal dengan memijat-mijat sambil sesekali menggelitik daerah-daerah sensitifnya seperti leher dan pangkal pahanya. Dia mulai menggeliat tak karuan yang membuat kejantananku berontak dengan keras di celana dalamku. <br />
<br />
Tiba-tiba dia berkata, "Do, bisa mijit daerah yang lain ga?" <br />
"Daerah yang mana bu?" <br />
Tiba-tiba dia membalikkan badannya seraya membimbing kedua tanganku ke atas payudaranya. Posisi badannya sekarang adalah telentang. Dia hampir telanjang bulat, hanya tinggal segitiga pengamannya saja yang belum terlepas dari tempatnya. Aku tertegun melihat pemandangan itu. Payudaranya yang indah membulat menantang seperti sepasang gunung kembar lengkap dengan puncaknya yang kecoklatan. Aku meremasnya dengan lebut sambil sesekali melakukan "summit attack" dengan jari jemariku mempermainkan putingnya. Seperti memutar tombol radio ketika mencari gelombang. <br />
<br />
Ia mulai menggelinjang tak karuan. <br />
"Ahh.. oohh.. sshh", dia mendesah sambil membenamkan kepalaku menuju payudaranya. <br />
"Do.. Jilatin payudaraku Do.. cepat..". <br />
Aku mengabulkan permintaannya dengan memainkan lidahku diatas putingnya. Lidahku bergerak sangat cepat mempermainkan putingnya secara bergantian seperti penari samba yang sedang bergoyang di atas panggung. <br />
"Oohh.. aaahhhh.. uukkhh..sssssssh" Dia terus mendesah sambil mencengkramkan tangannya di pundakku. <br />
Dia memeluku dengan erat. Semakin cepat aku meminkan lidahku semakin keras desahannya. Lidahku mulai naik ke daerah leher dan bergerilya di sana. Bergerak terus ke belakang telinga sambil tanganku memainkan putingnya. Dia terus mendesah dan dengan sangat terlatih membuka baju dan celanaku. Sekarang yang kupakai hanya celana dalam yang menutupi penisku..... <br />
Kami mulai berpelukan dan berciuman dengan ganasnya. Ternyata dia sangat ahli dalam mencium. Bibirnya yang lembut dan lidah kami yang saling berpagutan membuatku serasa melayang seperti lalat. <br />
<br />
Dia mulai menciumi leherku dan sesekali menggigit kupingku. Aku semakin rakus dengan menjilatinya dari mulai leher sampai ujung kaki. <br />
"Aahh..", aku mendesah ketika tangannya menyusup ke markasku mencari rudalku, mengenggamnya dan mengocoknya dengan tangannya yang lembut. <br />
Dengan bantuan kakinya dia menarik celana dalamku sehingga celana dalamku terlepas. Aku telah telanjang bulat. Terlihat seorang prajurit lengkap dengan topi bajanya berdiri tegak siap untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasannya. <br />
"Oohh.. auhh.. sshh..", dia terus memainkan prajuritku dengan tangannya. <br />
<br />
Tanganku mulai membuka celana dalamnya yang telah basah oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam lobang vaginanya. Terlihat sebuah pemandangan yang indah ketiga segitiga pengaman itu terlepas. Sebuah pemandangan yang sangat indah di daerah selangkangan. Jembutnya yang rapi terurus dan vaginanya yang berwarna merah muda membuat darahku mendesir dan kejantananku semakin menegang. <br />
"Oohh.. nikmaatt.. truss..", dia berkata sambil mendesah ketika lidahku menggelitik daging kecil di atas lobang vaginanya. <br />
"Oohh.. sshh.. Yess.. truuss.." <br />
Semakin cepat aku memainkan lidahku semakin cepat juga dia mengocok kontolku. Aku terus mempercepat ritme lidahku, badannya semakin bergerak tak terkontrol. Tanpa sadar tangannya membenamkan kepalaku ke selangkangannya, aku hampir tak bisa bernapas. Aku mencium aroma khas vagina yang harum yang membuat lidahku terus menjilati klitorisnya. <br />
"Ohh.. Ssshh.. Ukhh", dia terus mendesah. <br />
"Do.. ahh.. lebih cepat.. ukhh.. aku mo keluar nih.." <br />
"Ahh..", terdengar lenguhan panjang dari bibirnya yang mungil. <br />
"Aukhh..", tiba-tiba badannya menegang hebat. <br />
<br />
Kedua tangannya menggenggam kepalaku dengan erat dan vaginanya semakin basah oleh cairan yang keluar. Dia mengalami orgasme klitoris, yaitu orgasme yang dihasilkan akibat perlakuan pada kelentitnya. <br />
"Do, nikmat sekali.. Aku tak menyangka kamu pandai bersilat lidah", katanya sambil napasnya terengah-engah. <br />
Ketika aku siap untuk menembakkan rudalku, tiba-tiba ia berkata, "Do, aku punya sebuah permainan untukmu". <br />
"Permainan ...</b></span> </div></div><span style="font-size: small;"><b> ..apa?" tanyaku. <br />
"Pokoknya kamu ikut aja, permainan yang mengasyikkan. Mau?" tanyanya. <br />
"Oke..", jawabku. <br />
<br />
Dia mengambil sebuah slayer dan menutup mataku, kemudian menyuruhku berbaring terlentang dan mengikut kedua tanganku dengan selendang yang telah ia siapkan. Kedua tanganku dan kakiku diikat ke empat penjuru ranjang sehingga aku tak bisa bergerak. Yang bisa aku gerakkan cuma pinggulku dan lidahku. Aku pun tak bisa melihat apa yang dia lakukan padaku karena mataku tetutup oleh slayer yang dia ikatkan. Aku seperti seorang tawanan. Aku hanya bisa merasakan saja. Tiba-tiba aku merasakan lidahnya mulai bergerilya dari mulai ujung kakiku. Trus bergerak ke pangkal paha. <br />
"Ahh", aku mendesah kecil. <br />
Lidahnya terus bergerak ke ke atas menuju perutku, terus menjilati daerah dadaku. <br />
"Oohh.. Ssshh..", aku mulai mendesah keenakan. Lidahnya terus naik ke leherku dan mencium bibirku. Kemudian lidahnya mulai turun kembali. <br />
"Ohh.. yyeess.. uukkhh..", aku mendesah hebat ketika lidahnya bermain di daerah antara lubang anus dan biji pelerku. <br />
"Aahh..", aku terus mendesah ketika dia mulai menjilati batang kemaluanku dari mulai pangkal sampai kepalanya, terus menerus, membuat tubuhku berkeringat hebat menahan rasa yang amat sangat nikmat. <br />
<br />
"Panjang juga ya punya kamu", Ibu Intan berkata padaku seraya mengulum penisku masuk ke dalam mulutnya. <br />
"Ahh.. eenaakk.. sshh", aku mendesah ketika batang kejantananku mulai keluar masuk mulutnya. <br />
Sesekali dia menghisapnya dengan lembut. Dia terus mengulum penisku dan semakin lama semakin cepat. Dia memang ahli, pikirku. Tidak seperti kuluman pacarku yang masih minim pengalaman. Ibu Intan merupakan pengulum yang mahir. <br />
"Aahh.. ahh.. ah.. aahh.. sshh.. teruss", aku memintanya supaya mempercepat kulumannya. Ingin rasanya menerkam dia dan menembakkan rudalku tapi apa daya kedua kaki dan tanganku terikat dengan mataku tertutup. <br />
<br />
Tiba-tiba ada sesuatu di dalam penisku yang ingin mendesk keluar. <br />
"Ahh.. sshh.. Bu, aku mo keluarr", kataku <br />
Mendengar itu, semakin cepat ritme kulumannya dan membuatku tak tahan lagi untuk mengeluarkan spermaku. <br />
"Aaahh..", aku mengerang hebat dan tubuhku mengejang serta gelap sesaat ketika cairan itu mendesak keluar dan muncat di dalam mulut Bu Intan. <br />
Aku seperti melayang ke awang-awang, rasanya nikmat sekali ingin aku teriak enak. <br />
"Enak juga punyamu Do, protein tinggi", katanya seraya menjiltai sperma yang tumpah. <br />
<br />
Tiba-tiba aku tak merasakan apa-apa. Tak lama kemudian aku mencium aroma khas vagina di depan hidungku. Ternyata Bu Intan meletakkan vaginanya tepat di mulutku dan dengan cepat aku mulai memainkan lidahku. <br />
"Sshh.. truuss.. ahh.. eennaakk..", ia mendesah ketika lidahku memainkan kembali daging kecil miliknya. Semakin ia mendesah semakin aku terangsang. <br />
Tak lama kemudian prajurit kecilku kembali menegang hebat. <br />
"Aahh.. sshh.. Ukkhh.. yess", ia semakin hebat mendesah membuat rudalku telah mencapai ereksi yang maksimal akibat desahannya yang erotis. <br />
Lama kelamaan vaginya semakin basah kuyup oleh cairan yang keluar akibat terangsang hebat. <br />
"Aku ga tahan lagi Do", katanya seraya mengangkat vaginanya dari mulutku. <br />
<br />
Dia memindahkan vaginanya dari mulutku dan entah kemana dia memindahkannya karena mataku tertutup oleh slayer yang dia ikatkan kepadaku. Tiba-tiba aku merasakan kemaluanku digenggam oleh tangannya dan dituntun untuk masuk ke dalam sutau lubang hangat sempit dan basah oleh cairan pelumas. Ahh.. baru pertama kali ini aku merasakan nikmatnya vagina. Meskipun Ibu Intan bukan perawan tapi yang kurasakan sempit juga juga vaginanya. Dengan perlahan Ibu Intan mulai membenamkan kemaluanku ke dalam vaginanya sehingga seluruh kemaluanku habis ditelan oleh vaginanya. Aku merasakan nikmat dan geli yang luar biasa ketika kemaluanku masuk ke dalam vaginanya. Posisiku telentang dengan Bu Intan duduk di atas kemaluanku persis seperti seorang koboi yang sedang bermain rodeo. <br />
Dengan perlahan tapi pasti, Ibu Intan mulai memainkan pinggulnya naik turun secara perlahan. <br />
"Aaahh.. uuhh", desahku ketika Ibu Intan memainkan pinggulnya naik turun secara perlahan dan sesekali memutarkan pinggulnya. Itu membuat diriku seperti melayang ke udara. Aku pun mulai menggoyangkan pantatku naik turun. <br />
"Do.. giillaa.. enaakk ssekali..", teriak Bu Intan. <br />
Aku tak mampu untuk berkata-kata lagi. Aku hanya bisa mendesah dan mendesah. Lama kelamaan Ibu Intan mulai mempercepat ritme goyangannya, naik turun dan sesekali memutarkan pinggulnya. <br />
<br />
Tak mau kalah, aku pun mulai mempercepat sodokanku. <br />
"oohh.. yess.. ohh..", desah Ibu Intan. <br />
"Ahh.. uhh.. goyang terruss buu", kataku. <br />
"Enaakk.. Doo.. tolong cepetin sodokanmu Do..", katanya. <br />
Sodokanku semakin cepat dan semakin cepat pula Ibu Intan menggoyangkan pinggulnya. <br />
"Ohh.. shit.. oohh.. nnikkmmat..", Ibu Intan berteriak seraya menjambak rambutku. <br />
<br />
Dia mulai membuka slayerku. Aku bisa melihat pemandangan yang sungguh menakjubkan sekaligus menggairahkan di depanku. Tubuh Ibu Intan yang bergoyang membuat rambutnya acak-acakan dan seluruh tubuhnya penuh dengan keringat. Payudaranya yang putih bersih dengan putingnya yang kecoklatan ikut bergoyang seirama dengan goyangan pinggulnya yang mengocok ...</b></span> </div><div><div><div><span style="font-size: small;"><b>...kemaluanku. Mukanya yang manis dengan mata yang sesekali merem melek, mulutnya yang mendesah dan sesekali mengeram serta wajahnya yang dipenuhi keringat membuat ia keliatan seksi dan menggairahkan. <br />
"Ahh.. shit.. oh.. god.. ohh.. enak..", desahnya. <br />
Aku melihat Ibu Intan yang setiap hari terlihat lembut ternyata memiliki sisi yang sangat menggairahkan dan terlihat haus akan sex. Ibu Intan pandai memainkan ritme goyangannya, kadang dia melambatkan goyangan pinggulnya kadang dengan tiba-tiba mempercepatnya. Aku hanya bisa mengikuti perrmainannya dan aku sangat menikmatinya. <br />
<br />
"Aaahh..!", aku berteriak keenakan ketika aku merasakan diantara goyangannya yang mengocok kemaluanku, vaginanya seperti menghisap kemaluanku. <br />
"Mampus kamu Do.. tapi enak kan? Itu namanya "hisapan maut".. Ibu mempelajarinya melalui senam Keggel..", katanya sambil memandangku dengan liar. <br />
Aku semakin mempercepat sodokanku dan Ibu Intan pun mempercepat goyangannya naik turun dan berputar secara bergantian sesekali dilakukannya hisapan maut yang membuat seluruh tulang dalam tubuhku seperti terlepas dari persendiannya. Ibu Intan mulai menciumi leherku dan bibirku. <br />
<br />
Kami semain "panas" dan lidah kami saling berpagutan sementara sodokan kemaluanku dan goyang pinggulnya semakin lama semakin cepat. <br />
"Uhh.. ahh.. shh.. ahh..", aku mendesah. <br />
Ibu Intan semakin ganas menciumiku seraya aku mempercepat sodokannya. Aku merasakan sesuatu akan keluar mendesak dari penisku. <br />
"Bu Intan.. ahh.. uhh.. shh.. akkuu mauu kkeluarr..", kataku. <br />
"Ibu juga.. ahh.. tahann.. kita keluarin sama-sama.. sshh ahh..". <br />
"Aku ga tahan lagi bu..". <br />
<br />
Tiba-tiba Ibu Intan berteriak panjang. <br />
"Aaahh.." sambil memelukku dengan sangat erat. <br />
"Aaahh..". bersamaan dengannya aku merasakan penisku memuntahkan cairan hangat di dalam vaginanya. <br />
Kami berciuman dan kurasakan tubuhnya dan tubuhku mengejang hebat menahan kenikmatan yang amat sangat. Gelap sesaat yang diiringi kenikmatan yang luar biasa membuat tubuhku seperti melayang jauh ke awang-awang. Nikmatnya melebihi masturbasi yang sesekali aku lakukan. <br />
<br />
Kami sama-sama terkulai lemas dengan napas yang terengah-engah seperti dua olahragawan yang telah balap lari. Ibu Intan menatapku sambil tersenyum manis. Aku hanya terdiam menatap langit-langit. <br />
"Do, kamu nyesel ga ML sama Ibu?", tanya Ibu Intan kepadaku. <br />
"Nggak bu..". <br />
"Terus kenapa kamu termenung begitu?". <br />
"Aku cuma bingung, aku kan mengeluarkan sperma di dalam vagina Ibu, aku cuma khawatir nanti Ibu hamil gara-gara saya" <br />
"Ha.. ha.. ha.. jadi itu yang kamu khawatirkan?" <br />
"Iya bu. " <br />
"Tenang aja, Ibu teratur ko minum pil kb. Jadi kamu ga perlu khawatir?" <br />
<br />
Apa yang dikatakannya membuatku tenang. Akhirnya kami berbicara ngalor ngidul. Dan kami juga bercanda dan tertawa. Kami ngobrol dan becanda dalam keadaan bugil tanpa busana sehelai benang pun menempel di tubuh kami. <br />
"Do, kamu lapar ga? Ibu lapar", katanya. <br />
"Iya bu" <br />
"Ibu masakin kamu nasi goreng spesial buatan Ibu ya?" <br />
"Boleh", jawabku. <br />
<br />
Kami berpakaian kembali. Ibu Intan hanya menggunakan daster putih tanpa memakai kutang dan celana dalam, sedangkan aku hanya menggunakan celana pendek saja tanpa menggunakan baju. Aku menunggu di meja makan sambil nonton MTV dan Ibu Intan di dapur memasak nasi goreng. Akhirnya nasi goreng pun selesai di masak dan kami makan bersama-sama di meja makan. Meja makannya cukup besar, terbuat dari kayu jati dengan motif yang indah. Di sisi lain meja makan terdapat susu kental manis, teh celup, sebotol madu, tempat sendok dan garpu, serbet dan alas makan. <br />
<br />
Setelah makan selesai, aku dan Ibu Intan membersihkan meja makan bekas kami makan. Kami mulai bercanda-canda lagi. Tanpa sadar aku mulai becanda sedikit porno dan darahku mulai berdesir melihat ia berpakaian daster tanpa menggunakan kutang dan celana dalam. Tampak samar-samar putingnya menonjol seakan ingin merobek daster yang dikenakannya. Bayangan hitam di selangkangannya (jembut) merupakan pemandangan yang indah. <br />
"Ibu cantik dan seksi pake daster itu", kataku. <br />
"Kamu ngerayu Ibu ya.." <br />
"Bener lho bu, apalagi ga pake kutang dan celana dalem" <br />
"Ah kamu.. mulai nakal ya", katanya sambil nyubit pipiku. <br />
<br />
Prajuritku sedikit demi sedikit mulai kembali berdiri tegak. Ini akibat dari mataku yang selalu tertuju pada gundukan hitam di balik daster Ibu Intan. <br />
"Lho.. kok bangun lagi prajurit kecilmu, mo tempur lagi ya", katanya. <br />
Aku tidak segera menjawab karena tangan Ibu Intan sudah mulai menyusup ke dalam celanaku yang emang ga make kolor. Dengan lembut ia mulai mengocok penisku. <br />
"Ahh..", aku mendesah kecil, lalu kami mulai berciuman dengan mesranya. <br />
Tanpa sadar ketika berciuman tangan kami bergerilya dan mulai melucuti pakaian masing-masing. Kami sudah telanjang bulat dan kami masih terus berciuman sementara tangan Ibu Intan mengocok penisku dengan lembutnya. Hmm.. rasanya nikmat sekali. Tidak tau gimana awalnya tetapi kami sudah berada di atas meja makan, terbaring sambil berciuman. Ibu Intan dalam posisi telentang dan aku berada di atasnya. <br />
<br />
Aku mulai ...</b></span> </div></div><span style="font-size: small;"><b> </b></span><br />
<div><div><span style="font-size: small;"><b>...menciumi lehernya dan terus bergerak ke belakang telinga. <br />
"Aaahh..", Ibu Intan mendesah ketika lidahku mulai bergerak lincah dan menjilati kedua puting susunya secara bergantian sementara tanganku yang lain memainkan klitorisnya. <br />
Vaginanya mulai basah akibat cairan pelumas yang keluar dari lubang kenikmatannya. Tangannya terus mengocok kontolku. <br />
"Do.. enak.. sshh..", desahnya sambil memejamkan mata. <br />
Kami mulai berganti posisi, Ibu Intan yang mengarahkannya. Giliranku telentang dan Ibu Intan berada di atasku dengan posisi terbalik. Kami melakukan gaya 69. Aku menjilati klitorisnya dengan rakus seperti orang kelaparan yang bertemu makanan sementara Ibu Intan menghisap kontolku dengan lembut dan sesekali menjilati kepala penisku yang membuat merasa seperti tersengat listrik. <br />
"Uhh.. sshh..", aku mendesah ketika hisapan Ibu Intan senakin kuat. <br />
Semakin cepat lidahku menggelitik klentitnya semakin ganas pula dia mengulum penisku. <br />
<br />
Aku bangkit dan Ibu Intan kuposisikan telentang di atas meja dengan kaki mengangkang. Terlihat dua buah gunung kembar yang sangat indah yang membuat darahku berdesir hebat. Sementara di selangkangannya terdapat bibir merah muda yang merekah lengkap dengan bulu-bulunya yang membuat rudalku semakin mengeras. Aku segera meraih kaleng susu kental manis di sampingku dan perlahan-lahan mengoleskannya ke seluruh tubuh Ibu Intan dari mulai leher sampai dengan ujung kaki. Kemudian aku mengoleskan madu disekitar puting dan kemaluannya. Aku mulai menjilatinya mulai dari leher. Ibu Intan hanya bisa pasrah dengan mata terpejam dan dari mulutnya terdengar desahan kecil. Lidahku bergerak turun ke arah bahunya, kemudian bergerak menuju payudaranya. <br />
<br />
Tubuh Ibu Intan menggelinjang ketika lidahku menari-nari di atas puncak gunung kembarnya. <br />
"Do.. aahh.. sshh.. Ibu ga tahan.. masukin Do..", Ibu Intan meminta aku segera menusukkan penisku ke dalam vaginanya. <br />
Tapi aku pura-pura tak mendengar. Lidahku mulai bergerilya lagi menjilati semua susu kental yang menempel di tubuhnya. Lidah mulai bergerak lagi ke arah perut. Lalu aku mulai menjilati dari ujung kaki Ibu Intan, naik ke betis terus ke pangkal paha. Ketika lidahku menjilati cairan madu yang membasahi sekitar kemaluan dan klitorisnya, Ibu Intan menggelinjang hebat dan tanpa sadar semakin membenamkan kepalaku ke vaginanya. Semakin ganas aku menjilati madu yang ada di klitorisnya, semakin tak terkendali juga tubuh Ibu Intan menggelinjang. <br />
<br />
"Sshh.. oughh.. aahh.. pleeaassee.. masukin Do..", katanya seraya menghisap jari telunjukku. <br />
Dia mengangkat kakinya dan menyimpannya di atas bahuku sementara aku berdiri di atas lutut. Perlahan aku mulai memasukkan penisku. Vaginanya yang sudah basah kuyup dan licin memudahkanku untuk membenamkan seluruh penisku ke lubang sorga dunia miliknya. <br />
"Aahh.. nnikmmaatt..", teriaknya sambil menggoyangkan pinggulnya melingkar. <br />
Aku mulai memainkan sodokanku. Kecepatannya semakin lama semaikn kutambah begitu pula goyangan pinggul Ibu Intan. <br />
"Ibu.. enaakk.. uhh.. shh..", desahku sambil memejamkan mata. <br />
"Aahh.. sshh.. mm..", ia mendesah sambil menghisap jari tanganku. <br />
<br />
Suara becek vagina Ibu Intan yang dikocok oleh penisku terdengar seperti sebuah nyanyian yang merdu. Sesekali terdengar bunyi derak meja makan tempat kami bercinta. Kami berganti posisi. Ibu Intan membelakangiku dengan posisi menungging dan aku menusuknya dari belakang. Tubuh kami semakin basah kuyup oleh keringat. Keringat Ibu Intan yang bercampur dengan cairan susu kental menimbulkan wangi yang semerbak. Kami semakin terhanyut ke dalam dunia yang entah dimana. <br />
"Teerruuss.. cepett.. lebih.. cepett.. aahh..", Ibu Intan mendesah sambil memintaku untuk mempercepat sodokanku. <br />
Kami berganti posisi lagi. Aku dalam posisi duduk dan Ibu Intan duduk dipangkuanku sementara penisku asyik bergulat di dalam lubang vaginanya. <br />
"Aahh.. sshh.. goyang terruss..", desahku ketika Ibu Intan mulai bergoyang dengan ganasnya. <br />
<br />
Kami berciuman sementara penisku dikocok oleh lubang vaginanya Ibu Intan yang sangat hangat sekali. Vagina Ibu Intan semakin banyak mengeluarkan cairan pelumas yang hangat. Suara becek yang diakibatkan oleh sodokan kontolku dan beceknya lubang vagina Ibu Intan semakin keras. <br />
"Aaahh.. sshh.. aahh.. oohh.. yess.." desahku. <br />
"Faster.. oohh.. aahh.. ssh.. faster.. Do..", desah Ibu Intan sambil memintaku untuk mempercepat sodokan penisku. <br />
Sementara penisku "bermain" di dalam lubang vaginanya Ibu Intan, lidahku juga mulai memainkan putingnya. Itu membuat tubuh Ibu Intan semakin bergerak tak karuan, goyangan pinggulnya semakin ganas dan sesekali dia menggigit leherku untuk menahan kenikmatan yang dia rasakan. <br />
<br />
Semakin lama semakin kupercepat sodokan penisku dan gelitikan lidahku di putingnya semakin kupercepat pula, semakin ganas juga Ibu Intan bergoyang. <br />
"Aahh..ooohhh......sssshhhhhhh!", Ibu Intan melenguh panjang sambil memelukku sangat erat sekali, tubuhnya menegang hebat, matanya terpejam dan kurasakan ada cairan hangat kental mengguyur penisku. Ibu Intan mengalami orgasme. ...</b></span> </div><div><span style="font-size: small;"><b>........... <br />
Aku semakin mempercepat sodokanku. Tubuh Ibu Intan mulai melemas tapi aku terus mempercepat sodokanku. <br />
"Ahh.. Ibu Intan.. aku mo keluarr.. sshh.. ahh", ada sesuatu di dalam penisku yang mulai bergerak dan geli bercampur enak yang kurasakan mulai meningkat. <br />
"Do.. keluarin di luar ya.. di mulutku..", pinta Ibu Intan. <br />
Aku mencabut penisku dan dengan rakusnya Ibu Intan segera menghisap kontolku dengan ganas. <br />
"Aahh..", tubuhku mengejang,ssshhhhh.....glek..glek ..sshhhh.....mataku terpejam dan tubuhku seperti melayang menembus atmosfer bumi. Rasanya sangat nikmat sekali, sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku memuncratkan air maniku di dalam mulut Ibu Intan. <br />
<br />
Ibu Intan terus menghisap penisku dengan ganas. <br />
"Aahh.. ooochhh...acchhh......sshh", aku mendesah kecil ketika penisku yang mulai loyo terus dijilati oleh Ibu Intan. <br />
Lidah Ibu Intan terus menjilatinya sampai bersih. Lalu kami sama-sama terbaring lemas di atas meja makan. Kami masih berpelukan. <br />
"Nikmat sekali hari ini.. thanks ya Do..", Ibu Intan berkata kepadaku sambil menatapku. <br />
"Sama-sama.. aku seharusnya yang berterima kasih..", kataku sambil membelai rambut Ibu Intan. <br />
Kami lalu berciuman lalu berpelukan. Karena kecapean, kami pun langsung tertidur di atas meja makan tempat kami bermain kenikmatan. <br />
<br />
Aku terbangun ketika cahaya sudah terang. Aku melihat jam dinding, wah.. ternyata pukul setengah tujuh pagi. Kulihat Ibu Intan masih tertidur di pelukanku di atas meja makan yang berantakan tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh kami. <br />
"Bu.. bangun..", bisikku di telinga Ibu Intan. <br />
Wajahnya terlihat begitu cantik ketika tertidur. <br />
"Jam berapa sekarang Do?" <br />
"Setengah tujuh". <br />
"Hah.. setengah tujuh?!", Ibu Intan kaget dan segera bangun. <br />
Kami segera berpakaian dan membereskan meja yang berantakan. <br />
penisku masih terasa nyeri campur pegal...... <br />
diputar dan digoyang oleh vagina Bu Intan...... <br />
Vagina estewe.....alias setengah baya...yang betul betul nikmat <br />
dan berpengalaman...... <br />
</b></span> </div></div></div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-52782164592183768982010-03-17T10:22:00.000-07:002010-03-17T10:22:17.058-07:00berlibur di desa<b style="color: #4c1130;"></b><div style="color: #4c1130;"><div><div style="color: #cc0000;"><b><strong>berlibur di desa</strong></b></div><div><b><strong> </strong></b></div></div><div><b>Cerita ini adalah pengalaman temankuyang terjadi tahun lalu. Aku sedikit bingung menulis cerita ini karena biasanya aku menceritakan pengalaman ku sendiri, tapi kali ini aku harus menceritakan pengalaman orang lain. Oke, tanpa banyak bicara lagi, kumulai cerita<a name='more'></a> yang kuberi judul " Berlibur Ke Desa". <br />
<br />
Lima bulan yang lalu, Jeff temanku mengajakku sedikit refreshing ke sebuah desa yang kebetulan adalah tempat Jeff bermain waktu kecil. Ayah Jeff seorang pengusaha kaya yang sedikit memperhatikan soal alam bebas, karenanya dia membeli ribuan hektar tanah yang kemudian dijadikannya hutan karet. Bisnis sambil memelihara alam liar, katanya. <br />
<br />
Jeff biasa berlibur ke hutan karet ayahnya dan dia biasa menginap di sebuah rumah yang terlihat begitu mewah kalau dibandingkan rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Meski terkesan ada sedikit kesenjangan, tapi penduduk desa itu sama sekali tidak menaruh kebencian atau iri hati pada keluarga Jeff karena keluarga itu cukup dermawan, bahkan ayah Jeff hanya mengambil keuntungan 25% dari hasil hutan karetnya, dan sisanya dibagikan pada penduduk yang ikut mengusahakan hutan karet itu. <br />
<br />
Oke, cukup perkenalannya. Aku sendiri menyesal karena tidak bisa ikut dengan Jeff karena ada sedikit keperluan dengan keluargaku. Tapi aku berjanji akan menyusul kalau ada waktu. Jeff sedikit kecewa tapi dia tetap pergi ke desa itu, sebut saja Desa Sukasari. <br />
<br />
Hari-hari pertama dilalui Jeff dengan bermalas-malasan di rumahnya sambil menikmati udara segar pedesaan yang sangat jarang ditemuinya di Bandung. Baru pada hari kelima Jeff keluar dari rumah, diantar oleh seorang bujangnya Jeff berjalan-jalan melihat-lihat sekeliling desa itu. Dia berhenti ketika dilihatnya seorang gadis, mungkin beberapa tahun lebih muda darinya sedang menyapu di pekarangannya. <br />
<br />
Rambutnya yang hitam terurai menutupi punggungnya. Kulitnya yang hitam manis mengkilat karena keringat yang tertimpa sinar mentari. Jeff tertegun, baru kali ini dilihatnya gadis desa yang begitu cantik. Bujangnya tahu kalau Jeff memperhatikan gadis itu, karena itu dia mengatakan kalau gadis itu adalah anak salah seorang pekerja ayahnya. Umurnya sekitar 14 tahun, dan kini ayahnya sudah tiada. Dia tinggal dengan ibunya dan sering membantu mencari nafkah dengan mencucikan pakaian orang-orang desa yang lebih mampu. <br />
<br />
Jeff merasa iba, tapi rasa ibanya langsung hilang berganti rasa tertarik ketika dipikirnya kalau gadis itu pasti memerlukan uang untuk biaya hidupnya. Kemudian berubah lagi perasaannya menjadi keinginan untuk mendekatinya ketika dilihatnya kalau gadis itu cukup cantik dan manis. Tapi rasa ingin mendekati itu berubah seketika ketika dilihatnya dada gadis itu yang agak terlalu besar untuk anak seusianya. <br />
<br />
Segera saja setan bersarang di kepala Jeff. Dia mengeluarkan dompetnya, mengambil selembar uang bergambar Pak Harto dan menyuruh bujangnya memberikan uang itu pada gadis itu untuk mencuci bajunya. Bujangnya tidak menaruh curiga, dia segera memberikan uang itu pada gadis itu, dan tidak lama kemudian gadis itu mengikutinya mendekati Jeff. Jeff menyuruh bujangnya pulang, sedangkan dia melanjutkan jalannya bersama gadis itu. Ditengoknya arloji di tangannya, baru pukul 4:00 sore, karena itu Jeff mengulur waktu. Setidaknya pukul 5:00 sore akan dilaksanakan rencananya. <br />
<br />
Dia bertanya dimana sungai yang airnya bening dan bisa dipakai mandi. Gadis itu mengantarkan Jeff ke sana. Cukup jauh juga, dan setiba di sana Jeff melepas semua pakaiannya dan langsung masuk ke sungai itu. Dia meminta gadis itu mencuci pakaiannya, dan gadis itu menurut walaupun agak malu-malu karena melihat Jeff berenang telanjang. Jeff sendiri sudah sedikit sinting, entah setan apa yang merasuki kepalanya, yang jelas ketika dilihatnya arlojinya menunjukkan pukul 5:00 sore, langsung dijalankan rencananya. Jeff keluar dari air, mendekati gadis yang sedang membersihkan pakaiannya dan berjongkok di sampingnya. Batang kemaluan di sela pangkal kaki Jeff sudah bangun dari tidurnya, dan tanpa tembakan peringatan Jeff langsung saja merangkul gadis itu sambil berusaha mencium leher gadis itu (sebut saja namanya Sali). <br />
<br />
Gadis itu segera berontak karena terkejut, tapi dekapan Jeff lebih kencang dari tenaganya. Jeffberhasil mencium leher gadis itu tapi begitu Jeff berusaha lebih gila lagi gadis itu mengancam akan berteriak. Jeff takut juga dia digebuki penduduk desa itu, karena itu segera ditutupnya mulut gadis itu, dan dia berbisik, "Jangan teriak, kalau kau mau melayaniku kuberi lebihdari sekedar lima puluh ribu, mungkin akan kuberi seratus ribu lagi, bagaimana?" <br />
<br />
Gadis itu masih diam, tapi begitu Jeff mengeluarkan dua lembar uang Rp. 50.000-an yang sedikit basah karena air sungai dan mengipas-ngipaskan di depan muka Sali, akhirnya dia mengangguk. Kapan lagi dia bisa mendapat uang Rp 150.000,- dalam sehari, begitu pikirnya. Jeff tersenyum senang sambil melepaskan tangannya dari mulut gadis itu. Tapi ketika dia berusaha memegang dada Sali, gadis itu berbisik, "Jangan di sini, takut ketahuan orang lain." <br />
<br />
Jeff setuju kata-kata gadis itu, karena itu diajaknya gadis itu ke hutan karet milik ayahnya. Jeff tahu persis kalau sore-sore begini tidak mungkin ada orang di sana. Singkat cerita, mereka sampai di sana, dan tanpa tunggu lama lagi Jeff segera membuka bajunya yang basah, juga celananya. Dibentangkannya baju dan celananya di tanah, dan ...</b> </div><div><b>..diciumnya Sali sekali lagi. Kali ini dia tidak berontak. Jeff dengan mudah menyingkirkan pakaian gadis itu, dan terlihat kedua gunung kembarnya yang tidak begitu besar tapi lumayan juga untuk ukuran gadis 14 tahun. Jeff meremas keduanya sekaligus sambil terus melumat bibir gadis itu. <br />
<br />
Sekitar 2 menit kemudian Jeff berbisik, "Aku nggak butuh patung, layani aku. Jangan cuma diam gitu aja!" Jeff lalu mendorong kepala Sali ke bawah, dan menyuruhnya sedikit bermain dengan kejantanannya yang sudah hampir mencapai ukuran maksimal. Gadis itu bingung, maklum di desa mana ada film "bokep". Jeff menyuruh Sali menjilat "jamur ungu"-nya. Sali sedikit ragu-ragu, tapi akhirnya dilakukannya juga. <br />
<br />
Ternyata Sali cepat belajar, beberapa menit kemudian Jeff sudah dibuatnya keenakan dengan permainannya di selangkaan kakinya. Terpedo itu sudah mencapai ukuran maksimal, dan Sali masih terus bermain dengan benda itu, mungkin asyik juga dia bermain dengan benda itu. Mulai dari mencium, menjilat dan akhirnya mengulumnya sambil menggerakkan kepalanya maju-mundur dan sesekali menghisap benda itu. <br />
<br />
Jeff cukup puas dengan permainan itu, dan ketika dilihatnya langit mulai gelap, disuruhnya Sali duduk. Jeff meregangkan kaki gadis itu, terlihat bulu-bulu halus yang masih sangat jarang di sela-sela pahanya. Jeff menggunakan lidahnya untuk membasahi vagina Sali. Sali bergoyang-goyang kegelian, tapi kelihatannya dia menimati permainan itu. Sekarang Jeff menggunakan jarinya untuk menggosok klitoris Sali yang masih kecil. Sali semakin liar bergoyang-goyang menahan nikmat. Desahan mulai keluar dari mulutnya dan vaginanya basah karena lendir yang bercampur ludah Jeff. <br />
<br />
Tidak lama kemudian Sali mendesah panjang, dan tubuhnya bergetar hebat. Lendir mengalir dari vaginanya yang merah segar. Jeff tahu Sali sudah mencapai puncak, dan inilah kesempatannya untuk menusukkan terpedonya ke kemaluan Sali. Dibukanya lebih lebar paha Sali, dan diarahkannyakepala kejantanannya ke vagina Sali. Sali sendiri masih memejamkan mata menikmati sisa-sisa orgasmenya. Tapi tiba-tiba dia menjerit tertahan ketika Jeff memaksa terpedonya masuk ke lubang yang sempit itu. Sali kembali menjerit ketika kejantanan Jeff semakin memaksa melesak masuk ke dalam. Jeff berusaha keras menembus pertahanan vagina Sali, tapi baru setengah dari barangnya yang masuk ke dalam. <br />
<br />
Jeff meremas dada Sali sambil menciumnya. Dia berusaha membuat otot kemaluan Sali sedikit mengendur, dan ketika dirasakannya mulai mengendur, disodoknya sekuat tenaga kejantanannya ke dalam kemaluan Sali. Kali ini Sali menjerit cukup keras, dan terlihat air mata keluar dari balik kelopak matanya yang tertutup menahan nyeri. Jeff tidak peduli, sekarang sudah seluruhkejantanannya masuk, dan mulai digoyangkannya maju-mundur diiringi jeritan-jeritan kecil Sali. Vagina Sali sangat sempir, karena itu belum lama Jeff bermain sudah hampir keluar maninya. Jeff mempercepat gerakannya, dan Sali semakin kuat menjerit. Tentu saja vagina Sali yang masih 14 tahun itu terlalu kecil untuk kejantanan Jeff yang lumayan besar. <br />
<br />
Belum selesai Jeff bermain, suara Sali tidak terdengar lagi, dia pingsan karena tidak kuat menahan nyeri. Jeff sendiri mengetahuinya, tapi dia tidak mau menghentikan permainannya, dikocoknya terus kemaluan Sali yang sedikit memar, dan akhirnya Jeff mendesah dalam sambil merapatkan tubuhnya ke tubuh mungil Sali. Setelah itu Jeff sempat mengocok vagina Sali lagi, dan ketika hampir mencapai puncak kedua kalinya Sali bangun dari pingsannya. Dia langsungmenjerit-jerit dan beberapa saat kemudian mereka mencapai puncak hampir bersamaan. Jeff terlihat puas dan lelah, dan ketika dicabutnya kejantanannya dari vagina Sali, terlihat maninya keluar lagi dari kemaluan Sali. Kental berwarna putih kekuningan yang bercampur darah keperawanan Sali. <br />
<br />
Jeff mengajak Sali membersihkan diri, dan ketika selesai diberikannya dua lembar uang Rp. 50.000-an pada Sali. Sali sangat berterima kasih, dan Jeff berpesan agar jangan sampai hal itu diketahui orang lain. Sali mengangguk, tapi Jeff segera menegur Sali ketika diperhatikannya jalannya sedikit menegang menahan perih di kemaluannya. Sali berusaha berjalan normal walaupun dirasakannya sakit di sela pahanya. Dia juga takut kalu orang-orang desa tahu kalau dia sudahmenjual tubuhnya pada Jeff, tapi tetap saja diambilnya resiko itu demi uang yang memang sangat dia butuhkan. <br />
<br />
Dua hari kemudian aku datang menyusul Jeff, dan di sanalah Jeff menceritakan kisahnya itu. Aku jadi sedukit terangsang juga mendengar cerita itu, dan rencananya aku akan mencobanya juga bila ada waktu, yang jelas hari-hari berikutnya benar-benar menyenangkan untuk kami bertiga. Aku dan Jeff sama-sama terpuaskan, sedangkan Sali sangat senang mendapat ratusan ribu uang walaupun dia harus tersiksa hampir setiap dua malam sekali karena aku dan Jeff secara bergilir dua hari sekali mencicipi tubuh mungilnya itu. <br />
<br />
<br />
Dua minggu kami di sana, dan di hari terakhir aku dan Jeff menidurinya bergantian dalam satu malam. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya gadis berumur 14 tahun disetubuhi oleh dua laki-laki bergantian dalam satu malam, benar-benar luar biasa. Tapi satu hal yang kupuji dari Sali, dari hari-kehari vaginanya tetap saja sempit, dan ... </b> </div><div><div><div><b>...itu yang membuat aku dan Jeff betah menidurinya. Aku juga merencanakan untuk mengajak Alf dan Lex teman baikku untuk ikut serta mencicipi kenikmatan itu, tentu saja itu akan kuceritakan di cerita lain. Tunggu saja pengalaman kami berempat bersama Sali. </b></div></div></div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-3678491986185363332010-03-17T10:20:00.000-07:002010-03-17T10:20:02.133-07:00Fantasiku Jadi Kenyataan<b style="color: #4c1130;"></b><div style="color: #4c1130;"><div style="color: #cc0000;"><div><b><strong>Fantasiku Jadi Kenyataan</strong></b></div><div><b><strong> </strong></b></div></div><div><b>Kakakku sering bercerita perihal betapa kagumnya dia dengan Albert. Bukan hanya karena pendidikannya yang tinggi dan diusia yang masih tergolong muda (30 thn) mempunyai karir bagus sebagai senior manager di sebuah bank swasta, tetapi juga karena secara fisik memang Albert mempunyai<a name='more'></a> tubuh yang atletis, bersih dan muka yang elok. Sifatnya yang sangat dewasa dan peduli sama orang mungkin merupakan pengaruh dari karirnya sebagai seorang banker yang profesional. <br />
Menurutku...justru Albert adalah seorang laki-laki yang sangat beruntung bisa mencuri hati kakakku yang masih kuliah di universitas swasta terkenal di Jakarta. Raut wajah Riska yang sangat cantik, badan yang langsing dengan tinggi sekitar 160 cm, terlihat serasi sekali dengan kulit badannya yang putih halus. Meskipun Riska lebih suka memakai celana panjang dan kaos yang body fit, namun aku tahu kakakku mempunyai sepasang kaki yang sangat indah. Aku sangat mengagumi kecantikan dan kemolekan tubuh kakakku. Dadanya yang membusung dengan rambutnya yang hitam lurus terurai, membuat kakakku pasti akan terlihat sexy dimata siapapun juga. Tidak heran diusianya yang baru mencapai 22 tahun, kakakku Riska menjadi incaran cowok-cowok di kampusnya. <br />
Dua tahun yg lalu kami berkenalan secara kebetulan dengan Albert disebuah toko jam di Mal Anggrek. Aku menemani kakakku untuk jalan-jalan sekalian hendak memperbaiki jam tangan kesayangan kakakku yang tidak berfungsi. Pertama memasuki toko jam tersebut, aku menyaksikan seorang wanita cantik berusia sekitar 25 thn sedang berbincang-bincang dengan seorang pemuda berdasi yang berpenampilan sangat rapi. Menunggu kakakku yg sedang berbincang dgn wanita cantik tersebut yg ternyata adalah pemilik tokonya, aku berjalan mengelilingi etalase sambil melihat-lihat aneka jam tangan yang bagus-bagus. Kepingin rasanya membeli salah satu jam fancy yg sangat menarik perhatianku, tetapi melihat harganya kuurungkan niat yg mungkin akan menguras tabunganku. <br />
”Hai...boleh tuch untuk nambah koleksi jam tangannya !”, sapa seseorang disampingku tanpa kusadari. Aku menoleh kesamping dan melihat ternyata yg menegurku adalah dia yg tadi menemani pemilik toko yg cantik tadi berbincang-bincang. Entah karena mukanya yg memang tampan atau senyumnya yang menawan, yg jelas sambil menoleh aku hanya tersenyum dan tidak lama kemudian kami larut dalam obrolan kecil mengenai aneka jam tangan. Ternyata dia cukup memahami perihal trend jam tangan untuk wanita dan sempat membuatku tertarik dengan model rantai lebar yang berhias bordir naturalis. Sikapnya yg ramah membuatku tidak menolak ketika dia mengulurkan tangannya memperkenalkan diri. Aku baru tahu namanya adalah Albert dan ternyata sedang bertandang ke tempat nasabahnya yang cantik itu. Tidak lama aku dan kakakku berada di toko jam tersebut, setelah kakakku memperoleh tanda terima dari si pemilik toko karena harus meninggalkan jam nya untuk diservis, kami langsung beranjak dari toko tersebut dengan hadiah sebuah kartu nama dari Albert. Dalam pikiranku, apa ga bisa cari nasabah yg lain...sampai-sampai mahasiswi aja di follow up jadi nasabah. <br />
Tidak lama kami di Mal Anggrek. Setelah melihat-lihat baju dibeberapa outlet yang ada disana, aku dan kakakku berjalan menuju tempat parkir di P-10 lewat lift. Sambil jalan-jalan, sempat aku dan kakakku sekilas memperbincangkan tentang Albert yang menurut kami sedang merayu pemilik tokonya. ”Hi..hi.hi...kalau melihat gayanya Albert sich, tidak lama lagi akan ikut jadi pemilik toko jam tersebut”, sergahnya sambil cekikian kecil. <br />
Entah lagi buru-buru atau kakakku yg kurang ahli memundurkan mobil, waktu mau mengeluarkan mobil dari tempat parkir, bumper belakang mobil kami menyenggol bumper belakang sebuah sedan hitam yg parkir tepat disamping kami. Mendengar bunyi gedebuuuuk.....aku dan kakakku terhenyak sebentar, tapi lebih kaget lagi ketika kami langsung didatangi pemilik mobil yg ternyata bapak-bapak setengah tua. Kami lantas turun dan betapa kaget kami menyaksikan bumper toyota Altis yang kesenggol itu peyok sampai kedalam. Terjadi dialoq kecil yg intinya bagaimana kami mempertanggung jawabkan kerusakan yg terjadi, karena memang menurutku itu salah kakakku yg buru-buru mundur ke belakang. Ternyata bapak setengah tua itu adalah supir dari bos nya dan tidak bisa memutuskan harus bagaimana, tetapi kami diminta menunggu sebentar sambil dia memberitahukan kejadiannya kepada bos nya lewat HP. Lima belas menit lewat dan alangkah terkejutnya kami ketika melihat orang yg menghampiri kami. Ternyata pemilik mobil tersebut adalah cowok ganteng yg barusan kami kenal di toko jam. <br />
Entah apa maksudnya....Albert tidak terlalu mempermasalahkan kerusakan yg terjadi. Sebagai gantinya kakakku harus memberitahukan nomor HP nya dengan alasan nanti akan diberitahukan berapa kerugian yg harus kami tanggung setelah dibawa ke bengkel. Apa boleh buat, terpaksa kami mengiyakan apa yg dikatakan Albert. Sebelum menuju pulang, kami sempat menyaksikan Albert tersenyum kepada kami sambil berpesan ”Hati-hati ya nyetirnya...jangan sampai urusan lagi sama orang”. Sialan...gerutuku dalam hati, awas aja kalo ntar minta gantinya yg bukan-bukan, peduli amat nanti. <br />
Itulah awal perkenalanku yg unik dengan Albert. Ternyata Albert ...</b></div><div><div><div><b>...memang tidak pernah mempermasalahkan apa yg terjadi pada hari itu...namun sejak saat itu, justru itu merupakan awal kami akrab sama Albert. Albert sangat pinter bicara, dan termasuk tipikal cowok yg humoris. Dari waktu ke waktu hubungan kami menjadi semakin dekat, dan dengan sikapnya yg simpatik, kusaksikan Albert akhirnya bisa mengajak kakakku keluar jalan-jalan. Lama kelamaan...hubungan kakakku dengan Albert semakin dekat, kadang-kadang kakakku mau kalau dijemput waktu pulang kuliah, atau kakakku sudah berani keluar berdua entah pergi jalan-jalan atau nonton diwaktu malam minggu. <br />
Resmilah kakakku menjadi pacar Albert ketika suatu malam aku mendengarkan pengakuan dari kakakku bahwa dia telah dicium pipinya sama Albert. Albertpun diterima dikalangan keluarga kami dan tak jarang sering diajak makan malam sama papi mami. Rupanya papi mami menerima kehadiran Albert yang memang ideal jadi calon mantu. Bukan hanya pinter mengambil hati orang tua, tapi Albert memang seorang yg mempunyai latar belakang yg baik dari keluarga baik-baik. Entah bagaimana cara Albert merayu, tapi aku salut kalau dalam waktu singkat bisa mendekati kakakku yang aku tahu mempunyai hati yg keras terhadap cowok. Namun ada untungnyalah buatku, sesekali aku diajak nonton bareng sama mereka dan tidak jarang dikenalkan kepada teman-teman kerja Albert di bank. Namun tidak ada yg menarik perhatianku dari semua yg pernah aku kenal. <br />
Diusiaku yg baru menginjak 20 tahun, aku tumbuh sebagai seorang gadis yg cukup dimanjakan orang tua. Kata orang tuaku, mukaku manis dan tidak kalah cantik dengan kakakku. Dalam hal body, meskipun dadaku tidak sebusung kakakku, tapi ukuran payudaraku termasuk besar dan aku tahu bentuknya sangat indah. Rambutku juga lurus seperti kakakku. Bedanya kalau kakakku suka memakai celana panjang, aku lebih suka pakai rok sehingga jenjang kakiku yg putih mulus bisa dinikmati oleh mata-mata pria jalang yg idak bisa melihat paha mulus. <br />
Albert termasuk seorang yg cukup romantis... dan sering membawakan hadiah untuk kakakku. Sesekali akupun kecipratan coklat atau souvenir dari koko Albert. Beberapa kali sempat aku melihat kalau mau pulang Albert menghadiahkan ciuman pipi untuk kakakku. Yg lucu, pada suatu hari tepatnya malam minggu......secara ga sengaja aku berjalan ke ruang tamu...tanpa kusadari ternyata aku melihat Albert sedang berciuman sama kakakku. Karena kaget...aku langsung berpaling meninggalkan mereka tanpa sepatah kata. Malam itu aku dan kakakku cekikikan berdua dan aku menggodain kakakku habis-habisan. <br />
”Ayo...gimana rasanya sich tadi”, godaku sambil ketawa-ketawa. <br />
Semalaman kami bercanda dikamar tidur kakakku sambil melempar-lemparkan guling bantal. <br />
Aku juga turut senang dengan apa yg dialami kakakku. Sejak menjadi pacar Albert, kakakku keliatan selalu ceria dan penuh semangat. Aku tahu kakakku telah mendapatkan cowok pilihannya, dan kakakku sangat sayang sama Albert. Kalau mendengar ceritanya, kadang-kadang aku sampai iri dibuatnya. <br />
Suatu hari...Albert main kerumah tepat papi mami sedang ke surabaya menghadiri resepsi teman mami. Menemani kakakku dan Albert, kami ngobrol sampai jam 10-an malam dan setelah itu kutinggalkan mereka berdua ngobrol diruang tamu. Aku ga mau mengganggu mereka, lebih baik aku ke kamar nonton TV saja. Kira-kira setengah jam kemudian, aku berniat mengambil minum ke bawah...dan menuruni tangga pelan-pelan. Karena rumahku termasuk besar, jarak antar kamarku yg dilantai dua dengan ruang tamu cukup jauh. <br />
Waktu menuruni tangga aku sedikit heran mendengar suara desahan-desahan kecil. Perlahan aku menuruni anak tangga dan berjalan mengendap-ngendap. Sampai keujung tangga, betapa kaget aku menyaksikan kakakku dengan Albert sedang berciuman dengan ganasnya. Kulihat tangan kakakku melingkar di leher Albert dan menggelayut dengan manjanya. Mata mereka sama-sama terpejam....dan mereka berciuman terus menerus.....lama sekali mereka melakukan itu. Entah saking asiknya atau apa, mereka tidak menyadari aku sedang menyaksikan pergumulan mereka dibalik tembok tangga. <br />
Jantungku berdegup kencang.....baru pertama kali didepan mata aku menyaksikan sepasang insan bercumbu. <br />
Sesekali kulihat Albert mengalihkan ciumannya ke leher kakakku yg putih...dan itu membuat kakakku menengadahkan mukanya keatas sambil mendesah ringan. Mereka sungguh menikmati keadaan itu. Kecupan demi kecupan....desahan demi desahan...dan aneh...aku mulai mengalami sesuatu perasaan aneh dalam diriku. Aku sangat menikmati pemandangan tersebut.....apalagi ketika kuperhatikan tangan Albert dengan nakalnya membuka kancing baju kakakku.....dan dengan sangat perlahan mukanya bergerak turun ke arah dada kakakku. Aku melihat dengan jelas payudara kakakku memcuat keluar dengan putingnya yg masih merah muda. Ukuran putingnya sebesar kelingking bayi dan bentuknya indah sekali. Tatkala pemandanganku terhalang oleh muka Albert yg bergerak menuju dada kakakku.......kudengar rintihan yg lebih keras dari kakakku. <br />
<br />
Hmm...hmmm....ohhh....erang kakakku keenakan. <br />
Tidak berapa lama kemudian, tiba-tiba Albert berdiri dan menarik tangan kakakku menuju ke kamar kakakku. Karena ruangan kakakku berlawanan dengan tembok tempatku berdiri, maka mereka tidak melewati tempat aku berdiri. Aku hanya berdiri diam dan mendengar suara pintu kamar ditutup. Aku masih berdiri disamping tembok tangga....dan bingung harus melakukan apa. Namun keingin tahuanku membuatku memberanikan diri mendekati kamar kakaku....mereka juga pasti tidak akan tahu pikirku. <br />
Aku tidak bisa membayangkan apa yg sedang mereka ...</b> </div></div><b> </b><div><div><b>...lakukan didalam....tetapi aku bisa mendengarkan rintihan-rintihan dari kakakku yg tiada berhenti. Entah apa yg mereka lakukan...tapi aku membayangkan pasti kakakku yg cantik dan sexy sedang dimanja habis-habisan sama Albert yg romantis itu. Aku cepat-cepat kembali ke kamar, menyalakan musik pelan-pelan, mematikan lampu dan menghempaskan diriku diatas ranjang. Mataku terpejam memandang keatas....dan kejadian tadi semua terlintas kembali dalam benakku. <br />
Tanpa aku sadari....tanganku mengelus-elus dadaku sendiri. Aku merasakan nikmat, asik dan terbuai dengan fantasiku. Ada perasaan aneh muncul dari dalam diriku....perasaan ingin diperlakukan sama seperti kakakku oleh seorang laki-laki. Akhirnya aku terlelap dalam buaian musik dan suasana kamar yg hening. <br />
Kakakku bilang Albert kemarin pulang jam 12 malam, tapi aku tidak menanyakan hal-hal lain....dan bilang begitu kekamar aku langsung tidur karena ngantuk. Kulihat muka kakakku senyum-senyum ketika berbicara denganku....tapi keliatannya tidak menaruh curiga sedikitpun bahwa aku mengetahui apa yg mereka lakukan tadi malam. Entah sudah sejauh apa hubungan kakakku dengan Albert, satu hal yg pasti.....kakakku masih perawan meskipun kadang percumbuannya dengan Albert sudah kelewat batas. Mungkin itulah wanita, setelah berhasil dicium....yg lain-lain pun menjadi mudah buat cowok....apalagi yg melakukan adalah pacar sendiri. <br />
Albert pasti sudah puas menikmati segala lekuk-lekuk dan kemolekan tubuh kakakku. Setahun berlalu dan sekarang kakakku dan keluargaku sudah akrab dengan Albert. Mereka sangat senang menerima kehadiran Albert sebagai pacar kakakku. Namun kadang aku sedikit salah tingkah kalau kadang kakakku suka bermanja-manja didepanku...misalnya membaringkan kepalanya ke pundak Albert, memeluk Albert dari belakang. Kelakuan-kelakukan kakakku yg terang-terangan itu memang termasuk sopan, namun aku yg tergolong masih hijau memperoleh pengaruh yg lain. <br />
Sering ketika mau tidur, aku mengenakan daster yg tipis dan membayangkan yg bukan-bukan. Gilanya lagi......aku sering membayangkan kejadian pertama kali aku mengintip kelakukan kakakku dengan Albert. Aku mereka-reka apa yg waktu itu mereka lakukan didalam kamar itu. Rasa penasaranku muncul setiap malam. <br />
Kubayangkan Albert menciumi bibir kakaku dengan lembut tapi ganas......dan berpindah keleher......terus ke bibir dan berpindah ke telinga, tenguk ke bibir lagi. Aku membayangkan Alber membuka baju kakakku pelan-pelan, membiarkan tangan Albert menjalar ke sekitar payudaranya yg besar dan indah itu. Aku membayangkan muka Albert menjalar kesekitar payudara kakakku dan bermain-main dengan lidah dan bibirnya disekitar situ. Aku membayangkan desahan-desahan dan rintihan-rintihan kenikmatan yg dialami kakakku. Semua fantasi ini membuatku merasa nyaman......menimbulkan perasaan aneh......membangkitkan nafsuku.......dan membuatku ingin diperlakukan sesuai fantasiku. <br />
Semakin hari fantasiku semakin berkembang........aku membayangkan betapa Albert dengan lembutnya membuka baju kakakku satu persatu......meski ada penolakan lembut dari kakakku...tapi cumbuannya yg panas..pasti meluluh lantakkan pertahanan kakakku. Aku membayangkan mereka tanpa sehelai benang di badan bergumul dengan serunya diatas ranjang. Dan kubayangkan Albert menjilati sekujur tubuh kakakku sehingga membuat kakakku bergelinjang seperti cacing kepanasan. Kubayangkan Albert menjalari tubuh kakakku.....dari mencium bibir, terus keleher....turun lagi ke bibir......terus kedada ...berpindah-pindah ke dada kiri dan kanan.......terus turun ke pusar dan turun lagi.........terus ke paha......ke betis dan menjilati satu persatu jari kaki kakakku yg mulus. Dan tiba-tiba kakakku membalikkan badan sehingga berada diatas. Dan sekarang kakakku yg mengambil peran......semula kakakku menatap mesra Albert yg terbaring diatas ranjang......sambil tangannya membelai-belai rambut Albert. Dengan jarak muka yg hanya 15 cm....kakakku mulai menunjukkan aksinya. Dipagutnya bibir Albert dengan lembut.....lama sekali dan berpindah ke leher....sambil tangannya membelai-belai dada Albert yg bidang. Muka kakakku turun ke dada.....mengecup setiap inci dada bidang Albert........terus turun lagi turun lagi.........dan kulihat kakakku mengelus-elus sesuatu yg diimpikan setiap wanita. Aku melihat betapa gagah dan indah milik koko Albert. Dan ketika kulihat bibir mungil kakakku dan lidahnya yg indah mengecup mesra barang kesayangan koko Albert.......tiba-tiba tanda disadari akupun mendesah ringan. Aku menjadi rindu.......kepingin......kepingin aku yg menggantikan peran kakakku. Gilaa........kenapa aku bisa jadi begini ??? <br />
Kulihat kakakku memasukkan milik Albert ke dalam mulutnya dan aksi kakakku yg mengocok ringan sambil memaju mundurkan milik ko Albert dari mulutnya.......membuat Albert mendesah dengan hebatnya. <br />
<br />
Ohhh....sayang.....teruss.......kamu.....luar biasa sayang.......terus.........kamu pintar sayang. <br />
<br />
Aku meremas-remas payudaraku sendiri.....aku bisa merasakan puting susuku yg kecil itu menegang......aku merintih.....mendesah.......meraung dalam fantasiku. Tanpa kusadari......tangan kiriku mengelus-elus payudaraku sementara tanganku yg satu mengelus-elus selangkanganku. Aku sadar selangkanganku sudah ...</b> </div><div><div><div><b>...lakukan didalam....tetapi aku bisa mendengarkan rintihan-rintihan dari kakakku yg tiada berhenti. Entah apa yg mereka lakukan...tapi aku membayangkan pasti kakakku yg cantik dan sexy sedang dimanja habis-habisan sama Albert yg romantis itu. Aku cepat-cepat kembali ke kamar, menyalakan musik pelan-pelan, mematikan lampu dan menghempaskan diriku diatas ranjang. Mataku terpejam memandang keatas....dan kejadian tadi semua terlintas kembali dalam benakku. <br />
Tanpa aku sadari....tanganku mengelus-elus dadaku sendiri. Aku merasakan nikmat, asik dan terbuai dengan fantasiku. Ada perasaan aneh muncul dari dalam diriku....perasaan ingin diperlakukan sama seperti kakakku oleh seorang laki-laki. Akhirnya aku terlelap dalam buaian musik dan suasana kamar yg hening. <br />
Kakakku bilang Albert kemarin pulang jam 12 malam, tapi aku tidak menanyakan hal-hal lain....dan bilang begitu kekamar aku langsung tidur karena ngantuk. Kulihat muka kakakku senyum-senyum ketika berbicara denganku....tapi keliatannya tidak menaruh curiga sedikitpun bahwa aku mengetahui apa yg mereka lakukan tadi malam. Entah sudah sejauh apa hubungan kakakku dengan Albert, satu hal yg pasti.....kakakku masih perawan meskipun kadang percumbuannya dengan Albert sudah kelewat batas. Mungkin itulah wanita, setelah berhasil dicium....yg lain-lain pun menjadi mudah buat cowok....apalagi yg melakukan adalah pacar sendiri. <br />
Albert pasti sudah puas menikmati segala lekuk-lekuk dan kemolekan tubuh kakakku. Setahun berlalu dan sekarang kakakku dan keluargaku sudah akrab dengan Albert. Mereka sangat senang menerima kehadiran Albert sebagai pacar kakakku. Namun kadang aku sedikit salah tingkah kalau kadang kakakku suka bermanja-manja didepanku...misalnya membaringkan kepalanya ke pundak Albert, memeluk Albert dari belakang. Kelakuan-kelakukan kakakku yg terang-terangan itu memang termasuk sopan, namun aku yg tergolong masih hijau memperoleh pengaruh yg lain. <br />
Sering ketika mau tidur, aku mengenakan daster yg tipis dan membayangkan yg bukan-bukan. Gilanya lagi......aku sering membayangkan kejadian pertama kali aku mengintip kelakukan kakakku dengan Albert. Aku mereka-reka apa yg waktu itu mereka lakukan didalam kamar itu. Rasa penasaranku muncul setiap malam. <br />
Kubayangkan Albert menciumi bibir kakaku dengan lembut tapi ganas......dan berpindah keleher......terus ke bibir dan berpindah ke telinga, tenguk ke bibir lagi. Aku membayangkan Alber membuka baju kakakku pelan-pelan, membiarkan tangan Albert menjalar ke sekitar payudaranya yg besar dan indah itu. Aku membayangkan muka Albert menjalar kesekitar payudara kakakku dan bermain-main dengan lidah dan bibirnya disekitar situ. Aku membayangkan desahan-desahan dan rintihan-rintihan kenikmatan yg dialami kakakku. Semua fantasi ini membuatku merasa nyaman......menimbulkan perasaan aneh......membangkitkan nafsuku.......dan membuatku ingin diperlakukan sesuai fantasiku. <br />
Semakin hari fantasiku semakin berkembang........aku membayangkan betapa Albert dengan lembutnya membuka baju kakakku satu persatu......meski ada penolakan lembut dari kakakku...tapi cumbuannya yg panas..pasti meluluh lantakkan pertahanan kakakku. Aku membayangkan mereka tanpa sehelai benang di badan bergumul dengan serunya diatas ranjang. Dan kubayangkan Albert menjilati sekujur tubuh kakakku sehingga membuat kakakku bergelinjang seperti cacing kepanasan. Kubayangkan Albert menjalari tubuh kakakku.....dari mencium bibir, terus keleher....turun lagi ke bibir......terus kedada ...berpindah-pindah ke dada kiri dan kanan.......terus turun ke pusar dan turun lagi.........terus ke paha......ke betis dan menjilati satu persatu jari kaki kakakku yg mulus. Dan tiba-tiba kakakku membalikkan badan sehingga berada diatas. Dan sekarang kakakku yg mengambil peran......semula kakakku menatap mesra Albert yg terbaring diatas ranjang......sambil tangannya membelai-belai rambut Albert. Dengan jarak muka yg hanya 15 cm....kakakku mulai menunjukkan aksinya. Dipagutnya bibir Albert dengan lembut.....lama sekali dan berpindah ke leher....sambil tangannya membelai-belai dada Albert yg bidang. Muka kakakku turun ke dada.....mengecup setiap inci dada bidang Albert........terus turun lagi turun lagi.........dan kulihat kakakku mengelus-elus sesuatu yg diimpikan setiap wanita. Aku melihat betapa gagah dan indah milik koko Albert. Dan ketika kulihat bibir mungil kakakku dan lidahnya yg indah mengecup mesra barang kesayangan koko Albert.......tiba-tiba tanda disadari akupun mendesah ringan. Aku menjadi rindu.......kepingin......kepingin aku yg menggantikan peran kakakku. Gilaa........kenapa aku bisa jadi begini ??? <br />
Kulihat kakakku memasukkan milik Albert ke dalam mulutnya dan aksi kakakku yg mengocok ringan sambil memaju mundurkan milik ko Albert dari mulutnya.......membuat Albert mendesah dengan hebatnya. <br />
<br />
Ohhh....sayang.....teruss.......kamu.....luar biasa sayang.......terus.........kamu pintar sayang. <br />
<br />
Aku meremas-remas payudaraku sendiri.....aku bisa merasakan puting susuku yg kecil itu menegang......aku merintih.....mendesah.......meraung dalam fantasiku. Tanpa kusadari......tangan kiriku mengelus-elus payudaraku sementara tanganku yg satu mengelus-elus selangkanganku. Aku sadar selangkanganku sudah ...</b> </div></div><b> ...basah.......tapi aku tidak peduli.......ada sesuatu yg aku cari...tapi aku tidak mengerti apa yg kucari........aku hanya bisa merintih......merintih dan merindukan sesuatu. Ohhh.......hmm........koko.......tanpa aku sadari aku memanggil nama koko Albert. <br />
<br />
Hari itu papi mami tidak di rumah karena sedang kerumah tante di daerah Bintaro. Tadi kakakku bilang Albert mau ke rumah dan kakakku bilang kalau dia belum nyampe agar aku menemani koko Albert ngobrol. Sekitar jam 06.00 sore aku mendengar suara bel rumah dan kukira kakakku dah nyampe. Pembantu rumahku langsung membukakan pintu dan baru kuketahui kemudian ternyata yg datang adalah ko Albert. <br />
”Halo...Nita, apa kabar ?, gimana kuliahnya ?, nyeletuk Albert sembari melempar senyum lantas menghempaskan dirinya pada sofa empuk di ruang tengah. <br />
”Macet Nit...hari ini.......mungkin karena hujan sich”, katanya pelan. <br />
Tak lama pembantu mengeluarkan minum buat ko Albert dan kami mengobrol ringan sambil menunggu Riska pulang. Albert memang pinter mencairkan suasana....obrolan ku dengan koko Albert rasanya asik dan koko Albert pinter bercanda. Kadang saking gemesnya aku sampai melemparkan bantal sofa ke arah Albert. Tentunya dengan mudahnya Albert menangkap lemparanku yg hanya karena gemes itu. <br />
Udara hari ini memang kurang bagus....sejak jam 05.00 sore sudah gerimis dan sekarang hujan turun cukup lebat. Barusan kuterima HP dari kakakku katanya mungkin nyampe ke rumah kira-kira pukul 7.30. Nanti makan bareng sama Albert di rumah aja, katanya dari balik HP. Aku ke belakang dan berpesan kepada pembantu agar menyiapkan makan malam buat kami sebentar lagi. <br />
<br />
Albert pinter bercerita dan membuat humor. Suatu saat aku diberikan tebakan oleh ko Albert. Karena tebakannya agak sulit.......aku dibuatnya berpikir keras. Aku digoda-godain terus sama ko Albert. <br />
”Ayo dong......masa mahasiswi ga tahu jawabannya ?” <br />
”Sabar....bentar ya...jangan kasih tahu dulu”, sergahku ga mau kalah. <br />
”Ayooo......apa........yoo ?, guraunya terus menerus. <br />
<br />
Akhirnya aku menyerah ...dan berkata ”Apa dong ko...?” <br />
Jawabannya adalah ”.....................hmmm.....wow.....”, bentaknya sambil mengarahkan jarinya ke mukaku. <br />
Aku kaget setengah mati dan mendengar koko Albert tertawa terkekeh-kekeh. Ternyata aku dikerjain, aku dibohongin. <br />
Karena gemes....aku mengembil bantal sofa dan memukul-mukulkan nya kebadan Albert. Tanpa sengaja bantal menyenggol gelas dimeja sehingga isinya tumpah ke luar. Gelas yg satu hampir jatuh ke bawah....aku bereaksi secara refleks.......dan secara bersamaan kulihat koko Albert juga melakukan gerakan yg sama untuk mencegah gelas jatuh. <br />
Tapi sudah ga keburu.......gelas koko Albert yg berisi coca cola jatuh tumpah dimeja sehingga membasahi kakiku. Karena menuju gerakan yg sama......secara kebetulan tangan koko Albert dan tanganku memegang gelas satunya yg hampir jatuh ke bawah. <br />
Gelas berhasil dipegang oleh tanganku dan tangan koko Albert bersamaan. Posisi muka kami hanya berjarak 30 cm. Tiba-tiba aku merasa risih dan kulihat koko Albert memandangiku dengan tersenyum. Aku semakin risih.....apalagi tanganku masih menggenggam gelas bersama tangan ko Albert. <br />
Aku menundukkan muka.......tidak berkata sesuatu apapun. <br />
Tiba-tiba aku merasakan muka ko Albert mendekat.......aku merasakan ada hembusan nafas dekat mukaku. Ketika kuangkat sedikit mukaku........tiba-tiba aku merasakan sesuatu menempel dibibirku. <br />
Ko Albert telah mencium bibirku...........aku terhenyak......dan melepaskan genggaman tanganku pada gelas hingga terjatuh ke karpet lantai. Tanganku refleks mendorong dada ko Albert agar menjauh dariku. Kupalingkan mukaku untuk melepaskan ciumannya...tapi aku tidak beringsut dari tempat dudukku. <br />
Aku diam seribu bahasa..........kurasakan tangan ko Albert meraih kepalaku. Tangan satunya meraih mukaku dan hingga mukaku berhadapan dengan muka ko Albert. <br />
Heran.......kenapa aku diam aja? Kenapa aku tidak menolak. <br />
Sejenak aku melirik ke arah pandangan ko Albert. Kulihat muka ko Albert semakin mendekat ke arahku...semakin dekat.....semakin dekat dan tiba-tiba aku tidak mempunyai kekuatan.......aku memejamkan mataku. <br />
Aku merasakan benda lembut menyentuh bibirku........lembut sekali....... <br />
Aku merasakan bibirku dibuai...digigit-gigit kecil...dan merasakan sekujur bibirku disapu oleh benda yg sangat lembut......tapi sangat nikmat. <br />
Fantasiku muncul ............. <br />
Aku mulai membalas kecupan-kecupan itu........sebentar kecupan itu hilang, kemudian datang lagi silih berganti. <br />
Hujan turun semakin deras........aku merintih....mendesah......kubiarkan lidahku bermain-main dengan lidah ko Albert.......setiap sentuhan merupakan sensasi tersendiri. <br />
Aku mulai merintih.........mendesah.........meski desahanku tertutup oleh riak air hujan yg jatuh ke tanah. <br />
Aku merasakan geli disekujur leherku..........kegelian yg amat sangat......amat sangat sehingga membuatku bergelayutan. <br />
Tanganku refleks memeluk leher ko Albert. Tanpa ada suara, tanpa ada ucapan apapun, tanpa ada penolakan, tanpa ada permintaan...........fantasiku semakin ...</b> </div><div><b>..berkembang. <br />
<br />
Kurasakan tangan lembut menyusuri pinggangku, terus belakang punggungku.......mencari sesuatu. Aku tidak sadar lagi ketika pengait BH ku terlepas oleh sentilan jari ko Albert. Ketika kaos ketat yg kupakai akan disibak ke atas, aku mencoba melarang.....tapi......tapi.......itu tidak bertahan lama. Kecupan-kecupan ko Albert ke leher dan bibirku, membuatku melambung tinggi dalam fantasiku. <br />
Kurasakan payudaraku dimain-mainkan oleh jari-jari tangan yg lincah. Darahku berdesir kencang......... <br />
Tidak hanya elusan pada puting susuku yg masih mungil itu.......ada merasakan payudara sebelah kiriku seperti disengat oleh jutaan setrum listrik. Ko Albert begitu lihai menjilati puting susuku. Aku terengah-engah..........mukaku menengadah ke atas.......tanganku mencengkeram rambut ko Albert, namun membiarkan mukanya terbenam diantara bukit dadaku yg menjulang tinggi. <br />
”oh....kooo......, kamu koq begini sich ?” <br />
”Koko........jangan......jangan koko sayang.........”, aku meracau dalam rintihan kenikmatan. <br />
Tidak ada penolakan......aku pasrah........aku semakin terbuai dalam fantasiku. <br />
Muncul dalam pikiranku semua yg pernah aku bayangkan apa yg dilakukan ko Albert terhadap kakakku. <br />
<br />
Sehingga aku tidak sadar lagi ketika muka ko Albert telah menjalar ke bawah kakiku dan mengeringkan sisa-sisa coca cola yg menciprati kakiku. Kurasakan jari-jari kakiku disapu oleh lidah ko Albert. <br />
Aku hanya ingat tanganku masih memegang kepala ko Albert. Tapi mengikuti kemana kepala ko Albert berpindah. <br />
<br />
Aku setengah sadar ketika kurasakan ada yg membopong badanku. Aku merasa seperti diangkat.......mataku tetap terpejam. <br />
Aku tidak perduli apakah pembantu melihat atau kakakku akan muncul secara tiba2. <br />
<br />
Yg aku ingat......aku dibaringkan dengan perlahan diatas tempat tidur. Dan kurasakan satu persatu pakaianku dibuka oleh ko Albert. <br />
Kuijinkan ko Albert mencium bibirku, mencium leherku, melalap buah dadaku yg masih perawan........menjilati sekujur tubuhku........pusarku.........pahaku........betisku......jari kakiku......terus naik lagi.........ke betis......ke paha.......dan......... <br />
”Oh.....my God” <br />
”Kokooooo...........................!!”, jeritku tertahan. <br />
Entah apa yg dilakukan Albert, aku merasakan daerah sensitifku disapu-sapu oleh benda yg sangat lembut. Rasanya seperti ujung lidah ko Albert mengoles-oles lubang kemaluanku.....dan bibirnya kadang-kadang menyedot-yedot vaginaku. <br />
Ohhh.......................koko.................aku hanyut, aku terbuai <br />
Ini tidak ada dalam fantasiku.......tapi ini lebih nikmat, lebih enak, lebih memabukkan dari semua yg pernah kubayangkan. <br />
Kubiarkan koko Albert menikmati seluruh tubuhku........aku tahu tidak ada sejengkalpun dilewatinya. <br />
Kulit tubuhku yg putih mulus, payudaraku yg montok, puting susuku, pusarku, oh....kemaluanku semua tidak luput dari kecupannya. <br />
<br />
Tiba-tiba aku menjadi ganas............... <br />
Aku membuka mata...........aku bangun dan dengan gesit aku merangkul ko Albert. Kukecup bibirnya dengan penuh nafsu. Kubuka dengan paksa pakaian yg dikenakannya. <br />
Sekarang aku yg menjadi buas..........aku mencium....aku menjilati sekujur tubuh koko Albert....... <br />
Kukecupi bibirnya, lehernya.......dadanya yg bidang.......terus turun...turun dan ........ <br />
Kutemukan apa yg kucari........ <br />
Ukurannya hampir ¾ tanganku......besar dan tegang sekali. Tapi aku suka........fantasiku mengatakan ini nikmat. <br />
Dan mulutku yg mungil pun menerima kemaluan ko Albert dengan rela........ <br />
Aku melakukannya untuk ko Albert......pertama buat seorang pemuda......buat pacar kakakku yg mestinya tidak boleh kulakukan. <br />
10 menit aku mengulum benda kesayangan dalam fantasiku. <br />
<br />
Tiba-tiba kepalaku ditarik keatas. Dan badanku seperti dibalikkan..........aku jatuh terlentang. <br />
Ko Albert menciumku........ku sambut ciumannya dengan mesra. <br />
Kurasakan sesuatu menusuk-nusuk dibagian vaginaku.........seperti berusaha mencari sesuatu. <br />
Akal sehatku sudah hilang..........aku pasrah apa yg dilakukan koko ku.......... <br />
Ada rasa geli........aku sudah basah sekali. <br />
Dan benda tumpul itu seperti mulai menembus tubuhku.......ada sedikit rasa sakit, tapi Cuma sedikit. <br />
Dan tiba-tiba ada tekanan yg agak kuat.........aku merasakan sesuatu memasuki tubuhku, rasanya pas sekali dengan lubang kemaluanku. <br />
Benda itu bergeraka pelan masuk, terus ditarik lagi, terus masuk dan keluar. <br />
Demikian silih berganti dan demikian juga pagutan dibibirku tiada berhenti. <br />
Tiba-tiba aku merasakan gelombang yg sangat dasyaat, ia menghantam diriku dengan kuat sekali. <br />
Aku seperti mau kejang.........tapi bukan kejang. <br />
Sesuatu yg aneh......aku tidak mengerti.............tetapi nikmat sekali. <br />
Aku mendesah panjang...........aku mendesah tiada henti....... <br />
Dan kurasakan benda itu masih keluar masuk............ <br />
Aku tidak ingat berapa lama aku terbuai............tapi ........... <br />
Kemudian aku ...</b> </div><div><div><div><b>...dibangunkan ko Albert, ketika aku membuka mataku........kulihat ko Albert memandangku sambil tersenyum. <br />
Dengan lembut didaratkannya sebuah ciuman ke bibirku. Dan ia mengucapkan kata-kata : <br />
”Nita........koko sayang kamu ” . <br />
<br />
Aku cepat-cepat bangun dan membereskan tempat tidur. Aku melihat ada cairan diatas sprei berwarna merah. <br />
Kemudian aku dan ko Albert turun ke bawah, membereskan semua yg berantakan. <br />
Tidak lama kemudian kakakku datang. Kita makan bersama. Setelah itu aku meninggalkan mereka berdua dibawah. Aku masuk kembali ke kamar........dan menghempaskan badanku ke ranjang. <br />
Aku masih ingat kejadian yg tadi.....itu nyata......itu bukan.....fantasi. <br />
<br />
Aku coba beranjak dari tempat tidur dan melirik dari gorden. Tidak keliatan kakakku dan ko Albert. Hujan masih turun dengan derasnya. <br />
Kubuka pintu kamar, melangkah turun ke bawah. <br />
Aku tahu harus kemana........... <br />
Aku mendekati kamar kakakku........... <br />
Dan benar....... <br />
Dari luar aku mendengar rintihan-rintihan yg hebat <br />
Tapi kali ini bukan rintihanku <br />
Aku tahu itu rintihan kakakku......... <br />
Rintihan seperti yg barusan aku alami........... <br />
Rintihan yg aku rindukan............ <br />
Rintihan yg memabukkan......... <br />
Kali ini aku tidak perlu berfantasi lagi, karena aku sudah mengerti semuanya. <br />
Aku tahu.......kakakku sedang dibuai oleh ko Albert. <br />
Badannya yg mulus, lehernya yg putih, payudaranya yg besar dan ranum, dan .......hmmm.........pasti ko Albert tidak melewatkan yg satu itu. <br />
<br />
Ketika besoknya aku ke kamar kakakku.......aku menemukan sedikit bercak merah diatas kasur. Aku tahu itu bukan darah mens............ <br />
<br />
Itulah ko Albert........aku dan kakakku telah kehilangan keperawanan secara bersama-sama dalam selang waktu 4 jam. <br />
Tapi aku tidak menyesal..........dan sejak saat itu, aku senantiasa merindukan ko Albert. Kapan dan dimana saja......aku tidak pernah menolak apa yg ko Albert mau. Aku tahu kakakku juga melakukan hal yg sama. <br />
<br />
Dan ko Albert sungguh hebat........dia bisa membuat aku dan kakakku merindukannya tanpa aku atau kakakku tidak pernah saling cemburu............karena ko Albert piawai mengatur skenario dan bisa menjaga rahasia dengan baik. <br />
<br />
Kakakku tetap pacar ko Albert dan aku siap menjadi istri mudanya. <br />
<br />
Muaaach............koko Albert......Nita sayang sama koko. <br />
</b> </div></div></div><div> </div></div></div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-17105881352274575252010-03-17T10:13:00.000-07:002010-03-17T10:13:44.299-07:00Istriku yang ganas<b style="color: #4c1130;"></b><div style="color: #4c1130;"><div style="color: #cc0000;"><div><b><strong>Istriku yang ganas</strong></b></div><div><b><strong> </strong></b></div></div><div><b>Perkenalkan, aku adalah seorang dokter umum di sebuah rumah sakit pemerintah Jakarta. Namaku Toni, umur 35 tahun (gak tua-tua amat kan ?), sudah menikah 1 tahun dengan seorang wanita cantik umur 26 tahun bernama Cynthia, namun belum mempunyai anak. <br />
Yah...., bisa dibilang akibat meniti karir yang berlebihan, akhirnya keseringan tugas luar rumah. So..., gimana bisa punya anak dong kalo gitu ? <br />
<br />
Seperti kali ini, aku bertugas di Rumah Sakit Daerah Manokwari selama 3,5 bulan untuk mengadakan penelitian tentang penyakit HIV. Tentu saja sangat berat bagiku untuk berpisah dengan istri,<a name='more'></a> meski hanya untuk hitungan 3 bulan saja. Karena sehari-haripun aku sudah jarang bisa berduaan, karena aku selalu pulang larut malam. Kalaupun bisa bersantai, cuma hari minggu aja. itupun masih suka terganggu dengan jadwal jaga UGD atau panggilan mendadak. <br />
<br />
Singkat kata, meski dengan berat, aku jalani juga 3,5 bulan itu. Sudah pasti aku wajib telepon setiap 3 hari sekali, bahkan tiap hari kalo rasa kangen sudah memuncak. <br />
Kini aku sudah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta dan sebentar lagi bertemu dengan istriku, yang pasti udah ngga sabar menanti. <br />
<br />
Tepat dugaanku ; ketika aku keluar dari rang kedatangan terminal 1B, aku disambut dengan peluk cium bertubi-tubi dari istriku. <br />
"Muah....!!! Toniku sayang.., honeyku....,aku kangen banget say...", kata istriku sambil memeluk dan menciumku. <br />
Sambil balas memeluk, aku menenangkannya, "Iya, Cyn. Aku udah pulang kan ? <br />
<br />
Sekarang ke mobil, yuk?! Nanti kita kangen-kangenan sepanjang jalan sampai kerumah deh." <br />
<br />
Sepanjang perjalanan ke rumah kami di kawasan Cibubur, tidak hentinya kami saling membelai, tanda betapa kangennya kami berdua. Istriku bahkan sering kali tiba-tiba memeluk dan menciumku, padahal aku sedang menyetir. Hehehe..., maklum deh ! Namanya juga lagi kangen.... <br />
Cuman terus terang ada yang sedikit berubah dari istriku ini. Sebelum aku pergi tugas, dia masih seperti anak pemalu dalam soal sex, hanya aktif jika aku yang memulai. Mungkin karena ia datang dari keluarga yang ketat dalam <br />
pergaulan, makanya rada kuper soal sex. Bahkan setelah menikahpun, lebih banyak aku yang menuntun dalam berhubungan intim. <br />
Namun kini...., ia tidak malu-malu meraba-raba Juniorku sambil mencium pipiku. <br />
Sambil bercanda, aku coba selidiki kenapa istriku bisa berubah seekstrim ini. <br />
<br />
"Kenapa, Cyn ? Udah kangen banget yah ?", tanyaku sambil tersenyum ke arahnya. <br />
Sambil malu-malu kucing Cynthia menjawab,"Iya, nih. Kan udah 3 bulan lebih nggak dipeluk kamu, Ton." <br />
Belum sempat aku jawab, Cynthia udah menimpali lagi, <br />
"O iya, Kamu ingat Tania, Say ?" <br />
"Iya, teman kamu yang dari Perancis itu. Kenapa dia ?" <br />
"Kemarin sebelum balik ke Perancis, dia ngajarin aku tentang hidup suami <br />
<br />
istri supaya makin mesra.", katanya sambil ngelendot di bahu kiriku. <br />
"Oh ya ? Kayak apa tuh ?", tanyaku lagi. <br />
"Mmmm...ntar aja deh di kamar...", kata istriku sambil mengerling genit. <br />
"Sekalian kejutan selamat datang buat kamu...", lanjutnya. <br />
<br />
Aku tertawa ringan mendengarnya. <br />
"Pantes kamu jadi manja banget. Rupanya punya ilmu baru, yah? Hehehe..." <br />
Sambil menyembunyikan wajahnya dilenganku, Cynthia menjawab, <br />
"Kan buat kamu juga, hon..." <br />
Kucium lembut ubun-ubunnya.. <br />
"Iya, sayang. Aku tahu koq kamu cinta banget ama aku." <br />
"Iyah...", katanya sambil mengecup bibirku. <br />
<br />
Setelah bersabar selama 1 jam, akhirnya tiba juga kami dirumah tercinta. Udah lumayan malem sih, jam 22.00, bo ! <br />
Untung tadi sempet beli McD di Airport buat bekal di jalan. Jadi kami sampai dirumah dengan perut yang ga kosong2 amat. <br />
<br />
"Hon, aku mandi duluan yah..", kata Cynthia setelah kami berada dalam kamar. <br />
Aku yang sedang unpack koper, menjawab dengan sedikit menggoda, <br />
"Lho.., katanya kangen ? Koq mandinya sendiri-sendiri..?" <br />
Cynthia memeluk dan mencium bibirku, <br />
"Biar nanti kangennya di ranjang ajahh....",jawabnya sedikit mendesah. <br />
<br />
Huuih..!! Istriku jadi canggih begini ? Rasa horny yang kutahan dari tadi jadi makin susah dikontrol. Namun karena aku masih ingat kalo dulu istriku suka permainan lembut, maka aku belum berani main labrak. Daripada mood jadi ancur, mendingan liat kejadian selanjutnya aja deh. <br />
<br />
"Iya deh, aku mandi abis kamu", kataku tersenyum. <br />
Cynthia tersenyum genit, mencubit hidungku sebelum berbalik masuk kamar mandi. <br />
<br />
30 menit berlalu dan dia selesai mandi. Kini giliranku untuk berbasuh. <br />
<br />
Kembali ia menciumku sesaat sebelum aku masuk kamar mandi, sambi berpesan, <br />
"Jangan lama-lama ya, sayangku..." <br />
"Iya..", balasku sambil mencubit pantatnya yang montok itu. <br />
<br />
Hanya 15 menit yang aku butuhkan untuk mandi (itu udah keramas dan sabunan lo ya!!). <br />
Ketika keluar kamar mandi.....wah koq suasana kamar jadi remang2 begini? <br />
Rupanya istriku mematikan lampu utama dan hanya menyalakan lampu meja saja yang berwarna kuning lembut. <br />
<br />
Tiba2 dari arah samping Cynthia memelukku <br />
"Udah mandi bersih, sayang?", tanyanya. <br />
Aku mengangguk sambil tersenyum, kemudian kucium bibirnya. Awalnya lembut, kemudian beralih ke French Kiss. Kurengkuh tubuhnya yang masih mengenakan <br />
<br />
Baju Handuk. Lidahku mulai menjelajah di mulutnya, menyambut lidahnya yang juga mulai menjulur-julur. Seperti ular yang sedang mencari mangsa, lidahnya menggeliat mengelilingi lidahku. Nafas Cynthia mulai terengah-engah, menahan nafsu birahi yang telah ...</b> </div><div><b>..lama terpendam. <br />
Bahkan sekarang ia dengan ganasnya menghisap lidahku tanpa menghentikan geliat lidahnya. Tangan mulai menyusuri punggungku ke bawah, berakhir dengan meremas pantatku. Hal yang selama kami menikah belum pernah dilakukannya. <br />
"Diajarin Tania, yah ?", tanyaku sambil mejilati lehernya yang jenjang. <br />
"He eh....ssstttt", jawabnya mendesis. <br />
<br />
Aku makin semangat menjilat dan mencium lehernya, sambil tanganku mulai meremas pantatnya. Tak berapa lama, tanganku mulai naik lagi ke punggung kemudian ke arah Dadanya yang menggunung (ukurannya 36 D..). Kuremas Toketnya yang masih tertutup Baju handuk, sambil tetap menjilat lehernya. <br />
"Aahhhh......ssstttt....saaayyaaaang...., akuuu...kangenn..hhhhhh" <br />
Lenguhannya semakin keras, tubuh Cynthia menggeliat menahan birahi yang mulai meningkat tajam. <br />
Tangannya mulai menbuka kausku dengan tidak sabar, sebisanya bibirnya tak lepas dari bibirku. <br />
Ketika tanganku hendak membuka tali pengikat baju handuknya, ia menahan tanganku. <br />
"Nanti aku buka sendiri, sayang. Kata Tania, akan lebih nikmat kalau aku buka sendiri..." <br />
Aku tidak paham apa yang dikatakannya, tapi aku menurut aja. Namanya juga kejutan.... <br />
<br />
Kini bibir dan lidahnya yang ganti menciumi leherku. Memang terasa beda, ada nafsu yang menggelegar di tiap jilatannya. Ditambah dengan gerakan tangannya yang menyusuri punggung dan dadaku, meraba lembut setiap senti kulitku. <br />
Kini jilatannya turun ke dada, sambil sesekali menyedot putingku. Cynthia mulai melolosi celanaku dengan cara menyelipkan kedua telapak tangannya menyusuri pantatku, lalu melebarkan lengannya...hingga celana karetku turun mengikuti arah lengannya. <br />
<br />
Betul2 hebat ilmu yang diturunkan Tania kepada istriku. Betul2 kejutan yang luar biasa. Meski baru pembukaan, aku sudah bisa merasakan kalau istriku jauh berubah dalam soal sex. Dia jadi lebih aktif dari biasanya. Jauh lebih bernafsu. <br />
Terbukti dengan setelah celanaku terbuka, dia mencium lembut juniorku tepat pada ujungnya. Hal yang juga belum pernah dilakukannya. <br />
<br />
Tiba-tiba ia berdiri dan langsung mendorongku, hingga aku terbaring di Springbed. Aku terhenyak amun tetap diam, menunggu langkah Cynthia selanjutnya. <br />
<br />
Ternyata ia berjalan ke arah Compo dan menghidupkan lagu R&B, yang aku ga tau judulnya. <br />
Kemudian dengan gemulai ia mulai meraba-raba tubuhnya sendiri. Istri gue nari erotis, cing !!! Sampe bengong gue ngeliatnya. <br />
Tubuhnya menggeliat penuh birahi, kadang tangannya mengeramasi rambutnya yang sedada itu. <br />
Lambat namun pasti, ia mulai membuka baju handuknya. Dan ternyata di dalamnya ia mengenakan 2 piece Lingerie berwarna merah dan agak transparan. <br />
<br />
Bra-nya hanya menutupi setengah bongkahan toket ukuran 36 D itu, dimana putingnya menyembul sedikit. Berpadu dengan G-String ikat samping dengan Slip Ouvret alias lubang tepat pada memeknya. Sehingga kalau perlu, bisa aja ngesex tanpa perlu buka CD. Seperti biasa, bulu2 jembutnya hanya tersisa sedikit ditengah. Namun itu sudah cukup membuat aku horny berat. Apalagi ditunjang dengan tubuh Cynthia yang memang amat ideal sebagai penari Striptease. Tinggi 168cm, berat 53kg, rambut warna coklat emas terurai sedada, dada membusung ala Sarah Azhari, kulit putih, pinggang ramping, paha mulus, apalagi yang kurang ? <br />
<br />
"Kamu suka, sayanghhh..?", tanyanya sambil mendesah dan tetap menggeliat merangsang. Pinggulnya mulai bergoyang seperti penari perut, sambil tangannya mengusap-usap memeknya. <br />
Aku hanya bisa mengangguk sambil menelan ludah. Ruar biasa, sangat jauh dari perkiraanku. Istriku jadi kayak hipersex gini.. <br />
Juniorku sudah tegak setegak-tegaknya, terasa ada cairan keluar sedkit dari ujungnya. <br />
"Akuhhh dapat ini dari Tania. Dan ia juga ajar aku untuk ngebahagiain kamuh...hhhhh", jelasnya sambil terengah-engah. <br />
"Katanyahh.... supayahh suami ngga pergi ke pelacur, istri harus bisa jadi pelacur bagi suaminyahh.... Supayahh..dia ngga perlu cari2 nikmat lagihh....Ahhh..." <br />
Sambil menari, ia memasukkan jari telunjuknya ke liang memek. Menggosok itilnya. <br />
"Kamuuhhh mau aku pelacurmuhh..hhhhh ?" tanyanya sambil menjilati bibirnya yang ranum itu. <br />
<br />
Kembali aku hanya mengangguk dan tersenyum. <br />
Cynthia pun tersenyum genit. Ia mulai membuka bra sambil tetap menari. <br />
<br />
Kemudian melemparkannya ke arahku, tepat jatuh di Junior. <br />
Kemudian ia merangkak perlahan, seperti kucing yang mendekati mangsanya. <br />
<br />
Wajahnya tengadah penuh nafsu birahi, matanya berubah liar, seperti tidak ku kenal. <br />
Bahkan ia mengeong ketika mendekat ke selangkanganku. <br />
"Ngeooong.....!!! Cayang jangan bergerak, yah.... Aku mau mandi kucing ama kamu..", pintanya sambil tetap menjilat bibir. <br />
Aku hanya terduduk ditepi Springbed, terdiam menunggu aksinya. <br />
<br />
Kini ia tepat berada di depan Junior dan ia menjilatnya perlahan. Seperti kucing menjilat sosis. Awalnya hanya ujung junior namun segera seluruh batang Penisku dijilatnya. Ia melakukannya tanpa sedikitpun tangannya menyentuh Penisku. Jadi hanya kepalanya saja yang sibuk menggeliat di selangkanganku. <br />
"Mmmmm...nikmatnya kontol kamu, sayangku...slruuupp..." <br />
"Wahhh...,jadi vulgar yah sekarang.....", aku terkejut. <br />
"Iyahh dong...., kan akuh...slruupss...pelacur...." <br />
"Ohhh...., iya deh...." <br />
<br />
Kini tangannya mulai menggapai dan meraba pahaku. Ku coba memegang kepalanya, namun ia ...</b> </div><div><div><div><b>...mendongak... <br />
"Jangan pegang2 !!! Kamu diam aja.... Nanti ada saatnya kamu pegang2.", katanya galak. <br />
"Ups.., oke...", kataku tersenyum. <br />
Dan ia kembali menjilat penisku. Bahkan sekarang tiba2 ia melahapnya dengan ganas. Menyedot-nyedot ujung penisku dan lidahnya tetap menjilat di dalam rongga mulutnya. Menciptakan sensasi yang luar biasa. <br />
"Woww...., Cynhh...., woww....", aku hanya bisa menanggapi dengan WOW aja. <br />
Sedotannya kini semakin ganas, kadang seluruh batang penisku amblas dalam mulutnya. Begitu pula dengan kata2nya, semakin vulgar dan cerewet sekali. <br />
<br />
"Slurrpp...mmmm...aku kangen kontol kamu sayannghhh.. Udah lama akuhhh iinging praktekin ilmu nyepongnya Taniaahhh....slurp....mhhh" <br />
Aku sudah tak bisa menjawab, bener 2edan sedotan Cynthia. <br />
Tangannya kini ikut bermain di sekitar Bijiku, mengelus-elus keduanya. <br />
<br />
Sementara tangan yang satunya menyelip ke arah lubang pantatku. Benar2 rangsangan hebat, deh !!! <br />
Kadang ia menyedoti lipatan pahaku, kemudian kembali ke penisku. <br />
Ada kali setengah jam ia sibuk nyepong. Kepalanya kadang naik-turun, kadang bergoyang kiri kanan. Rambutnya yang indah menggelitik lembut kulit pahaku. <br />
<br />
Sampai akhirnya ia tiba-tiba berdiri dan menyuruhku berbaring. <br />
"Cukup ! Giliran aku lagi yang kamu jilatin" <br />
Setelah berbaring, ia merangkak perlahan di atas tubuhku sambil lidahnya tetap menjilati. Saat lidahnya menjilati pusarku, ia menggoyangkan kedua toketnya yang gede itu tepat di atas penisku. Kemudian menekannya, naik mengikuti arah jilatannya. Naik terus hingga tubuhku tertutup liurnya, yang kemudian disapu dengan Toketnya. <br />
Ketika Putingnya beradu dengan putingku, ia menggeser-gesernya dengan lembut. <br />
<br />
Namun yang terasa adalah rangsangan yang hebat. Seperti orang kesetrum deh... <br />
<br />
Kini ia naik terus hingga G-Stringnya tepat berada di depan mulutku. <br />
<br />
Tangannya mengeramasi lembut rambutku, seakan mengarahkan minta dijilat. <br />
"Sayangku... Kini kamu boleh meraba tubuhku. Tapi kamu harus jilat itilku yahh..." <br />
Tanpa diperintah pun, aku sudah sangat ingin menjilatnya. <br />
"Iyah... Dan kamu juga harus sering bicara vulgar, ya sayang..." <br />
"Tentuhh, hon...Aku akan jadi pelacur paling bernafsu untuk kamu, darling..." <br />
<br />
Dan akupun langsung mencium, menjilat dan menyedot memeknya yang mengintip genit dari lubang G-String itu. Kadang kusibak bibirnya, supaya aku bisa menyedot Itilnya yang sudah terangsang itu. Lendir rangsangan mulai membanjiri liang Vagina Cynthia. Kadang sampai perlu aku hisap supaya tidak terlalu becek. Lumayan, sekalian menghilangkan haus. <br />
"Jus memek yang nikmat nih..", kataku <br />
"Tentu,sayanghhh. Memekku hanya untukmuhh..", katanya sambil menekan kepalaku ke memeknya. <br />
<br />
Pinggul Cynthia bergoyang maju mundur, seakan mengimbangi gerakan lidahku. <br />
<br />
Pokoknya mukaku seperti dijadiin gosokkan memek deh. <br />
"Seeddoottthh...hhoonn..., itilku.....itilku....itil..itil..ahhh....ahhh...ahhh..." <br />
Cynthia semakin ganas menggoyang pinggulnya, kadang diangkat dan bergoyang seperti goyang Inul...memeknya berputar-putar di atas hidungku. Dan tiba2 ia menekan memeknya kembali ke mulutku. <br />
Tanganku meremas bongkahan pantatnya, sambil sesekali aku selipkan jariku di tepi lubang pantatnya. <br />
<br />
"AAAHHhhhh......", pekiknya tiba2 sambil mendongakkan kepalanya. Kepalaku sendiri makin ditekan ke memeknya dan Cynthia semakin ganas menggoyang pinggulnya. Pantatnya semakin kencang kuremas. <br />
"Teruusss....terusss.. sayy..., isap terus itilku.. Aku mo keluarrhh....aku mo ngecretzz..ngecrettsss...ssstttt...Akuhh...akuhh...Ooohhh.....ohhh......OOhh....AAAAHHHHHHH.....!!!!!!!" <br />
Tiba2 tubuhnya terdiam menegang dan tangannya menjauhkan kepalaku dari selangkangannya. Seolah mencegah agar aku tidak menjilat itilnya lagi. <br />
<br />
Betul saja, karena beberapa detik kemudian ia menatapku dengan pandangan liar. <br />
"Aku ngga mau ngecrets cuman dengan lidah...rrrrrr", katanya sambil menggeram penuh nafsu. <br />
<br />
"Kamu pikir aku mau dientotin dengan lidah ? Hhhhh....", Cynthia pun menurunkan tubuhnya hingga sejajar tepat diatasku. <br />
"Buka tali CDku !", perintahnya. <br />
Karena tali samping, jadi mudah aja kubuka G-Stringnya. Tinggal buka ikatan, maka semuanya lepas. <br />
Kemudian ia menjejalkan G-Stringnya yang sudah becek itu di hidungku. Bau lendir Vagina yang khas segera menjalar. <br />
"Kamu suka baunya..?" <br />
Aku mengangguk. <br />
<br />
Cynthia tersenyum. Ia membuang G-String basah itu ke lantai, kemudian kembali menjilati sekujur wajahku yang basah dengan lendir memek. Sambil menjilat, tangannya meraih penisku dan mengurutnya dengan lembut. Kemudian dengan cepat dimasukkan ke dalam memeknya yang sudah merekah dan becek itu, langsung menggoyangnya naik turun dengan ganas. <br />
<br />
"AAAhhhhhh....akuhhh...hanya..ingin ngecretss.. dengankontolmu...kontoll...KONNTTOOOOLLLL....Aahhh.....Ahhhhhh", jeritnya sambil menggoyang pinggulnya seperti Jockey Kuda. Tangannya meraba-raba puting susunya sendiri yang sudah mancung berwarna pink. Cynthia betul2 merangsang dirinya sendiri. Kadang kubantu dengan mengusap-usap putingnya, seirama dengan tubuhnya yang naik turun. <br />
"Auuhh....auuhhh......kontolmu eennaakkksss...." <br />
"Iyaahhh...., memekk..kamu juga...sayaangghh....legitt...." <br />
<br />
10 menit kemudian Cynthia melepas pelukannya, ...</b> </div><div><b>...langsung memunggungi aku dan menungging. <br />
"Aku mau nyoba gaya anjing ya, hon...." <br />
"tentu sayang.", aku mengiyakan dan langsung memasukkan kontolku dari belakang. WWoooowww..., jadi tambah sempit rupanya. Penisku serasa diperas oleh dua dinding yang basah. Keluar masuk dengan lincahnya. <br />
Yang membuatku sangat terangsang, Cynthia sesekali melolong seperti anjing beneran. <br />
"Auuuuuu.......Ahhhh....Ahhh....Auuuuuu" <br />
Istriku benar2 jadi mesin sex. <br />
Yah..., asal ngga selingkuh mah....gapapa deh.. <br />
<br />
Kadang kuremas juga toketnya dari belakang, iapun menegakkan tubuhnya. Hingga sekarang posisinya tangan berpegangan dinding dan aku mengocoknya dari belakang. <br />
<br />
Namun ternyata ia kurang menikmati posisi Doggie style. <br />
"Aku on top lagi, yah? Kalo doggie, itilku ngga keraba jembut kamuhhh..hhh" <br />
Kamipun tukar posisi lagi ke posisi awal, dan inilah posisi yang amat digemari Cynthia. Karena seluruh titik rangsangannya bisa teraba. <br />
Kini ia menggenjotku lagi dengan bersemangat. Tak lupa dengan kata2 vulgarnya yang kian ganas. <br />
<br />
"Sekarang kamuhhh lagi ngapain sayang.?", tanyaku iseng di sela genjotannya. <br />
"Lagi ngentot sama kamuuhh....hhhhh...hhh", jawabnya terengah. <br />
"Selain ngetot...uhhh...apalagi.yang kamu sukahh...?" <br />
"Hhhh....sssttsss...ngeeweee....aahhhhh" <br />
Aku tertawa mendengar jawabannya, eh dia malah makin ganas. <br />
"Janggannn ketawaa......!!! HHHH....diammmhhh kamuuhhh....Ahhh..ahhhh" <br />
<br />
Kini goyangannya makin menggila, tubuhnyapun mulai menegang seperti tadi. Berarti dia udah mo orgasme. <br />
"Uaahhhh....uaahh.....Uahhh....nggeewee.....ngeeweee....aahhhh" <br />
Dengan posisi on top, Cynthia memelukku. Bibirnya menciumi dan menjilat leherku, sambil tetap menggoyang pinggulnya. Dan jeritannya pun semakin kencang. Aku juga ikutan mengocok memeknya dari bawah. <br />
"Truuss....sayaang....trrrusss....hhhh Mo...ngecretsss....nehh....ahhh....ahhhh" <br />
Pelukannya semakin kencang, jilatannya semakin dalam dan gencar. <br />
"Ohhhh....Ohhhh....kontol..koonntoll....entotttiii..akuuu...enttootttii akuuu....aahhh....ngenntooott....ngennttootttt....." <br />
Ganti aku yang menjilat lehernya, supaya dia bisa bebas berteriak...melepas dahaganya. <br />
<br />
"Ohhh...saaayaang.....aku..mau encret....encret....ahh...ahhh...Jemmmbbuuttt...jemmmbuuuttt......JJJeeEEEMMMBBUUUUTTTTTT.....", makin tinggi pekikannya. <br />
"Akuuhhh jugaaaa sayyaangggg.....", kataku sambil menahan semburan kontolku. Biar lebih nikmat.. <br />
"Barreeng....yaaahhh...Ahhhhhhh...Ahhhhhhh" <br />
"Cyynnn.....honnney......I'm Cummming....." <br />
"AUUUUU...AHHHH.....AAAAHHHHH....AAAHHHHH....JJEEEMMMMBBBUUUUUUUUUTTTTTTTT !!!!!!!!" <br />
Tubuhnya menegang, memeluk erat dan membenamkan bibirnya ke pundakku. <br />
<br />
Sementara aku juga memeluknya erat, sambil meyemprotkan mani ke dalam memeknya. Mani dan lendir nikmatnya saling menggulung, hingga menyemprot keluar dari memeknya. Membasahi paha kami berdua. <br />
Tubuh Cynthia menghentak-hentak, menikmati detik2 orgasme. Mungkin saking nikmatnya sampai ia betul2 terkulai lemas diatas dadaku. <br />
Aku membelai punggungnya yang halus dengan lembut, tanpa berkata-kata. <br />
Dan iapun tertidur diatas tubuhku, sementara penisku tetap berada dalam vaginanya. <br />
<br />
Terima kasih, Cyn. Ini bener2 kejutan buat aku. <br />
Dan sampai saat ini kami masih suka mencoba gaya-gaya baru atau ngesex di tempat2 yg unik. Yang nanti akan aku ceritain lagi kalo ada waktu. <br />
<br />
Makasih juga buat Tania, yang udah ngajarin istriku jadi ganas, hahahaha...... <br />
</b> </div></div></div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-31059907320164705452010-03-17T10:07:00.000-07:002010-03-17T10:07:34.202-07:00CACING<b></b><div style="color: #4c1130;"><div style="color: #cc0000;"><div><b><strong>CACING</strong></b></div></div><div><b>Sebelumnya saya minta maaf jika cerita saya ini terlalu mengusik rasa moral para pembaca. Namun saya harus tuangkan apa yang sesungguhnya pernah terjadi. <br />
Ceritanya berawal dari rumah petak kontrakan saya di dalam gang yang agak terisolir dan gelap.<a name='more'></a> Saya pilih tempat ini karena selain murah, juga karena rasanya rada ekslusif karena luput dari perhatian para tetangga. <br />
Hanya satu kamar tamu, satu kamar tidur, kamar mandi. Tidak terlalu besar, karena harganya murah. Tapi bagi saya yang merantau ke Jakarta ini rasanya cukuplah, karena dana kiriman orang tua untuk membiayai kuliah saya juga tidak terlalu berlebihan. <br />
Saya baru sekitar 3 bulan menempati rumah petak ini, setelah sebelumnya kost di dekat kampus. Kegiatan kuliah di tahun pertama tidak terlalu padat. Biasanya sekitar jam 3 sore saya sudah kembali ke rumah. <br />
Fotografi adalah hobi saya. Untunglah saya hidup di masa foto digital sudah merebak, sehingga hobi saya tidak terlalu membebani biaya rutin bulanan. <br />
Di samping tumah saya ada sebidang tanah kosong yang sering dijadikan arena bermain anak-anak yang tinggal di sekitar situ. Mereka adalah obyek foto saya. Mereka senang difoto ketika sedang bermain dan saya senang menangkap ekspresi polos anak-anak. Karena itu maka saya banyak mengenal anak-anak di lingkungan itu. <br />
Salah satu anak yang paling centil dan paling sering saya jadikan model adalah Ery. Dia cantik dan masih duduk di kelas 5. Dia paling akrab dengan saya sehingga sering menerobos kamar saya ketika saya sedang asyik menonton TV. Tidak ada lagi rasa canggung dan dia sering pula minta diajari menyelesaikan PR nya. <br />
Saya tentu saja tidak punya perasaan apa-apa selain senang mempunyai teman kecil dan dengan sepenuh hati ingin membantu dia agar nilai pelajarannya selalu unggul. Itu pulalah akhirnya yang mengakibatkan Ery sering main ke rumah saya. Ia anak tunggal dan hidup hanya dengan ibunya. Seharian dia hanya sendirian di rumah, karena ibunya bekerja dari pagi sampai petang. <br />
Sebagai anak yang masih berumur sekitar 10 tahun, ia tampaknya bongsor dan genit. Tapi waktu itu saya tidak terpikir sedikit pun untuk tertarik secara seksual. <br />
Suatu hari ketika dia tersesak buang air, dia langsung masuk kamar mandi. Rumah saya memang sudah dianggap sebagai rumahnya. Dia memang biasa begitu. Namun tiba-tiba saya mendengar dia menjerit memanggil saya. "Mas..... mas.....mas... tolong mas ada cacing" <br />
Saya kaget dan langsung bangun dari tempat duduk, " dimana" <br />
"Ini di sini aku jijik, tapi aku malu," jeritnya sambil menangis dan terhiba-hiba. <br />
"Lantas gimana, apa perlu aku tolong," <br />
Pintu kamar mandi masih terkunci dan dari dalam masih terdengar Ery menghiba , " mas tolong mass) <br />
Kunci pintu kamar mandi terdengar dibuka dan Ery dengan berpenutup handuk berdiri sambil agak nungging. <br />
Aku menerobos masuk dan mencari di sekitar lantai, " mana " kataku. <br />
"Ini mas di pantat dia nggak mau keluar menggantung. <br />
Ery berbalik dan menungging di depan ku. Ternyata cacing itu menggantung di lubang duburnya. <br />
"Sebentar aku ambil tisu" <br />
Aku keluar dan mulai terpikir, kalau aku cabut dari lubang anusnya pasti akan terlihat kemaluannya. Akal iseng ku mulai keluar. "Sini nungging, nggak usah malu kalau takut sama cacing." <br />
Ery tanpa pikir panjang Lalu nungging di depan ku, maka terpaparlah anus dengan cacing tergantung dan kemaluannya dari belakang. Pelan-pelan aku cabut cacing dari lubang anusnya dan keluarlah cacing sepanjang hampir 10 cm. <br />
Ery bergidik melihat cacing, karena dia geli pada binatang cacing. "Mas aku takut, nanti ada lagi yang keluar." <br />
" Ya udah mas tunggin di sini kamu terusin buang airnya." Ery kembali nongkrong menghadap ke arah ku. Maka terpaparlah gundukan kemaluan yang masih gundul. <br />
Aku pura-pura tidak tertarik melihat kamaluannya, padahal kontol mulai ngaceng. <br />
Ery masih mengeluarkan sisa tinja yang tertahan. Dia rupanya trauma dengan cacing tadi sehingga tidak berani melihat ke bawah. "Mas Ada lagi nggak cacing yang keluar?" <br />
Karena kamar mandi sempit maka tidak ada ruang untuk aku melihatnya dari belakang. Satu-satunya celah hanya memandang dari depan. Aku pun dengan gaya ditenang-tenangkan jongkok untuk memeriksa apa ada cacing yang tergantung. Yang aku perhatikan tentu saja bukan cacing, tetapi memeknya yang merekah. Aku pura-pura memperhatikan kemungkinan ada cacing, padahal meneliti bentuk memeknya yang merekah merah. <br />
Kontolku mengeras maksimal. "nggak ada lagi kok,' kata ku datar. <br />
"Mas cebokin mas aku takut, nanti msih ada cacingnya." <br />
Astaga, ini anak kenapa jadi begini. Mengambil kesempatan dalam kesempitan, akhirnya saya mengeliminir rasa jijik. Ery ku suruh jongkok di depan ku dan dengan gayung aku mencebokinya. Berkali-kali aku usap tanganku di sekitar anusnya sampai bersih dan tentu saja menyenggol memeknya. "Mas jangan ke situ mas geli," kata Ery ketika kesenggol clitorisnya. <br />
Setelah aku sabuni dan bersih, aku pun menyabuni tanganku berkali-kali. " Masih ada cacingnya nggak ...</b></div><div><div><div><b>...mas," tanya Ery. <br />
"Nanti mas periksa, jangan pakai celana dulu, mas mau periksa di luar di tempat yang agak terang." <br />
Padahal mana mungkin memeriksa cacing dalam anus, orang ketika diraba sudah tidak terasa apa-apa. <br />
Ery kuminta telentang di tempat tidur, mengangkan selebar mungkin dan mengangkat kakinya. Memeknya kelihatan jelas dan anusnya juga . Aku sibak anusnya pura-pura memeriksa padahal mataku menatap lobang memek yang kecil dan tertutup. <br />
Aku raba lubang anusnya dan sedikit memasukkan jari tengah, tetapi tidak bisa. Tak kurang akal aku cari cream body lotion dan kulumasi jari tengah lalu ku tusuk perlahan-lahan ke dalam lubang anusnya. Ery mendesis, mungkin geli atau mungkin juga keenakan. "Sakit" tanya ku. <br />
"Sedikit tapi juga geli" <br />
Jari tengah ku masuk pelan-pelan sampai akhirnya masuk seluruhnya lalu aku putar-putar. Ery makin mendesis-desis. "Ssssshhh.....ssssshhh....sssshhhh" <br />
"Nggak ada lagi kok" kataku menyudahi pemeriksaan jahil. <br />
Lalu Ery ku suruh kembali mengenakan celana dalamnya. <br />
"ini gara-gara mama sih, aku disuruh makan obat cacing jadi keluar deh cacingnya," kata Ery bersungut-sungut. <br />
KOntolku tegang maksimal, tapi aku tidak tau harus berbuat apa. Ery masih 10 tahun, meskipun teteknya mulai tumbuh. <br />
Kubuang pikiran jahat ku dan aku kembali menenangkan diri. <br />
Celakanya Ery sejak saat itu sering minta diceboki. Anak ini makin manja. " Abis enak sih diceboki ama Mas," katanya manja. <br />
Aku selalu mengambil kesempatan meraba itilnya ketika menceboki Ery sampai kadang-kadang dia menggelinjang kegelian. <br />
Dia pun sudah tidak punya rasa malu lagi dan percaya 100 persen bahwa aku menjaganya. Padahal otakku suntuk setiap kali meraba itilnya, kontolku ngaceng sekeras-kerasnya. Apa boleh buat. <br />
Suatu saat ide ku muncul untuk mengambil fotonya dalam keadaan bugil. Dia toh senang difoto, dan tidak lagi ada rasa malu di depan ku. So tidak ada penghalang. Aku jadi bebas menikmati tubuh telanjangnya, baik langsung atau dalam file di komputer. <br />
Ery pertama heran atas permintaanku dan dia merasa malu juga kalau harus beraksi telanjang di depan kamera. Tapi aku beralasan untuk dokumentasi pribadi. <br />
Dia akhirnya setuju. Segera aku ubah kamar tidurku menjadi studio dan berbagai pose dari yang artistik sampai yang paling vulgar. Dari berdiri malu-malu sampai tangannya menguak vaginanya dan kuambil close up. Selaput daranya sampai bisa tertangkap kamera karena terlalu seringnya memeknya dipluek. <br />
Aku jadi makin terangsang memperhatikan fotonya di komputer. Hasil jepretanku tidak kalah dengan foto-foto lolita dari Rusia atau Ukraina. Semua pose yang ada di situs-situs lolita sudah aku praktekkan pada Ery. <br />
Akhirnya kepala ku jadi ngeres, tetapi aku tidak berani mengingat berbagai risiko yang bakal muncul jika aku menyetubuhinya. Keadaan jadi cenggur (ngaceng nanggur) terus. Pelampiasannya hanya onani. <br />
Suatu hari Ery menegurku. " Mas sudah lihat Ery telanjang, tetapi Ery belum pernah lihat Mas telanjang, nggak adil dong," katanya. <br />
Aku bingung mencari kata-kata dan alasan untuk bertahan. <br />
"Kenapa kok pengin lihat mas telanjang ?" tanya ku sambil mencari ksempatan waktu berpikir untuk bertahan. <br />
"Ery juga pengin motret mas telanjang,' katanya. <br />
"Mati aku," aku jadi makin terpojok. <br />
Akhirnya aku menyerah karena tidak punya alasan dan kata-kata untuk bertahan. " Ya udah, Ery mau motret mas talanjang sekarang ?" <br />
Ery hanya mengangguk. <br />
Aku malu bukan karena aku harus telanjang, tetapi kontolku ini ngaceng, kalau aku buka celana tiba-tiba mencuat batang 15 cm, bagaimana aku menerangkannya. <br />
Muncul akal. "Sebentar Mas mau buang air dulu ya." Aku buru-buru masuk kamar mandi dan sambil nongkrong aku onani. Setelah ejakulasi aku pura-pura menyiram kotoran di wc. Dalam keadaan telanjang bulat aku keluar dan menemui Ery di kamar ku yang sudah siap dengan kamera digital ku. <br />
Setelah aku ajari mengenai cara pengambilan gambar, Ery mulai beraksi <br />
menyorot diriku dari berbagai posisi. "Sialan aku dikerjai anak kecil nggak sanggup ngelawan," kata ku dalam hati. <br />
Sialnya dia pun ikut-ikutan mengambil foto close up kontol ku. Bukan hanya mengambil foto dari jarak dekat, dia pun mengubah-ubah posisi kontolku ketika aku pada posisi duduk setengah berbaring. <br />
Kontolku yang sejak tadi lemes saja, disenggol-senggol jadi bangun. " Lho mas kok kontolmu jadi bengkak. <br />
"YA orang disenggol-senggol ya jadi bengkak," kataku sekenanya. <br />
"Sakit nggak mas, orang cuma disenggol kok bisa bengkak," katanya polos. <br />
"Ya agak sakit," kataku berbohong. <br />
"Gimana ngobatinya, pakai refanol bisa nggak," katanya bersungguh-sungguh. <br />
"Nggak bisa pakai refanol, nantilah kita obati setelah foto-foto selesai. <br />
"Kamu harusnya juga telanjang jadi kita bisa foto berdua sambil telanjang, kata ku." Otakku jadi ...</b></div></div><b> ...kurang kurang sehat kalau lagi sange. Padahal foto berduaan telanjang ini risikonya besar. Tapi kalau lagi sange mana berpikir panjang begitu. <br />
Ery setuju dan kami pun berfoto berdua telanjang dalam berbagai gaya. <br />
Rupanya dalam berbagai pose dimana tanganku memegang teteknya yang baru numbuh dan memeknya yang belum tumbuh bulu membuat dia jadi terangsang juga. Buktinya memeknya ketika kuraba mulai basah. <br />
Aku baru tahu kalau anak kecil bisa terangsang dan memeknya basah juga. <br />
Aku pun makin gila dan berpose makin mesra, mulai pose mencium bibirnya, mencium teteknya menjilat pentilnya yang masih kecil. Ketika Mencium bibirnya aku melumatnya dan tidak memperdulikan timer di kamera lagi. Ery binggung dan tetapi diapun jadi makin terangsang. Begitu juga ketika pose aku menjilat pentil susunya, dia geli-geli keenakan. <br />
Aku kemudian mengusulkan posisi gambar aku menjilat memeknya. Dia Protes karena dianggap itu menjijikkan. Aku bilang aku nggak jijik, cobalah. Dia memegang kamera dan aku tiarap di antara kangkangan kakinya dan dengan hati-hati aku menyentuhkan ujung lidahku ke ujung clitorisnyanya. " Ah geli mas, " katanya sambil menarik menjauhkan memeknya dari lidahku. Foto tidak sempat diambil karena dia kaget. <br />
"Coba lagi" kataku. <br />
Kini tanganku merangkul pantatnya untuk menahan agar dia tidak menarik lagi pantatnya seperti tadi. <br />
"Ok siap ya" kata ku. <br />
Kini aku tidak lagi menjulurkan lidahku tetapi membenamkan seluruh mulut ke vaginanya dan lidahku mencari clitoris di ujung atas liptan memeknya bagian dalam. Dia menggelinjang dan aku terus melakukan serangan dengan jilatan lembut ke clitorisnya. Setiap kali lidahku mengenai ujung clitorisnya setiap kali pula dia menggelinjang. Dia bingung dan lupa harus mengambil foto. Posisinya yang tadi setengah duduk kini jadi rebah telentang sepenuhnya. Aku pun makin bersemangat menjilati clitorisnya. Ery mulai mendesah dan makin lama makin panjang. Sssshh..... sssshhhh..... ssssssshhhhh. <br />
Mungkin sekitar 5 menit tiba-tiba Ery menjerit tertahan dan lubang vaginanya berdenyut-denyut. Aku menghentikan jilatan dan menekankan lidahku diitilnya. Tangan Ery juga menarik kepalaku agar menekan vaginanya. Dia mencapai orgasme mungkin yang pertama seumur hidupnya. <br />
Tubuhnya yang tadi meregang, kini lemas seperti tak bertulang. " Geli dan enak banget mas, apasih tadi itu," katanya kemudian setelah dia mulai siuman. <br />
"Itu namanya orgasme, yaitu kepuasan seksual." <br />
Aku tidur telentang di sampingnya, dengan posisi kontolku mengacung tegak ke atas. <br />
Tangannya kuraih dan kubawa ke kontol ku untuk menggenggamnya. " Keras amat mas, kenapa sih," tanyanya penuh keheranan. <br />
"Bisa sembuh nggak," tanynya lagi. <br />
"BIsa tapi kamu harus bantu mengobatinya" <br />
"Caranya gimana" <br />
"Caranya sama seperti tadi mas lakukan pada Ery." <br />
"Ih Ery nggak bisa mas, Ery jijik" protesnya. <br />
" Kalau mas nggak jijik, kenapa Ery jijik, coba dulu, kalau nggak gitu bengkaknya makin besar dan nggak bisa sembuh." ujar ku. <br />
Ery bangkit dan mendekatkan kepalanya ke kontol ku. Tangannya mulai menggenggam batang kontolku yang keras seperti kayu. <br />
"Coba jilat ujungnya" kata ku memberi komando. <br />
Dengan gerakan ragu-ragu dia mulai menjulurkan lidahnya dan menyentuh kepala kontolku. Setelah beberapa jilatan dia mulai terbiasa. <br />
" Kulum," perintahku. <br />
"Itu mas ada lendirnya dan rasanya agak asin," protesnya. <br />
Aku ambil celana dalam yang tergeletak di samping ku dan aku lap lendir di ujung kontol ku. <br />
Ery dengan gerakan ragu mulai mengulum perlahan-lahan, tetapi giginya menyentuh ujung kepala kontolku., <br />
"jangan sampai kena gigi Ry" <br />
Setelah beberapa saat dia mulai terbisa dan bisa menyesuaikan agar giginya tidak menggeser kontol ku. <br />
"Manju mundur dan sedot yang kuat," kata ku sambil aku mengambil foto pada moment yang sangat merangsang ini. <br />
Ery dengan cepat mengikuti perintahku dan kini dia sudah mulai mahir. Rasa enak menjalar ke seluruh tubuhku sampai ke ubun-ubun rasanya. <br />
"Rya bawahnya juga dijilat ," Kata ku sambil memberi petunjuk untuk juga menjilat buah zakarku. <br />
Aku tidak bisa menahan nikmatnya dijilati anak umur 10 tahun yang mulai pintar ini. Ssshhh ...... sssshhh ..... aduh enak ry terus Ry, Sedot lagi Ry. Aku tidak bisa bertahan lama dan kuangkat kepalanya menjauh dari Kontolku dan kubekap kontolku yang segera memuntahkan cairan kental putih ke atas perutku. <br />
Ery menatap heran. " Apa yang keluar itu mas, kok kental dan lengket gitu," tanyanya. <br />
"itu sperma, sebagai tanda akau mencapai puncak kenikmatan seperti yang kamu rasakan tadi," kataku. <br />
Badan ku lemas dan aku segera melap cairan itu dengan handuk kecil yang memang sudah kusediakan sejak awal di tempat tidurku. <br />
Sekitar 5 menit kami tidur telanjang berdampingan. <br />
Sejak saat itu, Ery jadi ketagihan dan dia sering memintaku untuk memuaskan ...</b></div><div><b>...dirinya dan memuaskan diriku juga. <br />
Berbagai gaya foto vulgar adeganku dengan Ery makin lengkap dalam koleksi. Aku menyimpan semua foto-foto itu dalam internet yang hanya aku bisa melihatnya. <br />
Adegan itu terus berlangsung sampai sekitar 3 bulan, sampai suatu saat aku ingin mendapatkan yang lebih dari itu. <br />
Otak ku makin gila dan tidak lagi terpikir risiko-risiko yang bakal muncul. <br />
Dengan alasan adegan foto aku mulai menempelkan ujung kemaluan ku di mulut vaginanya. Pertama ya hanya nempel saja dari berbagai angel. Tapi rasa penasaran mendorongku untuk berbuat jauh. <br />
Aku ingin membenamkan kepala kontolku saja, untuk merasakan kenikmatan memeknya tanpa merusak sepalut keperawannya. Pada awalnya sulit sekali menerobos masuk dengan bantuan jely pelicin perlahan-lahan kepala kontolku mulai bisa menyeruak lipatan vaginanya. Aku berhenti ketika di dalam vagina ada yang terasa menghalangi. Gerakanku hanya maju mundur 1-2 cm saja. Rasanya juga sudah nikmat sekali sampai aku bisa menembakkan air maniku. Aku tidak berani melepas maniku di dalam memeknya. <br />
Ritual ini berlangsung lebih dari 10 kali sampai aku tidak memerlukan jeli pelicin lagi bagi mendorong kepala kontolku. <br />
Rasa penasaran juga lah yang mendorong aku untuk berbuat lebih jauh lagi. Aku mencoba untuk memasukkan setengah batang kontolku, karena kalau cuma kepala ketika ditarik sering lepas dan lama-lama jadi kurang nikmat. <br />
Ketika Kepala kontolku tertahan untuk masuk terus, aku berhenti dan menarik nafas. Kontolku aku pertegang sehingga ada efek sedikit mendorong masuk, lalu aku kendurkan lagi ketika Ery mengernyit kesakitan. Kemudian aku pertegang lagi sambil agak mendorong, berhenti ketika Ery mulai kesakitan. Gerakan itu bisa membawa batang kontolku masuk lebih dalam, sekitar 2 inci lalu aku bermain maju mundur pada jarak 2 inci sampai menjelang aku ejakulasi. <br />
Permainan 2 inci akhirnya lancar setelah kami bermain sekitar 2 minggu dengan frekuensi sekitar 5 kali. <br />
Ery makin ketagihan dengan permainan yang makin meningkat ini. Dia tidak lagi merasakan kesakitan ketika permainan 2 inci itu berlangsung. <br />
Selanjutnya aku mulai mencoba menerobos lebih dalam lagi. Tekniknya sama dengan sebelumnya berhenti ditegangkan lalu tekan sedikit. berhenti lagi lalu tegangkan dan tekan sedikit. Gerakan ini bisa membawa kontolku terbenam sekitar separuhnya. Aku pun berhenti pada posisi ini dan hanya bermain setengah tiang. <br />
Seminggu bermain setengah tiang dan tidak ada lagi rasa sakit pada memek Ery membawa aku penasaran ingin membenamkan seluruh kontolku ke dalam memeknya. <br />
Dari posisi setengah tiang tidak lagi terlalu sulit dan lama untuk membenamkan seluruh batang kontolku, meskipun gerakanku tetap hati-hati dengan menegangkan dan mendorong pelan. Bless masuklah seluruh batang kontolku ke dalam memek kecil yang masih belum tumbuh bulu. Aku berhenti untuk sekitar 1 menit pada posisi terbenam itu, menikmati betapa hangat dan sempitnya memek Ery. <br />
Perlahan-lahan gerakan maju mundur dengan sangat lambat aku coba dan kontolku terasa seperti terjepit sangat ketat. Aku tidak bisa bertahan lama di dalam memek yang sempit, sekitar 5 menit pertahananku jebol dan aku muntahkan di perut cewek imut ini. <br />
Sebelum memulai membenamkan kontolku aku selalu memuaskan Ery dengan oral sampai dia orgasme minimal 2 kali. Sebab, aku menyadari, aku tidak bisa membawanya orgasme melalui hubungan normal, karena sempitnya memek ini tidak mungkin aku bertahan bisa main lama. <br />
Berbagai posisi hubungan badan kuabadikan dari berbagai angel sampai pada posisi-posisi close up. Ngentot menjadi kegiatan rutin kami sampai Ery mencapai usia 11 tahun. <br />
<br />
******************************* <br />
<br />
Persahabatan ku dengan Ery jadi makin akrab dan berkat bimbinganku pada pelajaran sekolahnya, dia berhasil meraih rangking 1 di kelasnya. Aku bangga dan juga puas. <br />
Meski perbedaan usia kami terpaut 9 tahun, tetapi dalam hubungan sex kesenjangan itu hampir tidak ada artinya. Hampir setahun aku berteman dengan Ery, tetapi sekalipun aku belum pernah melihat Ibunya, apalagi mengenalnya. <br />
Aku memang kurang berminat mengenal ibunya dan kalau bisa malah menghindar mengenalnya. <br />
Ternyata Ery juga menutup rapat diriku terhadap ibunya, ia hanya mengaku sering belajar bersama teman sekelasnya. <br />
Sudah hampir setahun aku berhubungan dengan Ery sampai ia berusia 11 tahun. Dia belum mendapatkan mensturasinya. <br />
Meskipun usianya masih terlalu muda, tetapi nafsu sexnya ternyata cukup tinggi. Aku seringkali kewalahan menghadapi permintaannya. Hampir setiap hari dia memintaku untuk menyetubuhinya. Setiap kali hubungan seringkali aku harus meladeninya sampai 4-5 ronde. Kadang-kadang pinggang ku rasanya sampai mau patah, karena pada ronde ke dua dan seterusnya aku baru bisa ejakulasi setelah sekitar 30 menit. <br />
Kecil-kecil sudah hyper, bagaimana besarnya nanti. Suatu kali dia pernah diminta ibunya untuk menginap di rumah temannya karena ibunya harus pergi ke luar kota untuk selama 2 hari. Ibunya percaya saja kalau Ery memang benar menginap di rumah temannya, tanpa dia mengecek. Padahal Ery mendekam dirumahku. Karena dua hari itu adalah hari Sabtu dan Minggu, maka Ery seharian di rumah ku. Dalam 24 jam aku melayaninya sampai 10 ronde. Ronde ke 9 ejakulasiku hanya mengeluarkan angin. <br />
Akhir-akhir ini aku agak jarang menyetubuhi Ery karena kegiatan kuliahku padat, ...</b> </div><div><div><div><b>...dan kadang-kadang sampai malam. Ery protes karena dia jarang disetubuhi. namun keadaan yang tidak memungkinkan. Aku menyetubuhinya paling pada hari Minggu, karena sampai malam minggu aku disibukkan dengan kuliah. <br />
Sudah sekitar 3 bulan memek Ery hanya aku besut seminggu sekali. Pada awalnya setiap kesempatan hari minggu Ery menuntutku bermain sampai 6 ronde. Namun karena aku lama-lama kewalahan akhirnya akau hanya penuhi 3 ronde saja. Begitulah berjalan beberapa bulan sampai Ery bercerita bahwa dia tertarik pada teman laki sebayanya. Aku kenal anaknya bernama Aryo, karena dia juga dari lingkungan sekitarku juga. <br />
Suatu malam minggu ketika aku pulang kuliah sekitar jam setengah 7, aku menangkap bayangan di halaman kosong sebelah rumah ku ada seperti orang mengendap-endap. Aku pun berjalan mengendap untuk memastikan pandangan apa gerangan gerakan itu, pencurikah, atau hewan. Sampai jarak 5 meter aku baru bisa melihat agak jelas bahwa disudut tanah kosong itu ada dua anak sedang bergumul. Aku dekati sampai sekitar 2 meter aku kejutkan mereka, " Ngapain ini" dengan nada suara membentak. <br />
Mereka terkejut dan tak segera bisa lari, karena kulihat Ery dan Ary sedang bertindih-tindihan. Celana mereka tidak dilepas hanya diturunkan sampai sebatas betis, sehingga susah berlari. Keduanya pucat dan malu. <br />
Dengan nada tetap garang saya perintahkan mereka mengenakan kembali pakaiannya. Keduanya aku gelandang masuk ke rumah ku. <br />
Mereka duduk di ruang depan dengan kepala tertunduk, malu takut bercampur baur. <br />
"Kamu masih kecil kenapa sudah bermain seperti orang dewasa," kata ku sok berwibawa dan bersih. <br />
Mereka lalu saling tuduh menuduh mengenai siapa yang memulai dan siapa yang mengajak. <br />
"Sudahlah" kata ku <br />
"Kamu nggak usah takut, tadi saya sudah lihat kamu." kata saya. <br />
"Mas tolong mas saya jangan diadukan ke orang tua saya atau di bawa ke polisi, tolong mas," kata Aryo. <br />
"Baik," kata saya. <br />
"Saya tidak melaporkan perbuatan kalian asal kalian menuruti saya," kata Ku <br />
"Saya kasih kalian kesempatan meneruskan permainan kalian tadi di sini tetapi saya akan melihatnya, kalau kalian tidak bisa, maka akan saya laporkan ke orang tua kalian," <br />
Aryo baru berani mengangkat kepala dan bertanya. "benar boleh di sini". <br />
"Benar, di sini kalian aman tidak ada yang memergoki." <br />
KUperintahkan keduanya membersihkan diri ke kamar mandi dan dari kamar mandi keluar harus dalam keadaan talanjang masuk ke kamar ku. <br />
Pertama Aryo masuk ke kamar mandi, Dia mandi, mungkin di semak-semak tadi gatal., Keluar dengan malu-malu menutup burungnya masuk ke kamar ku. Aryo umurnya 12 tahun. Ery kemudian masuk kamar mandi dan dia mencuci seluruh badannya dan menyabuninya. Dia keluar dari kamar mandi dengan tenang jalan sambil telanjang masuk ke kamar ku. <br />
Aku duduk dikursi dan siap memberi aba-aba. "Aryo apakah kamu sudah pernah onani dan mengeluarkan mani." <br />
"Sudah mas" jawabnya singkat. <br />
"Baik sekarang kamu telentang." <br />
Ery kuperintahkan memegang kemaluan Aryo yang belum berbulu agar bangun menegang. Dalam beberapa saat saja kemaluan Ery sudah bangun dan tegak sekitar 12 cm panjangnya. Dia sudah sunat. Ery kuperintahkan untuk mengulumnya. Aryo kaget dan protes. "Kok diemut mas, kan jijik katanya." <br />
"Udah kamu diam saja dan ikuti perintahku" <br />
Aryo pssrah dan tidur telentang, Ery yang memang sudah lihai dengan segera mengambil posisi diantara kedua kaki Aryo dan mengulum penis Aryo. <br />
Aryo mendesis-desis keenakan. " Enak yo," tanyaku. <br />
"Enak banget mas tapi rada geli, tapi enak." <br />
Ery yang sudah piawai mengoral akhirnya menjebol pertahanan Aryo hanya dalam waktu kurang dari 2 menit. Semua mani Aryo ditelan dan Aryo kelojotan kegelian ketika ejakulasi penisnya masih diisap oleh Ery. Sampai penis Ary lemas baru dilepas oleh Ery. <br />
"Enak banget mas, saya belum pernah ngerasakan seperti ini," kata Aryo. <br />
" Kamu juga harus membuat enak Ery, setelah istirahat sebentar, kamu juga harus menjilat memek Ery" kata ku. <br />
Aku perintahkan Ery tidur telentang dan Aryo kubimbing tengkurap diantara kedua paha Ery. Dia awalnya ragu, menjilat memek Ery. Aku kuak memek Ery dan kutujukkan itilnya yang harus dijilat dengan gerakan lembut. <br />
"Kalau kamu tadi dienakkan oleh Ery, sekarang giliran kamu mengenakkan Ery, itu biar adil,"kataku. <br />
Aryo dengan gerakan ragu dan penasaran melihat memek yang merekah merah itu akhirnya dia mulai menjulurkan lidahnya ke clitoris Ery. Karena lidahnya terus dijulurkan Aryo mulai lelah. " Bekap mulutmu ke memeknya, dan jilati terus," perintahku. <br />
Aryo kemudian menurut dan Ery mulai kelojotan itilnya dijilati. Sekitar 5 menit Ery meregang dan Aryo kuperintahkan mengehentikan jilatannnya dan lidahnya menekan memek Ery. Ery pun menekan kepala Aryo ke memeknya kuat-kuat. Baru 15 Detik Aryobersikeras mengangkat kepalanya menjauhi memek Ery, "nggak bisa nafas" katanya. Ery yang lagi tanggung orgasme akhirnya menekankan tangannya ke memeknya sampai orgasmenya tuntas. <br />
Kontol Aryo sudah berdiri lagi, meski belum penuh. Ery yang baru menyelesaikan orgasmenya langsung meraih kontol Aryo dan meremas-remasnya. Mendapat perlakuan itu, kontol Aryo makin mengeras sampai sempurna. <br />
"Sekarang masukkan kontolmu pelan-pelan ke memek Ery, kamu merangkak diatas Ery, cium bibirnya, lalu cium teteknya," <br />
Aryo yang sudah mulai bangkit nafsunya segera mencium ...</b></div><div><b>..Ery. Mereka berciuman penuh nafsu dan tidak memperdulikan ada orang lain yang menonton. Sementara aku kontolku makin tegang. <br />
Aryo kemudian turun menciumi tetek Ery yang baru numbuh sebesar "mouse" laptop. Sekitar 10 menit cumbuan aku perintahkan Aryo memasukkan kontolnya ke memek Ery. <br />
"Tadi waktu diluar kamu sudah sempat masukkan kontolmu apa belum " tanya ku. <br />
"Belum, dia nyodoknya selalu didepan, mana bisa masuk," kata Ery. <br />
"Abis aku nggak tau lobangnya ada di bawah," kata Aryo. <br />
Ary membimbing kontolnya menuju memek Ery, tetapi berkali-kali gagal masuk sampai Ery menuntun ke memeknya dan menarik pantat Aryo agar kontolnya segera menerjang pintu masuk. <br />
Aryo mulai menggenjeot dengan penuh semangat. Dia pompa sekuat tenaga. Sekitar 5 menit dia bertahan pada posisi itu. Aku perintahkan untuk tukar posisi. Ery kini diatas dan Ery dalam posisi duduk bersimpuh mengangkangi badan Aryo ia melakukan gerakan maju mundur. Aryo nyengir-nyengir keenakan kontolnya dibesut Ery. Pada posisi ini Ery sempat mencapai orgasme sempai dia lunglai jatuh memeluk Aryo. Posisi kuperintahkan berganti lagi, dengan posisi dog style. Ary menyodok kontolnya dari belakang sambil memegangi pantat Ery. Mungkin posisi itu menstimulan G Spot Ery, sehingga Ery tak lama kemudian mengerang dengan keras keenakan. Mendengar erangan itu Aryo makin semangat dan makin terangsang dia puun mencapai puncaknya dan membenamkan dalam-dalam kontolnya dan menyemburkan lahar panas ke dalam memek Ery. <br />
"Saya lupa mas menarik kontol saya, dikeluarkan diluar, abis enak banget," kata Aryo meminta maaf pada ku. <br />
" Kalau dia hamil kamu harus bertanggung jawab, " kataku mengingatkannya. <br />
Aryo wajahnya jadi kecut dan seketika itu juga kontolnya menciut. <br />
"Enggaklah mudah-mudah," kata saya. <br />
Aryo pun kembali bersinar mukanya. <br />
Mereka aku perintahkan untuk kembali masuk kamar mandi bersama-sama untuk membersihkan diri. Hampir setengah jam kutunggu kok nggak selesai-selesai. Ketika kubuka pintu kamar mandi ternyata keduanya melanjutkan ronde ketiga dalam posisi berdiri, Ery membungkuk dan Aryo menyikatnya dari belakang. <br />
"Abis ngaceng lagi mas gara-gara kontolku disabuni Ery," kata Aryo sambil senyum-senyum-senyum. <br />
"Awas jangan dikeluarkan didalam, cabut kalau mau nyembur, kata ku. <br />
Sekitar 10 menit kemudian keduanya keluar dari kamar mandi dalam keadaan segar dan klimis. Sudah hampir jam setengah 10 kalian segera pulang aku antar ke dekat rumah kalian. Kami berjalan bertiga dan Aryo lebih dulu sampai ke rumahnya. Setelah aku dan Ery jalan berdua, Ery minta aku balik lagi ke rumah. " Ibu Lagi pergi mas." katanya. <br />
<br />
****************** <br />
<br />
Sejak saat itu rumahku dijadikan hotel jam-jaman oleh kedua anak itu. Ery kini melayani aku juga Aryo. Namun Aryo tidak pernah tahu hubunganku dengan Ery. Kami sepakat merahasiakan. <br />
Kedua anak itu telah pula membintangi film porno karya ku untuk durasi sekitar 30 menit. Mereka sudah tidak lagi canggung di depanku. Aku pun memanfaatkan mereka untuk membersihkan dan merapikan, rumah ku. <br />
Kuperhatikan hubungan Aryo-Ery hanya Just4Fun, karena baik Aryo maupun Ery tetap bebas berteman akrab dengan yang lain. Hubunganku dengan Ery juga sama, sehingga tidak ada rasa cemburu diantara kami. <br />
Suatu hari Ery mengajak seorang wanita ke rumah ku, "Kenalkan ini mama saya." <br />
Jantungku berhenti beberapa saat. Rasa khawatir, malu, tajub bercampur baur menjadi satu. Di sisi lain kagum dan terpana muncul dalam otakku. <br />
"Oh ini mas didit, " ujar ibunya sambil mengulurkan tangan menyalamiku. <br />
Wanita cantik berusia tidak sampai 30, kulit putih dengan body sempurna tinggi sekitar 165 cm dengan berat seimbang. <br />
"Mas didit saya mau berterima kasih selama ini membimbing Ery sehingga dia unggul di sekolah," kata wanita cantik ini. <br />
Serr darah ku yang tadi bergumpal di otak segera mencair dan kepala ku yang tadinya panas kini menjadi dingin mendadak. Plong dadaku juga ikut lega. <br />
"Ah nggak usah dipikirkan, saya hanya memanfaatkan waktu luang saja, tidak usah menjadi rasa berhutang," kataku merendah. <br />
Percakapan kami segera menjadi akrab dan akhirnya Ery dan ibunya mengajakku ke rumahnya. Aku sebetulnya malu, tetapi tidak punya alasan menolak. <br />
Sebuah rumah yang cukup bagus berpagar tinggi. Interior di dalamnya rapi dan penataan yang apik. Ery hanya tinggal berdua dengan ibunya. Mereka jengah merekrut pembantu karena selalu keluar-masuk dan ada saja barang-barang yang hilang jika pembantu itu berhenti. <br />
Ibunya termasuk wanita yang suka ngobrol, apa saja diceritakan sampai mengenai ia kawin muda usia 15 tahun dan melahirkan Ery pada usia 16 tahun. Pantas kelihatan masih muda karena usianya sekarang baru 27 tahun. <br />
Dia bercerai dengan suaminya sudah lebih dari 5 tahun dan dia terus terang mengakui bahwa penyebab perceraian itu, karena dirinya lesbi. <br />
"Mas didit sering-sering kemari nemani Ery dan mengajarinya, saya tidak bisa terlalu banyak membimbing karena ...</b> </div><div><b>..waktu saya habis menurusi bisnis yang kini memerlukan perhatian lebih serius. <br />
Sejak saat itu, aku jadi sering main ke rumah Ery, dan jika aku libur kuliah aku bisa seharian di rumah Ery. Kami bertelajang bulat saja berkeliaran di rumah itu sepanjang hari. <br />
Dari Ery kuketahui ibunya mempunyai pasangan lesbi yang sering juga datang ke rumah kalau ibunya sedang berada di rumah. Bahkan sering menginap. Ibunya terang-terangan kalau bercumbu dengan pasangannya dan tidak pernah merasa canggung meski di depan anaknya. Belakangan ku ketahui Ery bahkan sering dilibatkan. Ery pun mengaku dia kerap diminta ibunya jika sedang sange sementara pasangan lesbinya tidak datang. Akhirnya aku hampir mati mendadak terkejut, ketika Ery mengungkapkan bahwa hubugan dengan ku juga sudah diketahui semua ibunya. Jadi pengin malu tapi udah terlambat. <br />
Setelah 3 bulan aku mengetahui semua kehidupan dalam rumah itu. aku pun sudah kenal dengan pasangan lesbi ibunya. Kami berempat sering ngrumpi kadang-kadang bergadang main remi, sampai kami akhirnya telanjang bulat berempat, karena memang taruhannya membuka baju. Tidak ada rasa canggung lagi dan rahasia diantara kami berempat. Ibunya santai saja melakukan cumbuan berat dengan bertelanjang bulat dengan pasangannya di depan ku dan Ery. Aku pun santai saja ngentot Ery di depan ibunya dan pasangan lesbinya. <br />
Mbak Vina begitu aku menyebut ibunya Ery dan Mbak Dian pasagan lesbinya yang berperan sebagai pria, tidak pernah sedikitpun tertarik pada diri ku. Mereka berdua memang pernah memegang-megang kontol ku yang menegang, tapi mereka melanjutkan bercumbu berdua. <br />
Aku pun tak berani berusaha mengubah orientasi seks mereka, karena mereka tetap dingin menghadapi laki-laki meski sudah telanjang di depan mereka. <br />
Aku baru menyadari kenapa keluarga ini tidak tertarik mempunyai pembantu. Sebab kehidupan bebas mereka jadi terrganggu jia ada orang lain yang pemahaman sexnya tidak sebebas mereka. Aku pun diperkenankan masuk ke lingkungan ini karena ibunya tahu aku telah ngewek anaknya berkali-kali. <br />
Suatu hari aku terbangun dari tidur lelahku setelah main 3 ronde dengan Ery dikamarnya. Kulihat jam didinding menunjukkan jam 7 malam. Samar-sama kudengar suara ramai di ruang keluarga. Perutku lapar. Dengan santi bertelanjang bulat aku keluar menuju dapur yang tentunya melewati ruang keluarga. Kami biasa berlalu laang telanjang di rumah ini. Ada rasa yang berbeda memang jika hidup di komunitas telanjang. Paling tidak kita jadi bersikap lebih terbuka dan jarang berbohong. <br />
Aku berhenti sebentar mengamati area pertarungan. Ternyata Mbak Dian sedang dijilati Ery dan Mbak vina sedang menjilati anak perempuan usia sekitar 15 tahun. Oh ini Didit, kenalkan ini adiknya mbak Dian, "mirna" katanya menyalami ku dan aku balas "didit" Kami dalam keadaan telanjang bulat. Aku lalu pamit dari arena karena mau bikin mi isntan di dapur, " lapar " kata ku. <br />
Mereka segera melanjutkan pertarungan dan aku santai saja duduk di sofa dekat mereka sambil makan mi. Antara lapar dan terangsang akibatnya aku tetap makan tetapi pelan-pelan kontol juga bangun. Apa boleh buat ketika aku berjalan kembali mengantar mangkok kosong ke dapur, aku berjalan sambil dalam keadaan kontol ngacung ke depan. Itulah dunia telanjang, sulit menutupi keadaan yang sebenarnya. <br />
Aturan di rumah itu, setiap habis makan harus sikat gigi sampai bersih. Sikat gigi di wastafel dekat dapur tersedia beberapa dan tidak ada yang khusus dimiliki seseorang. kami bergantian semaunya menggunakannya. Aku pun lalu membersihkan mulut dan mulut kembali segar. <br />
Sambil menenteng segelas air dingin aku kembali ke arena duduk disofa memperhatikan pertarungan 4 wanita berbeda-beda usia. Mbak dian meski tomboy tetapi fisiknya sesungguhnya sexy. teteknya besar, mungkin ukuran 36 B, pinggangnya ramping dan pantatnya bulat kulitnya agak gelap. Mbak Vina teteknya tidak terlalu besar tapi bulat dan pantatnya juga lebar dan tonggeng. <br />
Nah Mirna kuperhatikan badannya pendek tapi semok dan kulitnya agak gelap, rambutnya sebahu lurus. Jembutnya masih jarang kelihatannya baru tumbuh sekitar 25 lembar. <br />
Mereka semua santai saja meski aku menonton, hanya Mirna yang kelihatannya rada kurang kosentrasi. Pendatang baru memang maklumlah begitu. <br />
"Dit ini ajari anggota baru kita," kata Mbak Vina. <br />
Mbak Vina lalu membimbing Mirna merangkak lalu bersimpuh di depan kontolku yang ngaceng. "Coba kamu pegang dan kamu isap kontol Didit ini." Mirna sejenak menatapku, aku pun mengangguk. <br />
Dengan gerakan agak ragu Mirna mencekam kontolku lalu didekatkannya kemulutnya tapi dia berhenti ketika jarak mulut ke kontol tinggal 5 cm. Dia diam sebentar. Aku pun diam memperhatikannya. Aku mencoba pasif dan menikmati apa pun yang akan dilakukan Mirna. <br />
Dengan gerakan ragu dia mulai menjulurkan lidahnya ke ujung penisku. Di sapunya dengan jilatan seluruh kepala penis, itu. Aku memberi respon dengan mendesis dan mengerang pela. Ini menambah semangat Mirna untuk bertindak agresif sehingga semua batang penis dijilati termasuk ke kantong zakarku yang jadi sensitif. Kali ini mendesis dan mengerang sesungguhnya karena memang makin nikmat. " MIr isap mir" pintaku diselingi desis dan erangan pelan. Mirna mengetahui ... </b></div><div><b>..tindakkannya benar dan membakar birahiku dia pun makin bersemangat. Di sedotnya kuat-kuat sampai rasanya ubun-ubunku ikut kesedot. Aku jadi mengerang keras melampiaskan rasa nikmat. Mirna mulai mengerti cara mengulum tanpa diberi petunjuk, dia maju mundurkan batang penisku sampai hampir masuk semua ke mulutnya. <br />
Sekitar 15 menit adegan ini berlangsung, mulutnya mungkin mulai pegal sehingga dia bangun dan menubruk tubuhku memelukku erat. Mulutnya ku sosor dan dengan ciuman erat aku cium sampai dia hampir kehabisan nafas. <br />
Kubalikkan posisi sehingga kini gantian dia duduk bersandar di sofa dan aku menindih badannya. Ciuman ku lanjutkan ke puting susunya yang masih belum tumbuh sempurnna tapi sudah mengeras karena terangsang. <br />
Kuhisap, kugigit pelan lalu dijilat. Mirna mulai mengeluarkan desisan ulah. Dia rupanya sangat ekspresif. Desisannya makin keras kadang-kadang malah mengerang seperti orang kesakitan. Aku jadi makin full voltase endapat respon begitu. Memeknya ku raba, ternyata sudah basah kuyup. <br />
Aku pun perlahan-lahan turun mencium perut, selangkangan, paha bagian dalam. Mirna menggeelinjang kegelian dan keenakan juga. Ku lebarkan bentangan kakinya dan ku kuak memek yang bentuknya montok kayak "mouse" Itilnya ternyata sangat menonjol sehingga tidak susah aku menemukannya. Merah muda mengkilat keluar dari lipatan di atas lipatan bibir dalamnya. Kubekapkan mulutku ke wilayah sekitar itil yang menonjol itu dan dengan sapuan lembut kujilat sekeliling itil yang terasa mengeras. <br />
Mirna mengerang makin keras dia tidak peduli ada beberapa orang di sekitarnya. Ketika itilnya mulai bisa menyesuaikan jilatanku aku pun mulai menuju ke ujung itilnya. Dia menggelinjang kaget sambil berteriak. Pelan-pelan kusapu ujung itilnya dengan lidahku ku bagian bawah. Dia makin mengerang dan bergerak liar sehingga aku terpaksa menahan kedua pahanya dengan tanganku. Kini ujung lidahku yang mulai menyapu ujung itilnya dengan gerakan yang konstan dan beritme 1/1. <br />
Tidak sampai 5 menit Mirna berteriak keras dan menarik kepala erat kepalaku ke memeknya. Mulutku jadi belepotan cairan vagina Mirna, aku pun sulit bernafas. Memeknya berdenyut menandakan ia mencapai orgasme. Tampaknya semua kaget ketika Mirna berteriak saat awal orgasme sampai semua aktifitas di ruang itu berhenti memperhatikan "Whats wrong". " Gila lu mir tereak sekenceng-kencengnya kata Mbak Dian. <br />
Habis enak banget sih aku jadi nggak tahan dan lupa. Dalam keadaan bersandar lunglai aku tetap seperti bersujud di depan Mirna. Ku colok jariku ke dalam memek Mirna. Agak sulit masuk sampai Mirnya meringis. Aku mencari lokasi G Spot di bagian dalam memeknya. <br />
Jaringan empuk bulan sebedsar uang logam Rp 50 yang baru kutemukan dibelakang saluran pipisnya. Dengan gerakan lembut kugesek pelan dengan ritme yang tetap. Kini Mirna kembali mengerang dan mendesis bergantian . Suaranya makin lama makin keras. Ledekan Mbak Dian dan Mbak Vina tidak diperdulikan Mirna. Dia makin seru dan akhirnya belum 2 menit dia berteriak sekuat-kuatnya lalu sadar dan menutup mulutnya sendiri. Itupun dia tetap berteriak didalam dekapan tangannya. Jariku tetap di dalam memeknya terasa dijepit jepit dengan ritme yang hampir sama dengan denyut kontolku ketika sedang ejakulasi. Cairan memeknya meleleh makin banyak. Mirna baru mendapatkan orgasme G Spot, suatu orgasme yang jarang dialami cewek. <br />
Kini Mirna terkulai lemas, sementara aku makin horni dan makin keras. Kami ternyata jadi tontonan "life Show" ini mulai mereka nikmati ketika Mirna mengerang dengan suara yang cukup keras. <br />
Kontolku yang mencung keras ke depan pelan-pelan ku tempelkan ke depan bukan memek Mirna. Ujung penisku ku else-oleskan dengan carian yang banjir di mulut memeknya, lalu pelan-pelan kusodokkan mmenyeruak ke dalam memek Mirna. Agak sulit meskipun pelumasan sudah cukup. dengan gerakan hati-hati ku dorong pelan-pelan k menerjang masuk makin dalam ke dalam memek Mirna. Sampai pada titik tertentu kontolku tertahan tidak bisa maju. Rasanya seperti buntu, padahal kontolku baru masuk setengah jalan. Aku menduga ini adalah selaput dar Mirna. Kalau kiupaksa dengan dorongan kuat, Mirna pasti keskitan luar biasa. Maka gerakan menegang untuk maju kembali kupraktekkan. lalu diselinigni dengan gerakan maju mundur untuk meleluasakan lobang yang telah berhasil diterobos. Setelah gerakan setengah tiang lancar. Aku kembali berhenti di titik buntu dan dengan sedikit menekan dan menegangkan penisku aku akhirnya berhasil masuk lebih dalam. Mirna meringis dan di ujugn matanya meleleh air mata. " Sakit Mir" Dia mengangguk. Aku majukan penisku pelan-pelan sampai seluruhnya terbenam. Stay sekitar 2 menit dalam keadaan terendam penuh, aku mulai mencoba menarik perlahan-lahan. Gerakan ini juga akag seret rasanya sampai kulit penisku ikut tertarik seperti kesedot memeknya mirna. Kutarik sedikit- kumajukan secara bertahap akhirnya gerakan tarik maju makin panjang. Mirna pun mulai melupakan kepedihan memekmeknya karena selain pantannya mulai bergoyang dia juga mulai mengerang dan mendesis lagi. Makin lama makin keras suaranya. Aku pun menikmati memek sempit ini rasanya legit amat. Mungkin selain memek perawan, juga ... </b></div><div><div><div><b>...karena cairan memeknya kental dan agak lengket. Mungkin kalau diibaratkan oli mesin dia punya SAE 120, kental sekali. Benar juga dalam hatiku ,cewek berkulit hitam, memeknya lebih enak dari yang berkulit putih. Sekitar 15 menit aku pompa Mirna dan dia sudah menjerit 2 kali tanda orgasmenya, tetapi tetap kugenjot sambil mencari posisi G SPotnya dengan sodokan penisku. Kutemukan ketika dia bereaksi menerima sodokankan dengan erangan-erangan seirama sodokkanku. Tiba-tiba dia seperti orang bersin dan lalu menjerit kembali sekuat-kuatnya ttanpa ingat harus menutup mulutnya sehingga serulah isi rumah ini dipenuhi teriakan mirna. Dia mencapai orgasemnya yang tertinggi. Menddapat respon itu akau jadi makin terangsang dan terasa lahar mulai akan menyembur. Kutarik kontolku dan kukocok sebentar lalu ku keluarkan di atas perut Mirna. Mirna sudah pasrah saja . Dia lemas abis, terkulai seperti tidak bertulang. <br />
Kuambil handuk kecil basah lalu ku lapkan ke bekas ceceran maniku di perut Mirna, Dia tertidur pulas di kursi itu. <br />
Sejak itu kami setiap malam minggu melakukan sex party. Aku hanya satu-satunya pejantan. Dua wanita yang harus aku layani sementara yang dua lagi nggak tertarik ama kontol. " aku heran kok bisa begitu ya, padahal mereka juga menggunakan dildo." <br />
Aku nggak ambil pusing lah, kalau mereka normal, akau nanti yang kewalahan, punya 4 babon. Dengan 2 babon saja dengkulku rasanya hampir copot. <br />
Secara sembunyi aku menempatkan kamera dan handphone dengan kapasitas besar pada posisi yang strategis. Tiga kamera masing-masing video kamera. handpone, stil kamera digital yang bisa berfungsi sebagai video kamera dan web cam yang aku hubungkan dengan laptop aku arahkan ke arena "sex party" 4 kali sex party aku memiliki banyak sekali file di dalam komputerku tinggal mengedit dan menyatukannya dalam satu video berdurasi sekitar 1 jam. Hasil candid camera ternyat tidak terlalu mengecewakan, cukup detil dan lumayan bikin orang terangsang menontonnya. Tidak ada yang tahu kecuali aku sendiri. <br />
<br />
************** <br />
Aku sering kali tidak percaya dengan pengalaman yang kualami, andapun berpikir mungkin begitu juga. Wajarlah, tapi kita nikmati saja cerita ku tanpa harus banyak mempersoalkan. Yang penting sange lah. Aku terpaku hampir 10 jam menuangkan ceritaku ini. <br />
Suasana di rumah Mbak Vina tiba-tiba berubah ketika 2 anak kembar laki perempuan masuk kerumah itu sebagai anggota keluarga. Pada usia sekitar 9 tahun mereka ditinggal mati kedua orang tuanya akibat kecelakaan. Mbak Vina adalah satu-satunya kerabat dekatnya sehingga dengan terpaksa dia harus menampung kedua anak yang manis dan cakep ini. Mereka polos berasal dari kota jauh dari Jakarta. <br />
Anak kembar laki-perempuan umumnya harus hidup dipisahkan, karena mereka cenderung akan intim seperti sepasang pacar dan merasa kembarannya adalah jodohnya. <br />
Sampai saat terakhir hidup dengan orang tuanya mereka tidak tinggal terpisah, bahkan jika mereka dipisah tidur di kamar berbedapun akan resah dan saling tidak bisa tidur. Mereka memang akhirnya disatukan dalam satu kamar dengan ranjang terpisah ketika tinggal bersama orang tuanya. <br />
Ketika di rumah mbak Vina mereka pun tetap rapat dan tinggal disatu kamar, bahkan di satu tempat tidur. Mereka nyata sekali saling menyayangi satu sama lain. <br />
Tetapi kamilah yang tidak bisa saling menyayangi, karena terhalang kehadiran mereka. Kegiatanku dengan Ery dan Mirna akhirnya pindah ke rumah ku dan MMbak Vina dan Mbak Dian menutup diri di kamarnya. <br />
Kehidupan munafik ini berlangsung sampai 3 bulan, membuat seisi rumah ini jadi makin frustasi, sampai aku memergoki keduanya saling berciuman di tempat tidur seperti layaknya orang pacaran. <br />
Vicky dan Dicky begitu mereka diberi nama terkejut melihat kehadiranku yang tiba-tiba menyelinap ke dalam kamar mereka. Terkejut, malu dan ada rasa bersalah, Vicky si kembar cewek berkilah, "Aku menyayangi Dicky mas.". <br />
"Nggak apa-apa kok, mas mengerti, kamu nggak usah malu" <br />
Untuk lebih meyakinkan mereka aku mengajari trik-trik berciuman. Meski agak ragu mereka akhirnya bisa menerima kahadiranku. <br />
Dari interaksiku mereka sudah terbiasa berciuman sejak mungkin setahun terakhir ini. Hanya itu saja. <br />
Aku ajari berciuman akan makin asyik kalau satu sama lain saling meraba. Yang diraba adalah masing-masing kemaluan mereka. Awalnya aku ajari meraba dari luar pakaian masing-masing genital sambil berciuman. Setelah mereka praktekkan dan mereka rupanya jadi terangsang. Kubimbing tangan Dicky masuk ke dalam celana dalam Vicky sampai menemukan memeknya dan Vicky pun aku bimbing tangannya memasuki celana Dicky untuk menggenggam batang milik Dicky. <br />
Hampir 15 menit mereka saling meraba dari dalam sampai Dicky tiba-tiba protes, " Mas Vicky pipis nih tangan saya jadi basah." <br />
Vicky protes. "enggak kok, vicky enggak pipis." <br />
Mereka berhenti beraktifitas gara-gara Vicky terangsang dan memeknya mulai basah. <br />
Aku menjelaskan bahwa Vicky memang benar tidak pipis. Bawuknya basah karena dipegang-pegang Dicky. " Itu normal, dan tandanya Vickya senang dan menikmati. " Ya kan Vick)" Vicky ...</b> </div><div><b>..mengangguk malu. <br />
Akhirnya mereka kuarahkan untuk membuka semua baju dan celana dan bertelanjang bulat. Vicky keberatan dan agak protes, mereka malu kalau harus saling telanjang mereka belum pernah melakukannya apalagi di depan diriku. <br />
Aku matikan lampu kamar sehingga suasana jadi agak temaram, dan akhirnya setelah aku yakinkan bahwa aku mengajari mereka agar bisa menikmati rasa yang lebih enak, akhirnya mereka melpas semua pakaiannya. Kambali mereka kusuruh pelukan, ciuman dan meraba genital masing-masing lawan. Mereka mengulangi adegan tadi dan tangan Vicky kuarahkan agar melakukan gerakan mengocok penis Dicky dan tangan dicky kuarahkan agar jari tengahnya menyelip ke dalam belahan memek vicky. <br />
Keduanya makin tgerangsang sehingga tidak peduli lagi ada aku disampingnya . <br />
Dicky aku arahkan agar mencium kedua puting Vicky yang belum tumbuh karena dadanya masih rata. Dia menuruti dan rupanya Vicky makin terangsang meski belum tumbuh teteknya. Dia mulai mengerang meski tertahan dan pelan. Sedang dDicky pun makin agresif mengisap pentil Vicky yang rupanya juga mulai mengeras. <br />
Dicky kuarahkan agar tidur telentang dan Vicky duduk disampingnya. Vickya kuarahkan menintensifkan kocokan ke batang Dicky yang telah tegang sempurna dengan panjang sekitar 10 cm. Dicky penisnya telah disunat. Kocokan Vicky makin kencang sampai akhirnya Dicky mengerang. Dia mencapai orgasme tetapi belum ada spermanya. Vicky kuminta menghentikan aktifitasnya karena penis Dicky jadi terasa ngilu. " Enak oom," terimakasih ya. Dicky tersenyum puas. <br />
"sekarang giliran kamu memuaskan Vicky" perintahku. <br />
"Gimana mas caranya,". <br />
Kuarahkan jari tengahnya untuk menggosok perlahan-lahan itil Vicky. Begitu jari tengah Dicky menyentuh clitoris Vicky, dia menggelinjang dan terkejut. Dicky pun bingung, "Kenapa Vick," tanya Dicky. <br />
"Geli," katanya. <br />
Kuarahkan agar d <br />
Dicky memperlakukan clitoris Vicky secara halus dan jangan ditekan kuat-kuat. Dicky dengan sabar menuruti perintah ku, tetapi dia selalu kehilangan arah mencari clit Vick. Nggak kelihatan sih katanya. <br />
Aku menyalakan lampu dan Dicky tidak protes malah dia senang. Aku tunjukkan dimana letak clit Vicky dan bagaimana memperlakukannya. <br />
Dicky akhirnya mulai mahir memainkan clit Vicky sampai sekitar 10 menit Vicky meregang dan aku perintahkan tangan Dicky mendekap memek Vicky. " Mas memek Vicky kok berkedut-kedut," ujar Dicky. <br />
"Yah memang begitu sama seperti kamu tadi juga berkedut-kedut," jeasku. <br />
Pelajaran hari ini sampai disini saja, mereka kuasarankan untuk membersihkan diri. <br />
Dicky dan Vicky makin akrab dengan ku mereka makin banyak bertanya dan makin terbuka. Nanti aku ajari yang lebih asyik lagi, aku menjanjikan mereka. "Emang ada yang lebih enak lagi mas," tanya Vicky. <br />
"Ada dong," <br />
Ajari lagi dong, sekarang dong mas," kata Dicky. <br />
Kusarnakan mereka membersihakan kemaluannya dan menyabuninya sampai terasa wangi. Tanpa tunggu lama mereka segera menyerbu kamar mandi dan tidak sampai 5 menit mereka sudah menemuiku di kamarnya. <br />
"Buka baju dan lakukan seperti yang kalian biasa lakukan," perintahku. <br />
Keduanya langsung berpagutan dan mulai saling meraba, Dicky mulai pintar menciumi bagian-bagian tubuh Vicky. Demikian juga Vicky mulai pandai merangsang genital Dicky. Sampai titik rangsangan tertentu mereka kuminta berhenti. Kuperintahkan Dicky tidur telentang dan batangnya sudah menegang keras sekali, Vicky kuminta mencium batang penis Dicky. " Ih buat pipis kok dicium, jijikan mas," protes Vicky. <br />
"Tadi kan sudah dibersihin dan pakai sabun, coba cium wangi nggak," ujar ku. <br />
Vicky mencoba mencium dan memang dia mengirup aroma wangi sabun. "Jilat ujungnya ujung penisnya," perintahku. <br />
Vicky agak ragu dan mulai menjilat seperti dia sedang mencoba merasakan sesuatu. " Nggak ada rasanya mas," ujarnya. <br />
"Memang ngga ada rasanya, tetapi Dicky merasakan enak, benar gak Dick," <br />
Dicky hanya mengangguk. <br />
Vicky mulai terbiasa menjilat, ujung penis Dicky lalu aku menunjuk bagian-bagian yang harus dia jilat. sampai ke kantong zakar. <br />
Dicky keenakan, sambil menggelinjang. Setelah lancara acara penjilatan, aku minta Vicky mengulum batang Dicky. Vicky yang sudah terangsang tidak protes jijik lagi dia mulai memasukkan batang Dicky ke dalam mulutnya . " Jangan sampai kena gigi," titahku pada vicky. <br />
Isap dan maju mundur , ujarku pada Vicky. <br />
Belum sampai 5 menit Dicky sudah kelojotan keenakan. Kuperintahkan Vicky untuk menghentikan aktifitasnya. <br />
"Lebih enak mas, top deh" puji dicky. <br />
Kini giliran kamu Dick memuaskan Vicky. <br />
"Tapi Vicky kan nggak punya batang apanya yang mesti diemut," protes Dicky. <br />
Vicky ku suruh berbaring dan merengganggkan kedua kakinya dan menekuk ke atas. Kubuka lobang memek Vicky dan menunjukkan pada Dicky bagian mana yang harus di jilat. <br />
"Tapi memek Vicky basah mas, kalau batangku kan kering," protes Dicky. <br />
"Coba cium ...</b></div><div><div><div><b>...wangi nggak," ujar ku. <br />
Dicky membaui memek Vicky dan dia setuju memek Vicky memang masih wangi bau sabun. <br />
Dicky kuarahkan tidur telungkup diantara kedua kaki Vicky dan mulai menjilat clitnya. Bagitu tersentuh lidah Vicky kaget. " Kenapa Vick, sakit, tanya Dicky. <br />
"Enggak kok tapi geli dan agak ngilu." <br />
Kuarahkan agar jilatan dicky janan langsung ke ujung clit tetapi seputarannya saja dulu sampai Vicky terbiasa dan beradaptasi dengan jilatan Dicky. Dicky kusarankan untuk membekapkan mulutnya ke sekitar itil Vicky. <br />
Vicky mulai terangsang hebat dan bergerak-gerak ketika itilnya tersentuh lidah Dicky. <br />
Sekitar 10 menit, Vicky mulai kelojotan dan merintih keenakan. Dia mencapai orgasme. Dicky kusuruh menghentikan aktifitasnya dan kembali mencium mulut Vicky yang masih sange berat pasca orgasem. Vicky memeluk erat saudara kembar laki-laginya. <br />
Setelah dua minggu aku biarkan pengetahuan cumbu mereka dsampai disitu akhirnya, Dicky menarik tanganku." Mas katanya kalau batangku dimasukkan ke memek Vicky rasanya bakal lebih enak lagi. ADa temen di sekolah yang cerita-cerita soal ngentot. Saya sudah coba tapi nggak bisa masuk," kata Dicky. <br />
"Sebetulnya belum waktunya kamu melakukan itu, jadi ya belum bisa," ujarku enteng. <br />
"Yah mas tapi Dicky kepengin," Vcky yang kemudian merapat juga mengatakan hal s=yang sama. <br />
"Ya sudah sana cuci-cuci dulu," perintahku <br />
Aku lalu menyusul masuk ke kamar mereka. <br />
Aku duduk di kursi dan mengamti dari kejauhah. Kuperintahkan mereka melakukan ritual seperti biasa , cium, raba dan oral. Mereka protes dan mengatakan ingin langsung. Aku yakinkan itu tidakbisa, harus ada proses tidak bisa langsung apalagi ini baru pertama, jadi harus melalui proses dari pelajaran sebalumnya. <br />
Mereka pun akhirnya menuruti kata-kataku dan hampir 1 jam mereka menyelelsaikan masing-masing orgasmenya. <br />
Batang Dicky sudah tegak kembalisetelah hampir 10 menit mengoral Vicky. <br />
Vicky kuarahkan tidur dengan mengangkangkan kakinya dan menekuk ke atas. <br />
Dicky merangkak di atasnya dan dengan tanganku ku bimbing batang penisnya menemukan sasaran. Sebelumnya batang Dicky aku lumasi dengan KY Jelly agar lebih licin. Kepala penis Dicky mengkilat karena sudah mencapai ketagangan yang sempurna aku kuakkan belahan memek Vicky dan Dicky dengan memegangi penisnya di mendorong masuk ke dalam memek Vicky. <br />
Berkali kali kepelset ke atas dan ke bawah. sampai akhirnya kepala penis dicky masuk. " Pelan-pelan dick, jangan dipaksa karena ini dirasakan sakit oleh Visky," kata ku. <br />
Vicky membenarkan dengan mengatakan "pelan-pelan Dick, sakit". <br />
Aku minta dicky menarik sedikit dan kembali mendorong sedikit. " TArik sedikit dan dorong lebih banyak," <br />
Gerakan itu berhasil membawa batang Dicky masuk hampir separo smpai dia merasakan buntu. Sementara Vicky sudah berlinangan air mata menahan rasa sakit. <br />
Aku minta keduanya bersabar, karena memang pada usia kalian hal ini belum waktunya jadi agak sakit. <br />
Dalam hatiku berkata bagus penisnya masih kecil kalau penisku yang menerobos, bisa pingsan si Vicky ini. <br />
Gerakan maju mundur setengah batang sudah mulai lancar dan Vickya sudah mulai kurang merasa sakitnya. <br />
Dicky kusuruh bertahan di dalam liang vagina Vicky dan kuminta untuk agak menekan sedikit , kalau Vicky sakit, harus berhenti, kalau sudah tidak sakit lagi diteruskan kembali. Dicky memang murid yang cerdas dia melakukan apa yang aku perintahkan sampai akhirnya semua batang penis dicky tenggelam di memek Vicky. Dicky kuminta untuk tidak melakukan gerakan kasar, karena Vicky masti merasakan sakit ada sedikit noda darah di sprei menandakan selaput dara Vicky sudah jebol. <br />
Mungkin karena sempit dan demikian lama proses penerobosan itu. Dicky akhirnya mencapai orgasme di dalam memek Vicky. <br />
Vicky tidak mendapatkan orgasme karena dia lebih merasa sakit dari pada enak <br />
Keduanya terkulai lemas. Aku tinggalkan mereka dalam keadaan terlelap tidur. <br />
Di luar aku ketemu Ery. <br />
"Abis ngapain mas,"tanya Ery. <br />
"Ngajari Dicky dan Vicky," <br />
Ery lalu faham dan segera menarikku ke kamarnya. <br />
Suatu hari aku tanya Ery, "Mau gak ngajar praktek Dicky dan Vicky," <br />
Ery menyambut gembira tawaran ku itu. <br />
Ketika tawaran yang sama ku sampaikan Dicky dan Vicky mereka juga setuju. <br />
Pada hari yang sudah kami sepakati dimulailah pelajaran dengan guru Ery dan aku sebagai pengawas. <br />
Untuk menghilangkan rasa canggung kami sepakati semua dalam keadaan telanjang di dalam kamar dan semua sudah dicuci bersih. <br />
Bagitu kubuka celanaku maka kontolku langsung ngacung ke depan, Dicky juga begitu. Ah normal. <br />
Ery teteknya sudah lebih besar karena dia kini sudah mencapai usia 12 tahun. <br />
Pelajaran pertama adalah terhadap Dicky dan Ery akan melakukan praktek kepada Dicky. Vicky agak cemas tapi dia terpaksa menerima karena sudah kesepakatan. <br />
Dengan kelihaian Ery dia mulai merangsang Dicky dengan mulai menghisap penis dicky diseleingi menjilan dan sampai menjilati lubang dubur Dicky. ...</b></div><div><b>..Mendapat serangan piawai dan tidak duduga, Ery jadi kelojotan keenakan dan mengerang tanpa sadar. <br />
Belum sampai 5 menit Dicky sudah kejang mencapai orgasme. di mulut Ery. <br />
Ery puas karena sergapannya segera membuahkan hasil. Vicky ternganga saja sambil duduk bersila disamping Dicky. <br />
Ery lalu melepaskan saran. Kalau Dicky yang diajari, Vicky juga harus diajari secara praktek dan yang melakukannya adalah Mas Didit. Vicky Terperangah dan dia tidak bisa menangkis ketika Ery membujuk Vicky agar mau menerima pelajaranpraktek dari ku. Aku juga tak menduga bakal terlibat sejauh ini. <br />
"Ayo mas ajarin Vicky tu biar lebih mahir," ujar Ery. <br />
Vicky aku bimbing untuk rebah dan perlahan-lahan kucium keningknya, pipinya, lehernya , telinganya sampai dia mulai on. Bibirnya kusergap dengan gerakan yang menambah nafsu. Vicky jadi lupa dia sedang berhadapan dengan siapa . Tangannya segera merangkul leherku dan memeluknya erat. Aku semakin ganas menyerang Vicky. mulai kuciumi kebawah, sampai bagian susunya yang rupnya sudah agak mengelembung sedikit terutama bagian sekitar putingnya. Vicky menggeliat dan merintih keenakan. <br />
JIlatanku makin ke bawah dan akhirnya mendarat sampai di sekitar memeknya. Tidak langsung menuju sasaran itil, tetapi diseputar memek dan lubang anusnya. Vicky makin kelojotan dan mulai mendesis. <br />
Memek kecil itu mulai basah dan mulai mengalir keluar dari celahnya. <br />
Melihat aksku, Dicky rupanya mulai terangsang dan pensinya perlahan-lahan bangun. Kesempatan itu tidak disia-siakan ErY lalu dia segera mendorong Dicky untuk tidur telentang dan Ery lalu menduduki penis Dicky yang dengan mudahnya masuk ke memek Ery. Ery melakukan gerakan maju mundur. <br />
Aku pun mulai melakukan serangan ke itil Vicky dan mulailah dial bergelinjang-gelinjang smapia akhirnya dpada menit ke 10 dia meregang orgasme. Setelah pulih dari ritem orgasmenya aku mengarahkan kontolku untuk mencob menerobos masuk ke memek gadis 9 tahun. Dengan hati hati ku sorongkan kepala Penisku yang tampaknya terlalu besar bagi lobang vagina Vicky. Pelan-pelan kudorogn sampai semua bagian kepala masu. Vicky hanya menggelengkan kepala ketika kutanya apakah sakit. Aku maju mundurkan sedikit untuk melumasi batang penisku sebelum ku dorong lebih dalam. <br />
Perlahan-lahan penisku mulai memenuhi rongga memek Vicky. Bibir Vagina Vicky terlihat terbuka lebar melahap batang penisku. Ternya bisa juga seluuh batang ku ambles ke dalam memk kcil ini. Aku melakukan gerakan hati-hati. "Penuh bagnet mas rasanya" ujar Vicky. <br />
Pelan pelan aku goyang sampai gerakan keluar masuk makin lancar. Sekitar 15 menit pada posisi misionaris aku balikkan badan Vicky sehingga di sekarang berada diatas ku dia duduk persimpuh dan kuperintahkan melakukan gerakan maju mundur jangan naik turun, karena dia tidak bisa mengontrol gerakan naik turun. Khawatir nanti batangku copot dari memeknya. <br />
Vicky mulai terangsang karena dia mendapatkan posisi yang tepat dia makin bersemangat menggerakkan pinggulnya sampai dia sendiri mengerang dan rebah ke badan ku. Vicky mencapai Orgasme. <br />
Kuminta Vicky Nugging dan kuterobos lobang memeknya dari belakang gerakan keluar masuk makin merangsang dan hampir 10 menit Vicky berteriak . Rupanya dia mencapai orgase G-SPot. Akupun jadi makin terangsang dan Segera kutarik batangku lalu kusemprotkan seprma di pungkung Vicky. <br />
Ery dan Dicky masih bergumul,. Mungkin sizenya tidak tepat jadi keduanya jadi mendapat rangsangan minimal. Hampir setengah jam kemudian Dickyy mengejang , sementara Ery belum mendapatkan orgasme. <br />
Ery lalu menyambar kontolku dan diisapnya dengan penuh nafsu. setelah berdiri tegak dia segera duduk di atas penisku sambil terus melakukan gerakan ganas dan brutal sammpai dia menjerit keenakan mendadapat orgasme. <br />
Kami berempat kelelahan. <br />
Sejak sat itu kami berempat jadi bebas melakukan hubungan sex sampai akhirnya Mbak Vina mengetahuinya. <br />
Komunita telanjagn kembli bersemi dan kami berenam lebih memilih telanjang dirumah dari pada mengenakan pakaian. Party sex pun kembali diselenggarakan. <br />
Aku sempat mendokumentasikan pemecahan perawan Vicky oleh Dicky dan tentu saja pelajaran praktek dengan pembimbing aku dan Ery. <br />
Dokumentasiku makin lengkap dan makin bervariasi aktor dan aktresnya</b> </div></div></div></div></div><div> </div></div></div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-49144789875005644012010-03-17T10:00:00.000-07:002010-03-17T10:00:39.544-07:00andre pacarku<b></b><div style="color: #4c1130;"><div style="color: #cc0000;"><div><b><strong>andre pacarku</strong></b></div><div><b><strong> </strong></b></div></div><div><b>Pacarku bernama andre. dia cowok yang baek dan cakep [kata temen-temenku]. Aku mengenalnya dari temanku, dia memperkenalkan kami sewaktu kegiatan mahasiswa. Kami menyukai satu sama lain. kami sudah jalan selama satu tahun. <br />
dia cinta pertama ku dan pertama juga aku kehilangan kegadisanku.<a name='more'></a> <br />
<br />
ceritanya kami pergi ke undangan teman andre.Andre mengajakku ke pesta temannya, sekalian dia ingin memperkenalkanku kepada teman-temannya. Sebetulnya aku tidak menyukai pesta, tapi karena demi dia, aku jadi mesti pergi mendampinginya. Aku juga ingin mengetahui teman-teman Andre itu seperti apa. <br />
<br />
sehabis pulang dari pesta ulang tahun temannya, karna larut malam, andre berkata untuk mengantarkanku pulang besok hari. tapi aku menolaknya, dengan alasan orang tuaku akan marah besar, jika aku tidak pulang. Dan lagi pula aku menjaga etiketku, karena aku tidak mau dicap oleh orang tua ANdre, perempuan murahan. Jadi aku memaksa ANdre mengantarkanku pulang. <br />
<br />
akhirnya, andre mengiyakan aku untuk mengantar pulang ke rumahku. Setelah berpisah satu dengan yang lain, Andre juga berpamitan ria dengan teman-temannya, kami pun pulang. Aku sebenarnya cukup senang juga denga pesta yang diadakan temannya. Banyak kenalan cowok-cowok cakep, dan aku setidaknya malam ini tidak bosan di rumah setelah satu minggu mengikuti test di kampus. SUntuk jugalah kalo di rumah terus, bener kan? <br />
<br />
RUmah aku dan rumah ANdre itu jauh sekali. Kalau bisa dibilang dari utara ke selatan. Maka dari itu ANdre juga tidak mau menangantarku pulang malam ini, karna dari pesta saja sudah jam 11 malam. Dari rumah temannya itu ke rumahku sangat jauh bisa makan waktu satu jam lebih. Aku hanya diam dan kadang-kadang bercerita tentang pesta dengan ANdre. ANdre dengan tenang mengemudikan mobilnya dan kadang-kadang menoleh ke arahku dengan tersenyum saat aku menatapnya mesra. <br />
<br />
<br />
Akhirnya selama satu jam itu akan berakhir, betapa senang hatiku, aku capek juga oleh perjalanan ini, pengen dong pulang ke rumah dan cepat-cepat ganti baju dan tidur. <br />
<br />
tiba-tiba jalan yang semestinya belok ke kanan menuju rumahku, andre meneruskannya ke arah pegunungan. <br />
aku menjadi bingung oleh sikapnyha. <br />
<br />
"ANdre, kamu salah jalan sayang, kita harus berbelok ke kanan tadi. Kamu melewatinya, sayang, " kataku lemah lembut. <br />
<br />
Tiba-tiba di suatu belokkan, yang sepi, gelap dan rimbun oleh pohon, Andre memberhentikan mobilnya dan berkata, "Ria, sayang..." tatapnya, dan dia menciumku penuh ambisius dan birahi yg tinggi. Aku membalashnya. <br />
TIba-tiba tangannya menuju ke arah susuku, meremasnya dengan keras. Aku merasakan kalau pentilku ditarik-tarik olehnya, aku meringis kesakitan karna aku hanya memakai bh yang berenda-renda. <br />
<br />
"Andre, malu ah..." kataku. <br />
"Kenapa malu, sayang, ga ada orang di sini, tempatnya sepi lagi, gelap juga," balasnyalemah lembut. <br />
<br />
Tangannya turun ke bawah mengangkat rokku dan mulai menyentuh-nyentuh celana dalamku. Dia menekan-nekan memekku perlahan-lahan. <br />
<br />
"ANdre, kamu mau apa?" <br />
Andre hanya dia tak menjawab, masih asyik dengan tangannya memainkan memekku dari luar celana dalamku. Tangannyha tanpa berhenti menggosok-gosok memekku. Aku merasakan memekku basah ketika lidahnya menjulur ke arah dadaku. <br />
<br />
Lidahnya semakin turun ke arah susuku dan mulutnya menurunkan bhku yang tanpa tali itu. <br />
<br />
Aku mendorongnya, "ANdre kita pulang saja sayang,"pintaku . <br />
Tapi dia menarik tanganku ke arah celana hitamnya, aku kaget dengan cepat aku menarik tanganku. "Andre, kita pulang , sayang, kamu ga kasian nanti aku dimarahin orang tuaku pulang kepagian?" pintaku cemas. <br />
<br />
Tanpa menghiraukan k ata-kataku , Andre menggosok-gosok memekku dengan cepat, membuatku belingsatan. Ini pertama kali dia melakukannya. "Andre....e.e..e. jangan..." <br />
<br />
Tanpa peduli lagi, dia buka celananya dan tarik kontolnya keluar dari celana dalamnya. Sambil mendorong dirinya untuk menindihku, dia remas susuku dengan kuat. <br />
<br />
"Andre..jangan sayang.........." <br />
Andre seolah tak menghiraukan ku lagi, dipelorotkannya celana dalamku, dengan cepat...diubahnya kursi jok mobilnyake posisi tidur. <br />
<br />
Dengan cepat, digosok-gosokkannya kontolnya di luar memekku sehingga memekku mengeluarkan lendir. <br />
<br />
"ah............ah.......Andreeeeee....sakitt....." seruku menggeliat-ngeliat kesakitan. <br />
<br />
Ini pertama kali aku merasakan kontolnyaa. "AH......ah..." <br />
aku mereganggkan dan membuka lebar pahaku, sementara Andre mengulum susuku yang lumayan untuk orang seumuranku, susuku lumayan montok 36b. Digigitnya pentilku, sambil didorong keluar masuk tanpa menghiraukan rintihan kesakitanku. <br />
<br />
Dengan cepat ANdre mendorong keluar masuk kontolnya yang lumayan montok dan panjang. Sinar matanya mencerminkan birahinya yang kuat. <br />
<br />
"AH...ah....ah....Andreeeee....ah...." <br />
Aku merasakan...keenakan setelah mengalami kesakitan memekku diterobos oleh kontolnya yang besar. Tiba-tiba aku merasakan memekku berdenyut-denyut mengulum kontolnya. <br />
<br />
"Ah Ria-ku, enak sekali, enak sekali jepitan memekmu," pejamnya . ANdre tidak mau kalah didorongnya kontolnya keluar masuk memekku dengan cepat. <br />
<br />
Tanpa aku pinta, tiba-tiba dikeluarkannya ...</b> </div><div><b>...kontolnya dan menyemburlah spermanya yang kental. <br />
<br />
Croth...........crothhhhhhhh <br />
<br />
"Ah...makasih sayang, " katanya lembut sambil mencium susuku. <br />
<br />
Aku diam seribu bahasa dengan bengong menerima kehilangan kegadisanku di tengah malam dengannya. Kemudian dia memakai celananya dan menjalankan mobilnya memutar arah balik ke rumahku. <br />
<br />
Sejak itu kami sering melakukannya entah itu di rumah dia atau di hotel , maupun di mobilnya, yang jelas bukan di rumahku.</b> </div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-77116226220968655272010-03-17T09:57:00.000-07:002010-03-17T09:57:00.670-07:00Fantasiku Jadi Kenyataan<b></b><div style="color: #4c1130;"><div style="color: #cc0000;"><div><b><strong>Fantasiku Jadi Kenyataan</strong></b></div></div><div><b>Kakakku sering bercerita perihal betapa kagumnya dia dengan Albert. Bukan hanya karena pendidikannya yang tinggi dan diusia yang masih tergolong muda (30 thn) mempunyai karir bagus sebagai senior manager di sebuah bank swasta, tetapi juga karena secara fisik memang Albert mempunyai tubuh yang atletis, bersih dan muka yang elok. Sifatnya yang sangat dewasa dan peduli sama orang mungkin merupakan pengaruh dari karirnya sebagai seorang banker yang profesional. <br />
Menurutku...justru Albert adalah seorang laki-laki yang sangat beruntung bisa mencuri hati kakakku yang masih kuliah di universitas swasta terkenal di Jakarta. Raut wajah Riska yang sangat cantik, badan yang langsing dengan<a name='more'></a> tinggi sekitar 160 cm, terlihat serasi sekali dengan kulit badannya yang putih halus. Meskipun Riska lebih suka memakai celana panjang dan kaos yang body fit, namun aku tahu kakakku mempunyai sepasang kaki yang sangat indah. Aku sangat mengagumi kecantikan dan kemolekan tubuh kakakku. Dadanya yang membusung dengan rambutnya yang hitam lurus terurai, membuat kakakku pasti akan terlihat sexy dimata siapapun juga. Tidak heran diusianya yang baru mencapai 22 tahun, kakakku Riska menjadi incaran cowok-cowok di kampusnya. <br />
Dua tahun yg lalu kami berkenalan secara kebetulan dengan Albert disebuah toko jam di Mal Anggrek. Aku menemani kakakku untuk jalan-jalan sekalian hendak memperbaiki jam tangan kesayangan kakakku yang tidak berfungsi. Pertama memasuki toko jam tersebut, aku menyaksikan seorang wanita cantik berusia sekitar 25 thn sedang berbincang-bincang dengan seorang pemuda berdasi yang berpenampilan sangat rapi. Menunggu kakakku yg sedang berbincang dgn wanita cantik tersebut yg ternyata adalah pemilik tokonya, aku berjalan mengelilingi etalase sambil melihat-lihat aneka jam tangan yang bagus-bagus. Kepingin rasanya membeli salah satu jam fancy yg sangat menarik perhatianku, tetapi melihat harganya kuurungkan niat yg mungkin akan menguras tabunganku. <br />
”Hai...boleh tuch untuk nambah koleksi jam tangannya !”, sapa seseorang disampingku tanpa kusadari. Aku menoleh kesamping dan melihat ternyata yg menegurku adalah dia yg tadi menemani pemilik toko yg cantik tadi berbincang-bincang. Entah karena mukanya yg memang tampan atau senyumnya yang menawan, yg jelas sambil menoleh aku hanya tersenyum dan tidak lama kemudian kami larut dalam obrolan kecil mengenai aneka jam tangan. Ternyata dia cukup memahami perihal trend jam tangan untuk wanita dan sempat membuatku tertarik dengan model rantai lebar yang berhias bordir naturalis. Sikapnya yg ramah membuatku tidak menolak ketika dia mengulurkan tangannya memperkenalkan diri. Aku baru tahu namanya adalah Albert dan ternyata sedang bertandang ke tempat nasabahnya yang cantik itu. Tidak lama aku dan kakakku berada di toko jam tersebut, setelah kakakku memperoleh tanda terima dari si pemilik toko karena harus meninggalkan jam nya untuk diservis, kami langsung beranjak dari toko tersebut dengan hadiah sebuah kartu nama dari Albert. Dalam pikiranku, apa ga bisa cari nasabah yg lain...sampai-sampai mahasiswi aja di follow up jadi nasabah. <br />
Tidak lama kami di Mal Anggrek. Setelah melihat-lihat baju dibeberapa outlet yang ada disana, aku dan kakakku berjalan menuju tempat parkir di P-10 lewat lift. Sambil jalan-jalan, sempat aku dan kakakku sekilas memperbincangkan tentang Albert yang menurut kami sedang merayu pemilik tokonya. ”Hi..hi.hi...kalau melihat gayanya Albert sich, tidak lama lagi akan ikut jadi pemilik toko jam tersebut”, sergahnya sambil cekikian kecil. <br />
Entah lagi buru-buru atau kakakku yg kurang ahli memundurkan mobil, waktu mau mengeluarkan mobil dari tempat parkir, bumper belakang mobil kami menyenggol bumper belakang sebuah sedan hitam yg parkir tepat disamping kami. Mendengar bunyi gedebuuuuk.....aku dan kakakku terhenyak sebentar, tapi lebih kaget lagi ketika kami langsung didatangi pemilik mobil yg ternyata bapak-bapak setengah tua. Kami lantas turun dan betapa kaget kami menyaksikan bumper toyota Altis yang kesenggol itu peyok sampai kedalam. Terjadi dialoq kecil yg intinya bagaimana kami mempertanggung jawabkan kerusakan yg terjadi, karena memang menurutku itu salah kakakku yg buru-buru mundur ke belakang. Ternyata bapak setengah tua itu adalah supir dari bos nya dan tidak bisa memutuskan harus bagaimana, tetapi kami diminta menunggu sebentar sambil dia memberitahukan kejadiannya kepada bos nya lewat HP. Lima belas menit lewat dan alangkah terkejutnya kami ketika melihat orang yg menghampiri kami. Ternyata pemilik mobil tersebut adalah cowok ganteng yg barusan kami kenal di toko jam. <br />
Entah apa maksudnya....Albert tidak terlalu mempermasalahkan kerusakan yg terjadi. Sebagai gantinya kakakku harus memberitahukan nomor HP nya dengan alasan nanti akan diberitahukan berapa kerugian yg harus kami tanggung setelah dibawa ke bengkel. Apa boleh buat, terpaksa kami mengiyakan apa yg dikatakan Albert. Sebelum menuju pulang, kami sempat menyaksikan Albert tersenyum kepada kami sambil berpesan ”Hati-hati ya nyetirnya...jangan sampai urusan lagi sama orang”. Sialan...gerutuku dalam hati, awas aja kalo ntar minta gantinya yg bukan-bukan, peduli amat nanti. <br />
Itulah awal perkenalanku yg unik dengan Albert. Ternyata Albert memang ...</b></div><b>...tidak pernah mempermasalahkan apa yg terjadi pada hari itu...namun sejak saat itu, justru itu merupakan awal kami akrab sama Albert. Albert sangat pinter bicara, dan termasuk tipikal cowok yg humoris. Dari waktu ke waktu hubungan kami menjadi semakin dekat, dan dengan sikapnya yg simpatik, kusaksikan Albert akhirnya bisa mengajak kakakku keluar jalan-jalan. Lama kelamaan...hubungan kakakku dengan Albert semakin dekat, kadang-kadang kakakku mau kalau dijemput waktu pulang kuliah, atau kakakku sudah berani keluar berdua entah pergi jalan-jalan atau nonton diwaktu malam minggu. <br />
Resmilah kakakku menjadi pacar Albert ketika suatu malam aku mendengarkan pengakuan dari kakakku bahwa dia telah dicium pipinya sama Albert. Albertpun diterima dikalangan keluarga kami dan tak jarang sering diajak makan malam sama papi mami. Rupanya papi mami menerima kehadiran Albert yang memang ideal jadi calon mantu. Bukan hanya pinter mengambil hati orang tua, tapi Albert memang seorang yg mempunyai latar belakang yg baik dari keluarga baik-baik. Entah bagaimana cara Albert merayu, tapi aku salut kalau dalam waktu singkat bisa mendekati kakakku yang aku tahu mempunyai hati yg keras terhadap cowok. Namun ada untungnyalah buatku, sesekali aku diajak nonton bareng sama mereka dan tidak jarang dikenalkan kepada teman-teman kerja Albert di bank. Namun tidak ada yg menarik perhatianku dari semua yg pernah aku kenal. <br />
Diusiaku yg baru menginjak 20 tahun, aku tumbuh sebagai seorang gadis yg cukup dimanjakan orang tua. Kata orang tuaku, mukaku manis dan tidak kalah cantik dengan kakakku. Dalam hal body, meskipun dadaku tidak sebusung kakakku, tapi ukuran payudaraku termasuk besar dan aku tahu bentuknya sangat indah. Rambutku juga lurus seperti kakakku. Bedanya kalau kakakku suka memakai celana panjang, aku lebih suka pakai rok sehingga jenjang kakiku yg putih mulus bisa dinikmati oleh mata-mata pria jalang yg idak bisa melihat paha mulus. <br />
Albert termasuk seorang yg cukup romantis... dan sering membawakan hadiah untuk kakakku. Sesekali akupun kecipratan coklat atau souvenir dari koko Albert. Beberapa kali sempat aku melihat kalau mau pulang Albert menghadiahkan ciuman pipi untuk kakakku. Yg lucu, pada suatu hari tepatnya malam minggu......secara ga sengaja aku berjalan ke ruang tamu...tanpa kusadari ternyata aku melihat Albert sedang berciuman sama kakakku. Karena kaget...aku langsung berpaling meninggalkan mereka tanpa sepatah kata. Malam itu aku dan kakakku cekikikan berdua dan aku menggodain kakakku habis-habisan. <br />
”Ayo...gimana rasanya sich tadi”, godaku sambil ketawa-ketawa. <br />
Semalaman kami bercanda dikamar tidur kakakku sambil melempar-lemparkan guling bantal. <br />
Aku juga turut senang dengan apa yg dialami kakakku. Sejak menjadi pacar Albert, kakakku keliatan selalu ceria dan penuh semangat. Aku tahu kakakku telah mendapatkan cowok pilihannya, dan kakakku sangat sayang sama Albert. Kalau mendengar ceritanya, kadang-kadang aku sampai iri dibuatnya. <br />
Suatu hari...Albert main kerumah tepat papi mami sedang ke surabaya menghadiri resepsi teman mami. Menemani kakakku dan Albert, kami ngobrol sampai jam 10-an malam dan setelah itu kutinggalkan mereka berdua ngobrol diruang tamu. Aku ga mau mengganggu mereka, lebih baik aku ke kamar nonton TV saja. Kira-kira setengah jam kemudian, aku berniat mengambil minum ke bawah...dan menuruni tangga pelan-pelan. Karena rumahku termasuk besar, jarak antar kamarku yg dilantai dua dengan ruang tamu cukup jauh. <br />
Waktu menuruni tangga aku sedikit heran mendengar suara desahan-desahan kecil. Perlahan aku menuruni anak tangga dan berjalan mengendap-ngendap. Sampai keujung tangga, betapa kaget aku menyaksikan kakakku dengan Albert sedang berciuman dengan ganasnya. Kulihat tangan kakakku melingkar di leher Albert dan menggelayut dengan manjanya. Mata mereka sama-sama terpejam....dan mereka berciuman terus menerus.....lama sekali mereka melakukan itu. Entah saking asiknya atau apa, mereka tidak menyadari aku sedang menyaksikan pergumulan mereka dibalik tembok tangga. <br />
Jantungku berdegup kencang.....baru pertama kali didepan mata aku menyaksikan sepasang insan bercumbu. <br />
Sesekali kulihat Albert mengalihkan ciumannya ke leher kakakku yg putih...dan itu membuat kakakku menengadahkan mukanya keatas sambil mendesah ringan. Mereka sungguh menikmati keadaan itu. Kecupan demi kecupan....desahan demi desahan...dan aneh...aku mulai mengalami sesuatu perasaan aneh dalam diriku. Aku sangat menikmati pemandangan tersebut.....apalagi ketika kuperhatikan tangan Albert dengan nakalnya membuka kancing baju kakakku.....dan dengan sangat perlahan mukanya bergerak turun ke arah dada kakakku. Aku melihat dengan jelas payudara kakakku memcuat keluar dengan putingnya yg masih merah muda. Ukuran putingnya sebesar kelingking bayi dan bentuknya indah sekali. Tatkala pemandanganku terhalang oleh muka Albert yg bergerak menuju dada kakakku.......kudengar rintihan yg lebih keras dari kakakku. <br />
<br />
Hmm...hmmm....ohhh....erang kakakku keenakan. <br />
Tidak berapa lama kemudian, tiba-tiba Albert berdiri dan menarik tangan kakakku menuju ke kamar kakakku. Karena ruangan kakakku berlawanan dengan tembok tempatku berdiri, maka mereka tidak melewati tempat aku berdiri. Aku hanya berdiri diam dan mendengar suara pintu kamar ditutup. Aku masih berdiri disamping tembok tangga....dan bingung harus melakukan apa. Namun keingin tahuanku membuatku memberanikan diri mendekati kamar kakaku....mereka juga pasti tidak akan tahu pikirku. <br />
Aku tidak bisa membayangkan apa yg sedang mereka lakukan didalam....tetapi aku bisa mendengarkan rintihan-rintihan dari ...</b> </div><div style="color: #4c1130;"><div><div><b>...kakakku yg tiada berhenti. Entah apa yg mereka lakukan...tapi aku membayangkan pasti kakakku yg cantik dan sexy sedang dimanja habis-habisan sama Albert yg romantis itu. Aku cepat-cepat kembali ke kamar, menyalakan musik pelan-pelan, mematikan lampu dan menghempaskan diriku diatas ranjang. Mataku terpejam memandang keatas....dan kejadian tadi semua terlintas kembali dalam benakku. <br />
Tanpa aku sadari....tanganku mengelus-elus dadaku sendiri. Aku merasakan nikmat, asik dan terbuai dengan fantasiku. Ada perasaan aneh muncul dari dalam diriku....perasaan ingin diperlakukan sama seperti kakakku oleh seorang laki-laki. Akhirnya aku terlelap dalam buaian musik dan suasana kamar yg hening. <br />
Kakakku bilang Albert kemarin pulang jam 12 malam, tapi aku tidak menanyakan hal-hal lain....dan bilang begitu kekamar aku langsung tidur karena ngantuk. Kulihat muka kakakku senyum-senyum ketika berbicara denganku....tapi keliatannya tidak menaruh curiga sedikitpun bahwa aku mengetahui apa yg mereka lakukan tadi malam. Entah sudah sejauh apa hubungan kakakku dengan Albert, satu hal yg pasti.....kakakku masih perawan meskipun kadang percumbuannya dengan Albert sudah kelewat batas. Mungkin itulah wanita, setelah berhasil dicium....yg lain-lain pun menjadi mudah buat cowok....apalagi yg melakukan adalah pacar sendiri. <br />
Albert pasti sudah puas menikmati segala lekuk-lekuk dan kemolekan tubuh kakakku. Setahun berlalu dan sekarang kakakku dan keluargaku sudah akrab dengan Albert. Mereka sangat senang menerima kehadiran Albert sebagai pacar kakakku. Namun kadang aku sedikit salah tingkah kalau kadang kakakku suka bermanja-manja didepanku...misalnya membaringkan kepalanya ke pundak Albert, memeluk Albert dari belakang. Kelakuan-kelakukan kakakku yg terang-terangan itu memang termasuk sopan, namun aku yg tergolong masih hijau memperoleh pengaruh yg lain. <br />
Sering ketika mau tidur, aku mengenakan daster yg tipis dan membayangkan yg bukan-bukan. Gilanya lagi......aku sering membayangkan kejadian pertama kali aku mengintip kelakukan kakakku dengan Albert. Aku mereka-reka apa yg waktu itu mereka lakukan didalam kamar itu. Rasa penasaranku muncul setiap malam. <br />
Kubayangkan Albert menciumi bibir kakaku dengan lembut tapi ganas......dan berpindah keleher......terus ke bibir dan berpindah ke telinga, tenguk ke bibir lagi. Aku membayangkan Alber membuka baju kakakku pelan-pelan, membiarkan tangan Albert menjalar ke sekitar payudaranya yg besar dan indah itu. Aku membayangkan muka Albert menjalar kesekitar payudara kakakku dan bermain-main dengan lidah dan bibirnya disekitar situ. Aku membayangkan desahan-desahan dan rintihan-rintihan kenikmatan yg dialami kakakku. Semua fantasi ini membuatku merasa nyaman......menimbulkan perasaan aneh......membangkitkan nafsuku.......dan membuatku ingin diperlakukan sesuai fantasiku. <br />
Semakin hari fantasiku semakin berkembang........aku membayangkan betapa Albert dengan lembutnya membuka baju kakakku satu persatu......meski ada penolakan lembut dari kakakku...tapi cumbuannya yg panas..pasti meluluh lantakkan pertahanan kakakku. Aku membayangkan mereka tanpa sehelai benang di badan bergumul dengan serunya diatas ranjang. Dan kubayangkan Albert menjilati sekujur tubuh kakakku sehingga membuat kakakku bergelinjang seperti cacing kepanasan. Kubayangkan Albert menjalari tubuh kakakku.....dari mencium bibir, terus keleher....turun lagi ke bibir......terus kedada ...berpindah-pindah ke dada kiri dan kanan.......terus turun ke pusar dan turun lagi.........terus ke paha......ke betis dan menjilati satu persatu jari kaki kakakku yg mulus. Dan tiba-tiba kakakku membalikkan badan sehingga berada diatas. Dan sekarang kakakku yg mengambil peran......semula kakakku menatap mesra Albert yg terbaring diatas ranjang......sambil tangannya membelai-belai rambut Albert. Dengan jarak muka yg hanya 15 cm....kakakku mulai menunjukkan aksinya. Dipagutnya bibir Albert dengan lembut.....lama sekali dan berpindah ke leher....sambil tangannya membelai-belai dada Albert yg bidang. Muka kakakku turun ke dada.....mengecup setiap inci dada bidang Albert........terus turun lagi turun lagi.........dan kulihat kakakku mengelus-elus sesuatu yg diimpikan setiap wanita. Aku melihat betapa gagah dan indah milik koko Albert. Dan ketika kulihat bibir mungil kakakku dan lidahnya yg indah mengecup mesra barang kesayangan koko Albert.......tiba-tiba tanda disadari akupun mendesah ringan. Aku menjadi rindu.......kepingin......kepingin aku yg menggantikan peran kakakku. Gilaa........kenapa aku bisa jadi begini ??? <br />
Kulihat kakakku memasukkan milik Albert ke dalam mulutnya dan aksi kakakku yg mengocok ringan sambil memaju mundurkan milik ko Albert dari mulutnya.......membuat Albert mendesah dengan hebatnya. <br />
<br />
Ohhh....sayang.....teruss.......kamu.....luar biasa sayang.......terus.........kamu pintar sayang. <br />
<br />
Aku meremas-remas payudaraku sendiri.....aku bisa merasakan puting susuku yg kecil itu menegang......aku merintih.....mendesah.......meraung dalam fantasiku. Tanpa kusadari......tangan kiriku mengelus-elus payudaraku sementara ...</b> </div></div><b> ...tanganku yg satu mengelus-elus selangkanganku. Aku sadar selangkanganku sudah basah.......tapi aku tidak peduli.......ada sesuatu yg aku cari...tapi aku tidak mengerti apa yg kucari........aku hanya bisa merintih......merintih dan merindukan sesuatu. Ohhh.......hmm........koko.......tanpa aku sadari aku memanggil nama koko Albert. <br />
<br />
Hari itu papi mami tidak di rumah karena sedang kerumah tante di daerah Bintaro. Tadi kakakku bilang Albert mau ke rumah dan kakakku bilang kalau dia belum nyampe agar aku menemani koko Albert ngobrol. Sekitar jam 06.00 sore aku mendengar suara bel rumah dan kukira kakakku dah nyampe. Pembantu rumahku langsung membukakan pintu dan baru kuketahui kemudian ternyata yg datang adalah ko Albert. <br />
”Halo...Nita, apa kabar ?, gimana kuliahnya ?, nyeletuk Albert sembari melempar senyum lantas menghempaskan dirinya pada sofa empuk di ruang tengah. <br />
”Macet Nit...hari ini.......mungkin karena hujan sich”, katanya pelan. <br />
Tak lama pembantu mengeluarkan minum buat ko Albert dan kami mengobrol ringan sambil menunggu Riska pulang. Albert memang pinter mencairkan suasana....obrolan ku dengan koko Albert rasanya asik dan koko Albert pinter bercanda. Kadang saking gemesnya aku sampai melemparkan bantal sofa ke arah Albert. Tentunya dengan mudahnya Albert menangkap lemparanku yg hanya karena gemes itu. <br />
Udara hari ini memang kurang bagus....sejak jam 05.00 sore sudah gerimis dan sekarang hujan turun cukup lebat. Barusan kuterima HP dari kakakku katanya mungkin nyampe ke rumah kira-kira pukul 7.30. Nanti makan bareng sama Albert di rumah aja, katanya dari balik HP. Aku ke belakang dan berpesan kepada pembantu agar menyiapkan makan malam buat kami sebentar lagi. <br />
<br />
Albert pinter bercerita dan membuat humor. Suatu saat aku diberikan tebakan oleh ko Albert. Karena tebakannya agak sulit.......aku dibuatnya berpikir keras. Aku digoda-godain terus sama ko Albert. <br />
”Ayo dong......masa mahasiswi ga tahu jawabannya ?” <br />
”Sabar....bentar ya...jangan kasih tahu dulu”, sergahku ga mau kalah. <br />
”Ayooo......apa........yoo ?, guraunya terus menerus. <br />
<br />
Akhirnya aku menyerah ...dan berkata ”Apa dong ko...?” <br />
Jawabannya adalah ”.....................hmmm.....wow.....”, bentaknya sambil mengarahkan jarinya ke mukaku. <br />
Aku kaget setengah mati dan mendengar koko Albert tertawa terkekeh-kekeh. Ternyata aku dikerjain, aku dibohongin. <br />
Karena gemes....aku mengembil bantal sofa dan memukul-mukulkan nya kebadan Albert. Tanpa sengaja bantal menyenggol gelas dimeja sehingga isinya tumpah ke luar. Gelas yg satu hampir jatuh ke bawah....aku bereaksi secara refleks.......dan secara bersamaan kulihat koko Albert juga melakukan gerakan yg sama untuk mencegah gelas jatuh. <br />
Tapi sudah ga keburu.......gelas koko Albert yg berisi coca cola jatuh tumpah dimeja sehingga membasahi kakiku. Karena menuju gerakan yg sama......secara kebetulan tangan koko Albert dan tanganku memegang gelas satunya yg hampir jatuh ke bawah. <br />
Gelas berhasil dipegang oleh tanganku dan tangan koko Albert bersamaan. Posisi muka kami hanya berjarak 30 cm. Tiba-tiba aku merasa risih dan kulihat koko Albert memandangiku dengan tersenyum. Aku semakin risih.....apalagi tanganku masih menggenggam gelas bersama tangan ko Albert. <br />
Aku menundukkan muka.......tidak berkata sesuatu apapun. <br />
Tiba-tiba aku merasakan muka ko Albert mendekat.......aku merasakan ada hembusan nafas dekat mukaku. Ketika kuangkat sedikit mukaku........tiba-tiba aku merasakan sesuatu menempel dibibirku. <br />
Ko Albert telah mencium bibirku...........aku terhenyak......dan melepaskan genggaman tanganku pada gelas hingga terjatuh ke karpet lantai. Tanganku refleks mendorong dada ko Albert agar menjauh dariku. Kupalingkan mukaku untuk melepaskan ciumannya...tapi aku tidak beringsut dari tempat dudukku. <br />
Aku diam seribu bahasa..........kurasakan tangan ko Albert meraih kepalaku. Tangan satunya meraih mukaku dan hingga mukaku berhadapan dengan muka ko Albert. <br />
Heran.......kenapa aku diam aja? Kenapa aku tidak menolak. <br />
Sejenak aku melirik ke arah pandangan ko Albert. Kulihat muka ko Albert semakin mendekat ke arahku...semakin dekat.....semakin dekat dan tiba-tiba aku tidak mempunyai kekuatan.......aku memejamkan mataku. <br />
Aku merasakan benda lembut menyentuh bibirku........lembut sekali....... <br />
Aku merasakan bibirku dibuai...digigit-gigit kecil...dan merasakan sekujur bibirku disapu oleh benda yg sangat lembut......tapi sangat nikmat. <br />
Fantasiku muncul ............. <br />
Aku mulai membalas kecupan-kecupan itu........sebentar kecupan itu hilang, kemudian datang lagi silih berganti. <br />
Hujan turun semakin deras........aku merintih....mendesah......kubiarkan lidahku bermain-main dengan lidah ko Albert.......setiap sentuhan merupakan sensasi tersendiri. <br />
Aku mulai merintih.........mendesah.........meski desahanku tertutup oleh riak air hujan yg jatuh ke tanah. <br />
Aku merasakan geli disekujur leherku..........kegelian yg amat sangat......amat sangat sehingga membuatku bergelayutan. <br />
Tanganku refleks memeluk leher ko Albert. Tanpa ada suara, tanpa ada ucapan apapun, tanpa ada penolakan, tanpa ada permintaan...........fantasiku semakin berkembang. <br />
<br />
Kurasakan tangan lembut menyusuri pinggangku, terus belakang ...</b> </div><div style="color: #4c1130;"><b>..punggungku.......mencari sesuatu. Aku tidak sadar lagi ketika pengait BH ku terlepas oleh sentilan jari ko Albert. Ketika kaos ketat yg kupakai akan disibak ke atas, aku mencoba melarang.....tapi......tapi.......itu tidak bertahan lama. Kecupan-kecupan ko Albert ke leher dan bibirku, membuatku melambung tinggi dalam fantasiku. <br />
Kurasakan payudaraku dimain-mainkan oleh jari-jari tangan yg lincah. Darahku berdesir kencang......... <br />
Tidak hanya elusan pada puting susuku yg masih mungil itu.......ada merasakan payudara sebelah kiriku seperti disengat oleh jutaan setrum listrik. Ko Albert begitu lihai menjilati puting susuku. Aku terengah-engah..........mukaku menengadah ke atas.......tanganku mencengkeram rambut ko Albert, namun membiarkan mukanya terbenam diantara bukit dadaku yg menjulang tinggi. <br />
”oh....kooo......, kamu koq begini sich ?” <br />
”Koko........jangan......jangan koko sayang.........”, aku meracau dalam rintihan kenikmatan. <br />
Tidak ada penolakan......aku pasrah........aku semakin terbuai dalam fantasiku. <br />
Muncul dalam pikiranku semua yg pernah aku bayangkan apa yg dilakukan ko Albert terhadap kakakku. <br />
<br />
Sehingga aku tidak sadar lagi ketika muka ko Albert telah menjalar ke bawah kakiku dan mengeringkan sisa-sisa coca cola yg menciprati kakiku. Kurasakan jari-jari kakiku disapu oleh lidah ko Albert. <br />
Aku hanya ingat tanganku masih memegang kepala ko Albert. Tapi mengikuti kemana kepala ko Albert berpindah. <br />
<br />
Aku setengah sadar ketika kurasakan ada yg membopong badanku. Aku merasa seperti diangkat.......mataku tetap terpejam. <br />
Aku tidak perduli apakah pembantu melihat atau kakakku akan muncul secara tiba2. <br />
<br />
Yg aku ingat......aku dibaringkan dengan perlahan diatas tempat tidur. Dan kurasakan satu persatu pakaianku dibuka oleh ko Albert. <br />
Kuijinkan ko Albert mencium bibirku, mencium leherku, melalap buah dadaku yg masih perawan........menjilati sekujur tubuhku........pusarku.........pahaku........betisku......jari kakiku......terus naik lagi.........ke betis......ke paha.......dan......... <br />
”Oh.....my God” <br />
”Kokooooo...........................!!”, jeritku tertahan. <br />
Entah apa yg dilakukan Albert, aku merasakan daerah sensitifku disapu-sapu oleh benda yg sangat lembut. Rasanya seperti ujung lidah ko Albert mengoles-oles lubang kemaluanku.....dan bibirnya kadang-kadang menyedot-yedot vaginaku. <br />
Ohhh.......................koko.................aku hanyut, aku terbuai <br />
Ini tidak ada dalam fantasiku.......tapi ini lebih nikmat, lebih enak, lebih memabukkan dari semua yg pernah kubayangkan. <br />
Kubiarkan koko Albert menikmati seluruh tubuhku........aku tahu tidak ada sejengkalpun dilewatinya. <br />
Kulit tubuhku yg putih mulus, payudaraku yg montok, puting susuku, pusarku, oh....kemaluanku semua tidak luput dari kecupannya. <br />
<br />
Tiba-tiba aku menjadi ganas............... <br />
Aku membuka mata...........aku bangun dan dengan gesit aku merangkul ko Albert. Kukecup bibirnya dengan penuh nafsu. Kubuka dengan paksa pakaian yg dikenakannya. <br />
Sekarang aku yg menjadi buas..........aku mencium....aku menjilati sekujur tubuh koko Albert....... <br />
Kukecupi bibirnya, lehernya.......dadanya yg bidang.......terus turun...turun dan ........ <br />
Kutemukan apa yg kucari........ <br />
Ukurannya hampir ¾ tanganku......besar dan tegang sekali. Tapi aku suka........fantasiku mengatakan ini nikmat. <br />
Dan mulutku yg mungil pun menerima kemaluan ko Albert dengan rela........ <br />
Aku melakukannya untuk ko Albert......pertama buat seorang pemuda......buat pacar kakakku yg mestinya tidak boleh kulakukan. <br />
10 menit aku mengulum benda kesayangan dalam fantasiku. <br />
<br />
Tiba-tiba kepalaku ditarik keatas. Dan badanku seperti dibalikkan..........aku jatuh terlentang. <br />
Ko Albert menciumku........ku sambut ciumannya dengan mesra. <br />
Kurasakan sesuatu menusuk-nusuk dibagian vaginaku.........seperti berusaha mencari sesuatu. <br />
Akal sehatku sudah hilang..........aku pasrah apa yg dilakukan koko ku.......... <br />
Ada rasa geli........aku sudah basah sekali. <br />
Dan benda tumpul itu seperti mulai menembus tubuhku.......ada sedikit rasa sakit, tapi Cuma sedikit. <br />
Dan tiba-tiba ada tekanan yg agak kuat.........aku merasakan sesuatu memasuki tubuhku, rasanya pas sekali dengan lubang kemaluanku. <br />
Benda itu bergeraka pelan masuk, terus ditarik lagi, terus masuk dan keluar. <br />
Demikian silih berganti dan demikian juga pagutan dibibirku tiada berhenti. <br />
Tiba-tiba aku merasakan gelombang yg sangat dasyaat, ia menghantam diriku dengan kuat sekali. <br />
Aku seperti mau kejang.........tapi bukan kejang. <br />
Sesuatu yg aneh......aku tidak mengerti.............tetapi nikmat sekali. <br />
Aku mendesah panjang...........aku mendesah tiada henti....... <br />
Dan kurasakan benda itu masih keluar masuk............ <br />
Aku tidak ingat berapa lama aku terbuai............tapi ........... <br />
Kemudian aku dibangunkan ko Albert, ketika aku membuka mataku........kulihat ko Albert memandangku sambil tersenyum. <br />
Dengan lembut didaratkannya sebuah ciuman ke bibirku. Dan ia mengucapkan kata-kata : <br />
”Nita........koko sayang kamu ” . <br />
<br />
Aku cepat-cepat bangun dan membereskan tempat tidur. Aku melihat ada cairan diatas sprei berwarna merah. <br />
Kemudian aku dan ko Albert turun ke bawah, membereskan semua yg berantakan. <br />
Tidak lama kemudian kakakku datang. Kita makan bersama. Setelah itu aku meninggalkan mereka berdua dibawah. Aku masuk kembali ke kamar........dan ... </b> </div><div style="color: #4c1130;"><b>..menghempaskan badanku ke ranjang. <br />
Aku masih ingat kejadian yg tadi.....itu nyata......itu bukan.....fantasi. <br />
<br />
Aku coba beranjak dari tempat tidur dan melirik dari gorden. Tidak keliatan kakakku dan ko Albert. Hujan masih turun dengan derasnya. <br />
Kubuka pintu kamar, melangkah turun ke bawah. <br />
Aku tahu harus kemana........... <br />
Aku mendekati kamar kakakku........... <br />
Dan benar....... <br />
Dari luar aku mendengar rintihan-rintihan yg hebat <br />
Tapi kali ini bukan rintihanku <br />
Aku tahu itu rintihan kakakku......... <br />
Rintihan seperti yg barusan aku alami........... <br />
Rintihan yg aku rindukan............ <br />
Rintihan yg memabukkan......... <br />
Kali ini aku tidak perlu berfantasi lagi, karena aku sudah mengerti semuanya. <br />
Aku tahu.......kakakku sedang dibuai oleh ko Albert. <br />
Badannya yg mulus, lehernya yg putih, payudaranya yg besar dan ranum, dan .......hmmm.........pasti ko Albert tidak melewatkan yg satu itu. <br />
<br />
Ketika besoknya aku ke kamar kakakku.......aku menemukan sedikit bercak merah diatas kasur. Aku tahu itu bukan darah mens............ <br />
<br />
Itulah ko Albert........aku dan kakakku telah kehilangan keperawanan secara bersama-sama dalam selang waktu 4 jam. <br />
Tapi aku tidak menyesal..........dan sejak saat itu, aku senantiasa merindukan ko Albert. Kapan dan dimana saja......aku tidak pernah menolak apa yg ko Albert mau. Aku tahu kakakku juga melakukan hal yg sama. <br />
<br />
Dan ko Albert sungguh hebat........dia bisa membuat aku dan kakakku merindukannya tanpa aku atau kakakku tidak pernah saling cemburu............karena ko Albert piawai mengatur skenario dan bisa menjaga rahasia dengan baik. <br />
<br />
Kakakku tetap pacar ko Albert dan aku siap menjadi istri mudanya. <br />
<br />
Muaaach............koko Albert......Nita sayang sama koko. </b> </div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-20319080125987985022010-03-17T09:53:00.000-07:002010-03-17T09:53:26.402-07:00Febi Keponakanku<b></b><div style="color: #20124d;"><div style="color: #cc0000;"><div><b><strong>Febi Keponakanku</strong></b></div></div><div><b>Berkali kali kucoba menghubungi HP Febi, keponakanku yang kuliah di Semarang, tapi selalu dijawab si Veronica, sekretaris nasional dari Telkomsel. Akhirnya aku spekulasi untuk langsung saja ke tempat kost-nya, aku masih punya waktu 2 jam sebelum schedule pesawat ke Jakarta, rasanya kurang pantas kalau aku di Semarang tanpa menengok keponakanku yang sejak SMP ikut denganku. <br />
<br />
Kuketuk pintu rumah bercat biru, rumah itu kelihatan sunyi seakan tak berpenghuni, memang jam 12 siang begini adalah jam bagi anak kuliah berada kampus. Lima menit kemudian pintu dibuka,<a name='more'></a> ternyata Desi, teman sekamar Febi, sudah tingkat akhir dan sedang mengambil skripsi. <br />
"Febi ada?" tanyaku begitu pintu terbuka. <br />
"Eh.. Om pendekar.., anu Om.. anu.. Febi-nya sedang ke kampus, emang dia nggak tahu kalo Om mau kesini?" sapanya dengan nada kaget. <br />
Aku dan pacarku sudah beberapa kali menengok keponakanku ini sehingga sudah mengenal teman sekamarnya dan sebagian penghuni rumah kost tersebut. <br />
"Om emang ndadak aja, pesawat Om masih 2 jam lagi, jadi kupikir tak ada salahnya kalo mampir sebentar daripada bengong di airport" jawabku sambil mengangsurkan lumpia yang kubeli di pandanaran. <br />
"Aku ingin nemenin Om ngobrol tapi maaf Om aku harus segera bersiap ke kantor, maklum aja namanya juga lagi magang, apalagi sekretaris di kantor sedang cuti jadi aku harus ganti jam 1 nanti" jawabnya lagi tanpa ada usaha untuk mempersilahkan aku masuk. <br />
"Sorry aku nggak mau merepotkanmu, tapi boleh nggak aku pinjam kamar mandi, perut Om sakit nih" pintaku karena tiba tiba terasa mulas. <br />
Desi berdiam sejenak. <br />
"Please, sebentar aja" desakku, aku tahu memang nggak enak kalau masuk tempat kost putri apalagi Cuma ada Desi sendirian di rumah itu. <br />
"Oke tapi jangan lama lama ya, nggak enak kalau dilihat orang, apalagi aku sendirian di sini" jawabnya mempersilahkanku masuk. <br />
"Oke, cuman sebentar kok, cuma buang hajat aja" kataku <br />
<br />
Aku tahu kamar mandi ada di belakang jadi aku harus melewati kamar Desi yang juga kamar Febi yang letaknya di ujung paling belakang dari 9 kamar yang ada dirumah itu sehingga tidak terlihat dari ruang tamu. Desi tak mengantarku, dia duduk di ruang tamu sambil makan lumpia oleh olehku tadi, kususuri deretan kamar kamar yang tertutup rapat, rupanya semua sedang ke kampus. Kulihat kamar Febi sedikit terbuka, mungkin karena ada Desi di rumah sehingga tak perlu ditutup, ketika kudekat di depannya kudengar suara agak berisik, mungkin radio pikirku, tapi terdengar agak aneh, semacam suara desahan, mungkin dia sedang memutar film porno dari komputernya, pikirku lagi. Ketika kulewat di depan kamar, suara itu terdengar makin jelas berupa desahan dari seorang laki dan perempuan, dasar anak muda, pikirku. <br />
<br />
Tiba tiba pikiran iseng keluar, aku berbalik mendekati kamar itu, ingin melihat selera anak kuliah dalam hal film porno, dari pintu yang sedikit terbuka, kuintip ke dalam untuk mengetahui film apa yang sedang diputar. Pemandangan ada di kamar itu jauh mengagetkan dari apa yang kubayangkan, ternyata bukan adegan film porno tapi kenyataan, kulihat dua sosok tubuh telanjang sedang bergumulan di atas ranjang, aku tak bisa mengenali dengan jelas siapa mereka, karena sudut pandang yang terbatas. Sakit perutku tiba tiba hilang, ketika si wanita berjongkok diantara kaki laki laki dan mengulum kemaluannya dengan gerakan seorang yang sudah mahir, dari pantulan cermin meja rias sungguh mengagetkanku, ternyata wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Febi, keponakanku yang aku sayang dan jaga selama ini, rambutnya dipotong pendek seleher membuatku agak asing pada mulanya. Sementara si laki lakinya aku tak kenal, yang jelas bukan pacarnya yang dikenalkan padaku bulan lalu. Aku tak tahu harus berbuat apa, ingin marah atau malahan ingin kugampar mereka berdua, lututku terasa lemas, shock melihat apa yang terjadi dimukaku. Aku ingin menerobos masuk ke dalam, tapi segera kuurungkan ketika kudengar ucapan Febi pada laki laki itu. <br />
<br />
"Ayo Mas Doni, jangan kalah sama Mas Andi apalagi si tua Freddy" katanya lepas tanpa mengetahui keberadaanku. <br />
Aku masih shock mematung ketika Febi menaiki tubuh laki laki yang ternyata namanya Doni, dan masih tidak dapat kupercaya ketika tubuh Febi turun menelan penis Doni ke vaginanya, kembali aku sulit mempercayai pemandangan di depanku ketika Febi mulai mengocok Doni dengan liar seperti orang yang sudah terbiasa melakukannya, desahan nikmat keluar dari mulut Febi dan Doni, tak ada kecanggungan dalam gerakan mereka. Tangan Doni menggerayangi di sekitar dada dan bukit keponakanku, meremas dan memainkannya. Aku masih mematung ketika mereka berganti posisi, tubuh Febi ditindih Doni yang mengocoknya dari atas sambil berciuman, tubuh mereka menyatu saling berpelukan, kaki Febi menjepit pinggang di atasnya, desahan demi desahan saling bersahutan seakan berlomba melepas birahi. <br />
<br />
Tiba tiba kudengar suara sandal yang diseret dan langkah mendekat, aku tersadar, dengan agak gugup aku menuju kamar mandi, bukannya menghentikan mereka. Kubasuh mukaku dengan air dingin, ...</b> </div><div><b> ...menenangkan diri seakan ingin terbangun dan mendapati bahwa itu adalah mimpi, tapi ini bukan mimpi tapi kenyataan. Cukup lama aku di kamar mandi menenangkan diri sambil memikirkan langkah selanjutnya, tapi pikiranku sungguh buntu, tidak seperti biasanya ide selalu lancar mengalir dari kepalaku, kali ini benar benar mampet. Ketika aku kembali melewati kamar itu menuju ruang tamu, kudengar tawa cekikikan dari dalam. <br />
"Nggak apa Mas, ntar kan bisa lagi dengan variasi yang lain" sayup sayup kudengar suara manja keponakanku dari kamar, tapi tak kuhiraukan, aku sudah tak mampu lagi berpikir jernih dalam hal ini. <br />
"Kok lama Om, mulas ya" Tanya Desi begitu melihatku dengan wajah lusuh, sambil menikmati lumpia entah yang keberapa. <br />
Aku diam saja, duduk di sofa ruang tamu. <br />
"Kamu bohong bilang Febi nggak ada, ternyata dia di kamar dengan pacarnya" kataku pelan datar tanpa ekspresi. <br />
<br />
Dia menghentikan kunyahan lumpianya, diam tak menjawab, kupandangi wajahnya yang hitam manis, dia menunduk menghindari pandanganku, diletakkannya lumpia yang belum habis di meja tamu. <br />
"Jadi Om memergoki mereka?" katanya pelan <br />
"Ya, dan Om bahkan melihat apa yang mereka perbuat di kamar itu" <br />
"Lalu Om marahi mereka? kok nggak dengar ada ribut?" Desi mulai penuh selidik <br />
"Entahlah, Om biarkan saja mereka melakukannya" aku seperti seorang linglung yang dicecar pertanyaan sulit <br />
"Ha?, Om biarkan mereka menyelesaikannya? Om menontonnya?" cecarnya <br />
<br />
Aku makin diam, seperti seorang terdakwa yang terpojok, Desi pindah duduk di sebelahku. <br />
"Om menikmatinya ya" bisiknya, tatapan matanya tajam menembus batinku. <br />
"Entahlah" <br />
"Tapi Om suka melihatnya kan?" desaknya pelan ditelingaku, kurasakan hembusan napasnya mengenai telingaku. <br />
Aku mengangguk pelan tanpa jawab. <br />
"Om" <br />
Aku menoleh, wajah kami berhadapan, hanya beberapa millimeter hidung kami terpisah, kurasakan napasnya menerpa wajahku. Entah siapa yang mulai atau mungkin aku telah terpengaruh kejadian barusan, akhirnya kami berciuman. Kejantananku kembali menegang merasakan sentuhan bibir Desi, kulumat dengan penuh gairah dan dibalasnya tak kalah gairah pula. <br />
<br />
Desi meraih tanganku dan meletakkannya di dadanya, kurasakan bukitnya yang lembut tertutup bra, tidak terlalu besar tapi kenyal dan padat. Kubalas meletakkan tangannya di selangkanganku yang sudah mengeras. Desi menghentikan ciumannya ketika tangannya merasakan kekakuan di selangkanganku, sejenak memandangku lalu tersenyum dan kembali kami berciuman di ruang tamu. <br />
Tiba tiba aku tersadar, ini ruangan terbuka dan anak lain bisa muncul setiap saat, tentu ini tak baik bagi semua. <br />
"Kita tak bisa melakukan disini" bisikku <br />
"Tapi juga tak mungkin melakukan di kamarku" jawabnya berbisik <br />
"Kita keluar saja kalau kamu nggak keberatan" usulku <br />
"Oke aku panggil taxi dulu" jawab Desi seraya menghubungi taxi via telepon <br />
<br />
Sambil menunggu taxi datang kami bersikap sewajarnya, Febi masih juga belum nongol, mungkin dia melanjutkan dengan pacarnya untuk babak berikutnya. Ternyata Desi membohongiku dengan mengatakan ke kantor supaya aku segera pergi, tapi kini dia bersedia menemaniku selama menghabiskan waktu. Dengan beberapa pertimbangan maka kubatalkan penerbanganku dan kutunda besok, aku ingin bersama Desi dulu. Kutawari Desi untuk memilih hotel yang dia mau, ternyata dia mau di hotel berbintang di daerah Simpang Lima. Akhirnya Taxi yang kami tunggu datang juga, Desi kembali ke kamar berganti pakaian dan membawa beberapa barang keperluan menginap, sekaligus pesan sama Febi kalau dia tidak pulang malam ini. Dia makin cantik dan sexy mengenakan kaos ketat dengan celana jeans selutut. <br />
<br />
Kami mendapatkan kamar yang menghadap ke arah simpang lima, Desi langsung melepas kaos dan celananya hingga tinggal bikini putih, tampak body-nya yang sexy dan menggairahkan. Kupeluk tubuh sintal Desi, dia membalas memelukku sambil melucuti pakaianku, tinggal celana dalam menutupi tubuhku, kurebahkan tubuhnya di ranjang, kutindih tubuhnya dan kuciumi bibir dan lehernya, aku masih terbayang tubuh mulus Febi yang sedang dicumbui pacarnya, kalau dibandingkan antara Desi dan Febi memang keponakanku lebih unggul baik dari kecantikan maupun body-nya. Tanpa sadar sambil mencium dan mencumbunya aku membayangkan tubuh Febi, hal yang tak pernah terlintas sebelumnya. <br />
<br />
Kami sama sama telanjang tak lama kemudian, aku mengagumi keindahan buah dada Desi yang padat menantang dengan puting kemerahan, kujilati dan kukulum sambil mempermainkan dengan gigitan lembut, dia menggeliat dan mendesis. Jilatanku turun menyusuri perut dan berhenti di selangkangannya, rambut tipis menghiasi celah kedua kakinya, meski berumur 23 tahun tapi rambut kemaluannya sangat jarang, bahkan seakan Cuma membayang. Desi berusaha menutup rapat kakinya, dengan kesabaran kubimbing posisi kakinya membuka, seakan aku sedang memberikan pelajaran pada muridku. Aku sangat yakin kalau ini bukan pertama kali baginya, vaginanya yang masih segar kemerahan seolah memceritakan kalau tidak banyak merasakan hubungan sexual, tapi aku tak tahu kebenarannya. Mata Desi melotot ke arahku ketika bibirku menyusuri pahanya dan dia menjerit tertahan ketika kusentuh klitorisnya dengan lidahku. <br />
"aahh.. sshh.. ennaak Om, terus Om" desahnya meremas rambutku. <br />
Lidahku menari nari di bagian kewanitaannya, desahnya ...</b> </div><div><div><div><b>...makin menjadi meski masih tertahan malu, kupermainkan jari jemariku di putingnya, dia makin menggeliat dalam nikmat. Desi memberiku isyarat untuk posisi 69, kuturuti kemauannya. <br />
<br />
"Tadi Febi dengan posisi ini ketika Om datang" katanya sebelum mulutnya tertutup penisku. <br />
Dia menyebut Febi membuatku teringat kembali akan keponakanku, masih terbayang bagaimana dia mengulum penis pacarnya dengan penuh gairah, aku membayangkan seolah sedang bercinta dengan Febi, masih jelas dalam benakku akan kemulusan tubuh telanjang Febi yang selama ini tak pernah aku lihat, masih jelas tergambar betapa montoknya buah dada nan indah lagi padat, mungkin lebih montok dari istriku sendiri. Kurasakan Desi kesulitan mengulum penisku, aku turun dari tubuhnya, kini kepala Desi berada di selangkanganku, dijilatinya kepala penisku. <br />
"Punya Om gede banget sih, nggak muat mulutku, lagian aku nggak pernah melakukannya sama pacarku, aku Cuma melihat tadi Febi melakukannya, jadi aku ingin coba" komentarnya lalu kembali berusaha memasukkan penisku ke mulutnya, kasihan juga aku melihatnya memaksakan diri untuk mengulumku. <br />
<br />
Kurebahkan tubuh telanjang Desi lalu kuusapkan penisku di bibir vaginanya, tapi sebelum penisku menerobos masuk dia mendorongku menjauh. <br />
"Pake kondom dulu ya Om" katanya sambil bangun mengambil kondom dari tas tangannya. <br />
Aku hampir lupa kalau yang kuhadapi ini seorang mahasiswa, bukan wanita panggilan yang tak peduli pada kondom karena mereka sudah pasti mempersiapkan dengan pil anti hamil. Aku jadi teringat Febi, apakah dia juga menggunakan kondom tadi, tak sempat kuperhatikan. Desi memasangkan kondom di penisku, kondom itu seperti bergerigi dan bentuknya agak aneh. <br />
"Oleh oleh pacarku dari Singapura, ih susah amat mesti punya Om ukurannya XL kali" katanya lalu dia kembali telentang di depanku. <br />
"Pelan pelan aja ya Om, baru kali ini aku lakukan selain sama pacarku, lagian punya Om jauh lebih besar dari punya dia" bisiknya <br />
<br />
Kembali kusapukan penisku ke vaginanya yang sudah basah, perlahan memasuki liang kenikmatan Desi, tubuhnya menegang saat penisku menerobosnya, terasa begitu rapat, sempit dan kencang, penisku serasa dicengkeram, mungkin karena Desi terlalu tegang atau mungkin memang masih pemula. Desi memejamkan mata lalu melotot ke arahku, seakan tak percaya kalau penisku sedang mengisi vaginanya. Dia menggigit bibir bawahnya, tangannya mencengkeram lenganku, tubuhnya menggeliat ketika penisku melesak semua ke vaginanya. Kudiamkan sejenak sambil menikmati cantiknya wajah Desi dalam kenikmatan, dia menahanku ketika aku mulai mengocoknya. <br />
"Jangan dulu Om, penuh banget, seperti menembus perutku" katanya <br />
"Sakit?" tanyaku <br />
"Ya dan enak, seperti perawan dulu" jawabnya sambil mulai menggoyangkan tubuhnya, aku menganggap pertanda sudah boleh bergerak. <br />
<br />
Perlahan aku mulai mengocok vagina Desi, pada mulanya tubuhnya kembali menegang, penisku seperti terjepit di vagina, dia mulai menggeliat dan mendesah nikmat ketika beberapa kocokan berlalu, mungkin bentuk kondom sangat berpengaruh juga pada rangsangan di vaginanya. Penisku bergerak keluar masuk dengan kecepatan normal, desahnya makin menjadi sambil meremas kedua buah dadanya. Kaki kanannya kunaikkan di pundakku, penisku makin dalam melesak. Entah kenapa, tiba tiba bayangan Febi kembali melintas dipikiranku, terbayang Febi sedang telentang menerima kocokan pacarnya, masih terdengar desahan kenikmatan darinya, maka kupejamkan mataku sambil membayangkan bahwa aku sedang mengocok keponakanku itu. Belum 5 menit aku menikmati vaginanya ketika kurasakan remasan kuat dari vaginanya disertai jeritan orgasme, fantasiku buyar. Desi terlalu cepat mencapai puncak kenikmatan itu, padahal aku masih jauh dari puncaknya, aku ingin tetap mengocoknya tapi dia sepertinya sudah kelelahan dan minta beristirahat sebentar, kupikir tak ada salahnya untuk beristirahat dulu, toh kita tidak terburu buru, masih ada waktu semalam hingga besok. Akhirnya kuturuti permintaannya, kami telentang berdampingan di atas ranjang, Desi merebahkan kepalanya di dadaku, kurasakan jantungnya yang keras berdetak disertai napas yang berat. <br />
"Punya Om sepertinya masih terasa mengganjal di dalam, abis punya Om gede banget sih" bisiknya. <br />
Aku tersenyum menghadapi kemanjaannya. <br />
<br />
Kuhubungi Room Service untuk memesan makan siang, baru tersadar ternyata kami belum makan, tak ada salahnya menambah tenaga dan energi. Tak lebih dari 10 menit kemudian kudengar bel berbunyi, cepat amat servisnya, pikirku. Kuambil handuk dan kubelitkan di pinggang, kuminta Desi menutupi tubuhnya dengan selimut. Tanpa pikir panjang kubuka pintu dan.. sungguh sangat mengagetkanku, bukannya Room Service yang nongol ternyata Febi yang berada di depan pintu, aku terkejut tak menyangka kedatangannya karena memang aku tak mengharap kedatangannya kali ini. Kusesali kecerobohanku untuk tidak mengintip terlebih dahulu dari lubang di pintu. <br />
<br />
Febi langsung menerobos masuk, seperti biasa seolah tak pernah terjadi sesuatu, dengan manja Febi memelukku seperti layaknya seorang keponakan, kucium pipi kiri kanannya, hal yang biasa kami lakukan, tapi kali ini aku merasakan getaran yang tidak seperti biasanya, aku bisa merasakan tonjolan buah dadanya yang montok ...</b> </div></div><b> </b><div><div><b>...mengganjal di dadaku, padahal tak pernah terjadi sebelumnya. Dia langsung nyelonong masuk ke dalam. <br />
<br />
"Om lagi mandi ya, malam ini Om harus traktir Febi dan temenin aku.. Mbak Desi!" <br />
Belum sempat dia menyelesaikan kata katanya ketika melihat Desi di ranjang, melihat ke arahku lalu kembali lagi ke Desi. Kami tertangkap basah, tak ada lagi alasan untuk mengelak, aku diam seribu basa menunggu reaksi dari Febi. Sebelum aku tahu harus berbuat apa, Desi bangun dari ranjang, menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut lalu menggandeng Febi ke kamar mandi, sekilas kulihat mukanya merona merah seperti orang marah. Kukenakan piyama yang ada dilemari menunggu kedua gadis itu, pasrah menerima nasib selanjutnya, meski tidak terlalu khawatir karena aku juga memegang kartunya Febi. Bel pintu kembali berbunyi ketika kedua gadis itu masih di kamar mandi, ternyata Room Service pesanan kami, mereka keluar sesaat setelah Waitress menutup pintu kamar. Bertiga kami makan dalam kebisuan setelah Desi mengenakan piyama yang sama denganku, dia berbagi makanan dengan Febi karena memang pesanan Cuma untuk kami berdua, tak ada kata yang terucap selama makan. <br />
<br />
Aku tak berani membuka topik karena belum tahu bagaimana sikap mereka terhadap kejadian ini. <br />
"Om, kita saling jaga rahasia ya, just keep among us, aku nggak keberatan Om sama Mbak Desi asal Om juga tidak cerita sama Mbak Lily tentang kejadian tadi siang" Febi membuka percakapan, aku merasakan lampu kuning mengarah hijau darinya. <br />
Febi melanjutkan, "Karena tadi Om melihatku sama Doni, aku juga ingin melihat Om sama Mbak Desi" lanjutnya mengagetkan, aku tak tahu apa maunya anak ini. <br />
"Terserah kamu Feb, toh aku juga udah biasa melihat kamu main sama pacar pacarmu" kata Desi lalu duduk dipangkuanku dengan sikap pamer. <br />
Sebenarnya agak segan juga kalau harus melakukannya didepan keponakanku sendiri, tapi Sebelum aku protes, Desi sudah mendaratkan bibirnya di bibirku, tangannya menyelip diselangkanganku, meremas penisku dan mengocoknya. Mau tak mau Kubalas dengan lumatan di bibir dan remasan di buah dadanya, rasa seganku perlahan hilang berganti dengan birahi dan sensasi, Febi seakan tidak melihat kami, menghabiskan sisa makanan yang masih ada di atas meja. Kami saling melepas piyama hingga telanjang di depan Febi. Desi merosot turun diantara kakiku, menjilati dan mengulum kemaluanku. Terkadang kurasakan giginya mengenai batang penis tegangku, maklum masih pemula. <br />
<br />
"Feb, lihat punya Om-mu, besar mana sama punya Doni" Desi memamerkan penis tegangku yang ada digenggamannya. <br />
"Wow, gede banget" sahut Febi lalu memandang ke arahku. <br />
"Bisa pingsan kamu kalau segede itu" lanjutnya dengan nada kagum <br />
"Nggak tuh, enak lagi, coba aja sendiri" jawab Desi melanjutkan kulumannya, kulihat Febi menggeser duduknya melihat penisku keluar masuk mulut Desi seakan tak percaya kalau dia bisa melakukannya. <br />
"Akhirnya berhasil juga mendapatkan Om-ku yang selama ini kamu kagumi" seloroh Febi mengagetkanku, Desi hanya tersenyum. <br />
"Mau coba?" goda Desi sambil menyodorkan penisku ke Febi, aku diam saja menunggu reaksi keponakanku, tapi dia diam saja, Desi menjilati penisku seakan memamerkan ke Febi mainannya. <br />
<br />
Febi menggeser lagi mendekati kami, Desi menuntun tangan Febi dan menyentuhkannya ke penisku, ada ke-ragu raguan di wajahnya untuk menyentuh penis Om-nya. Wajah putihnya bersemu merah ketika Desi menggenggamkan tangannya ke penisku, dia hanya menggenggam tanpa berani menggerakkan tangannya, memandang ke arahku seolah minta pendapat. Aku diam saja, hanya mengangguk kecil pertanda setuju. Perlahan keponakanku mulai meremas penisku, tangannya yang putih mulus sungguh kontras dengan penisku yang kecoklatan gelap, makin lama gerakannya berubah dari meremas lalu mengocok, sementara Desi masih asyik menjilati kepala penisku sambil mengelus kantong bola. Gerakan mereka mulai seirama, Febi mengocok keras ketika kepala penisku berada di mulut Desi, aku mendesah kenikmatan dalam permainan kedua gadis ini. Ketika Desi menjilati kantong bola, Febi kembali memandangku, kubalas dengan senyum dan anggukan, dia menundukkan kepalanya ke arah penisku, tapi sebelum sampai ke tujuannya Desi memotong. <br />
<br />
"Kami sudah telanjang masak kamu masih pakai pakaian lengkap kayak orang mau kuliah, cepat copot gih" katanya kembali menjilat dan mengulum. <br />
Febi terlihat ragu ragu untuk melepas pakaiannya dan telanjang di depanku, dia diam sejenak, aku menghindar ketika dia manatapku, meskipun sebenarnya aku sangat berharap dia melakukannya. <br />
"Kok jadi bengong gitu, kenapa malu, kan Om-mu sudah melihatmu telanjang tadi dan lagian waktu kecil kan sering dimandiin, jadi kenapa risih" goda Desi <br />
Akhirnya Febi tunduk pada godaan Desi, dia membalikkan badan membelakangiku sambil melepas kaos ketatnya, kulihat punggungnya yang mulus dengan hiasan bra hijau muda, bodynya sungguh menggetarkan tanpa timbunan lemak di perutnya, ketika jeans-nya dilepas, aku makin kagum dengan ke-sexy-annya, pantatnya padat membentuk body seperti gitar spanyol nan indah, baru sekarang aku menyadari betapa keponakanku tumbuh menjadi seorang gadis yang menawan, selama ini pengamatan seperti ini telah kulewatkan, aku hanya ...</b> </div><div><div><div><b>...melihatnya sebagai seorang gadis kecil yang selalu manja, tapi tak pernah melihatnya sebagai seorang gadis cantik yang penuh gairah. <br />
<br />
Darahku berdesir makin kencang saat Febi membalikkan badannya menghadapku, buah dadanya yang sungguh montok indah nian terbungkus bra satin, kaki bukitnya menonjol seakan ingin berontak dari kungkungannya, kaki Febi yang putih mulus berhias celana dalam hijau mini di selangkangannya menutupi bagian indah kewanitaannya. Febi menyilangkan tangannya di dadanya seakan menutupi tubuhnya dari sorotan mata nakalku. <br />
"Alaa sok suci kamu, lepas aja BH-mu sekalian" Desi kembali menggoda tapi kali ini Febi tak menurutinya, dengan masih memakai bikini dia ikutan Desi mengeroyok selangkanganku, tangannya berebut dengan Desi mengocokku, kutarik tubuh Desi untuk duduk disampingku, aku ingin melihat saat pertama kali keponakanku menjilat dan mengulum penisku tanpa gangguan Desi. <br />
<br />
Mula mula agak ragu dia menjilati kepala penisku tapi akhirnya dengan penuh gairah lidahnya menyusuri seluruh bagian kejantananku sebelum akhirnya memasukkan ke mulutnya yang mungil, aku mendesis penuh kenikmatan saat pertama kali penisku menerobos bibir dan mulut Febi, sungguh kenikmatan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, kenikmatan yang bercampur dengan sensasi yang hebat, mendapat permainan oral dari keponakanku sendiri. Penisku makin cepat meluncur keluar masuk mulut Febi. Diluar dugaanku ternyata Febi sangat mahir bermain oral, jauh lebih mahir dibandingkan Desi, sepertinya dia lebih berpengalaman dari sobat sekamarnya. Lidah Febi menari nari di kepala penisku saat berada di mulutnya, sungguh ketrampilan yang hanya dimiliki mereka yang sudah terbiasa, aku harus jujur kalau permainan oral keponakanku menyamai tantenya yaitu istriku. Begitu penuh gairah Febi memainkan penisku membuatku terhanyut dalam lautan kenikmatan, kepalanya bergerak liar turun naik diselangkanganku. Aku mendesah makin lepas dalam nikmat. <br />
<br />
Desi kembali ke selangkanganku, kini kedua gadis bergantian memasukkan penisku ke mulutnya diselingi permainan dua lidah yang menyusuri kejantananku secara bersamaan, aku melayang makin tinggi. Desi memasang kondom, bentuknya unik berbeda dengan sebelumnya, dikulumnya sebentar penisku yang terbungkus kondom lalu dia naik ke pangkuanku, menyapukan ke vaginanya dan melesaklah penisku menerobos liang kenikmatannya saat dia menurunkan badan. <br />
"Aduuhh.. sshh.. gila Feb, punya Om-mu enak banget, penuh rasanya" komentarnya setelah penisku tertanam semua di liang vaginanya. <br />
Febi duduk di sebelahku melihat sahabatnya merasakan kenikmatan dari Om-nya, aku masih ragu untuk mulai menjamah tubuh Febi, selama ini yang kami lakukan hanya peluk dan cium dari seorang Om kepada keponakannya yang masih kecil, tapi kini aku harus melihatnya sebagai seorang gadis sexy yang menggairahkan. Belum ada keberanianku mulai menikmati tubuh sintal keponakanku, hanya memandang dengan kagum dan penuh hasrat gairah. <br />
"aagghh.. uff.. Feb.. lepas dong bikinimu, kamu harus merasakan nikmatnya Om-mu" Desi ngoceh disela desahannya. <br />
<br />
Sepertinya antara aku dan Febi saling menunggu, sama sama risih dan malu untuk mulai, ketika desahan Desi makin liar aku tak tahan lagi, kuraih kepala Febi dalam rangkulanku dan kucium bibirnya. Ada perasaan aneh ketika bibirku menyentuh bibirnya, perasaan yang tidak pernah kujumpai ketika berciuman dengan wanita manapun, mungkin hubungan batin sebagai seorang Om masih membatasi kami. Setelah sesaat berciuman agak canggung, akhirnya kami mulai menyesuaikan diri, saling melumat dan bermain lidah, jauh lebih bergairah dibanding dengan Desi atau lainnya, kami seolah sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu. Kocokan Desi makin liar tapi lumatan bibir lembut Febi tak kalah nikmatnya. <br />
<br />
Agak gemetar tanganku ketika mulai mengelus punggung telanjang Febi, dengan susah payah, meskipun biasanya cukup dengan tiga jari, aku berhasil melepas kaitan bra yang ada di punggung. Masih tetap berciuman kulepas bra-nya, tanganku masih gemetar ketika menyusuri bukit di dada Febi, begitu kenyal dan padat berisi, kuhentikan ciumanku untuk melihat keindahan buah dadanya, jantungku seakan berdetak 3 kali lebih cepat melihat betapa indah dan menantang kedua bukitnya yang berhiaskan puting kemerahan di puncaknya, I have no idea berapa orang yang sudah menikmati keindahan ini. <br />
<br />
Desah kenikmatan Desi sudah tak kuperhatikan lagi, kuusap dan kuremas dengan lembut, kurasakan kenikmatan kelembutan kulit dan kekenyalannya, gemas aku dibuatnya. Febi menyodorkan buah dadanya ke mukaku, langsung kusambut dengan jilatan lidah di putingnya dan dilanjutkan dengan sedotan ringan, dia menggelinjang meremas rambutku. Belum puas aku mengulum puting Febi, Desi sudah turun dari pangkuanku, lalu kami pindah ke ranjang, Desi nungging mengambil mengambil posisi doggie, langsung kukocok dia dari belakang sambil memeluk tubuh sexy Febi. Kukulum puting kemerahannya untuk kesekian kalinya bergantian dari satu puncak ke puncak lainnya, Febi mendesis nikmat, inilah pertama kali ...</b> </div></div><b> </b><div><div><b>...kudengar desahan nikmat langsung darinya, begitu merangsang dan penuh gairah di telinga. <br />
<br />
Tanpa kusadari, ternyata Febi sudah melepas celana dalamnya, aku kembali terkesima untuk kesekian kalinya, selangkangannya yang indah berhias bulu kemaluan yang sangat tipis, bahkan nyaris tak ada, sungguh indah dilihat. Gerakan pinggul Desi makin tak beraturan, antara maju mundur dan berputar, penisku seperti diremas remas di vaginanya, sungguh nikmat, kali ini Desi bisa bertahan lebih lama. Kami berganti posisi, aku telentang diantara kedua gadis cantik ini dengan penis yang masih tegak tegang menantang. <br />
"Feb, gantian, kamu harus coba nikmatnya Om-mu" Desi mempersilahkan Febi, tapi aku menolak dan minta Desi segera naik melanjutkannya. <br />
<br />
Terus terang, jauh di lubuk hati ini masih menolak untuk bercinta atau bersenggama dengan Febi, aku masih harus berpikir panjang untuk bertindak lebih jauh dari sekedar oral, saat ini belum bisa menerima untuk melanjutkan ke senggama atau tidak, aku belum tahu. Desi kembali bergoyang pinggul di atasku, Febi kuberi isyarat untuk naik ke kepalaku, dia langsung mengerti, kakinya dibuka lebar di depan mukaku, terlihat dengan jelas vaginanya yang masih kemerahan seperti daging segar, kepalaku langsung terbenam di selangkangannya, lidahku menyusuri bibir dan klitorisnya sambil meremas pantatnya yang padat, desahan Febi bersahutan dengan Desi. Seperti halnya Desi, kedua gadis ini menggoyangkan pinggulnya di atasku, vagina Febi menyapu seluruh wajahku. Febi mendesah keras dan tubuhnya menegang ketika kusedot vaginanya, hampir dia menduduki wajahku. Desi minta bertukar tempat, rupanya dia ingin mendapatkan kenikmatan seperti yang aku berikan ke keponakanku. Kini vagina Desi yang basah tepat di atas mukaku, sementara Febi melepas kondom yang membalut penisku, membersihkan sisa cairan dari vagina Desi dengan selimut lalu mulai menjilatinya. <br />
<br />
Rasa asin dari vagina Desi tak kuperhatikan, cairannya menyapu mukaku, sementara kemaluanku sudah mengisi rongga mulut Febi dengan cepatnya. Aku begitu asyik menikmati vagina Desi dengan lidahku, tanpa kusadari Febi sudah mengambil posisi untuk memasukkan penisku ke vaginanya, aku baru tersadar ketika Febi sudah naik di atas tubuhku dan menyapukan penisku ke bibir vaginanya, aku harus mencegahnya, pikirku, karena masih belum memutuskan apakah harus melakukannya, hati kecilku masih belum menerima kalau aku bercinta dengan keponakanku sendiri. <br />
<br />
"Febi, jangan", teriakku. <br />
Tapi terlambat, penisku sudah meluncur masuk ke vagina keponakanku tanpa kondom, sudah terjadi, ada rasa sesal meskipun sedikit sekali. Tapi rasa sesal segera berubah menjadi heran karena begitu mudahnya penisku menerobos liang vaginanya, tidak seperti Desi yang cukup sempit dan kesakitan, tapi Febi sepertinya tidak ada rasa sakit sama sekali ketika vaginanya terisi penisku yang berukuran 17 cm itu. Bahkan dia langsung mengocok dan menggoyang dengan cepatnya seolah tak ada halangan dengan ukuran penisku seperti yang dialami Desi. Goyangan pinggul Febi lebih nikmat dari Desi tapi sepertinya vagina Febi tidak sesempit Desi, tidak ada kurasakan remasan dan cengkeraman otot dari vaginanya, hanya keluar masuk dan gesekan seperti biasa, dalam hal ini vagina Desi lebih nikmat, itulah perbedaan antara Desi dan Febi, meskipun keduanya sama sama nikmat. <br />
<br />
Desi turun dari mukaku, kuraih buah dada montok Febi dan kuremas remas gemas penuh nafsu, kutarik Febi dalam pelukanku, kukocok dari bawah dengan cepatnya, desahannya begitu bergairah di telingaku. <br />
"Oh.. yess.. enak banget Om truss.. Febi kaangeen.. Febi cemburuu.. Febi sayang Om.. udah lama Febi menunggu kesempatan ini" desahnya. <br />
Aku kaget ternyata disamping cinta seorang keponakan dia juga menyimpan cinta layaknya seorang gadis pada lawan jenisnya. Kami bergulingan, kini aku di atasnya, kunikmati ekspresi kenikmatan wajah cantik keponakanku yang sedang dilanda birahi tinggi, desahannya makin keras dan liar, rasanya lebih liar dari yang kulihat tadi siang membuatku makin bernafsu mengocok lebih cepat dan lebih keras. Dengan gemas kuciumi pipi Febi, tidak dengan perasaan kasih sayang seperti biasanya tapi penuh dengan perasaan nafsu, kususuri leher jenjangnya yang putih mulus, baru sekarang kusadari betapa menggairahkan tubuh keponakanku ini. Febi menggelinjang dan menjerit ketika lidahku mencapai puncak buah dadanya, kupermainkan putingnya yang kemerahan, dengan kuluman ringan kusedot buah dadanya, itulah yang membuat dia menggelinjang hebat penuh nikmat. <br />
<br />
Desi memelukku dari belakang, diciuminya tengkuk dan punggungku, dalam keadaan normal bercinta dengan dua wanita cantik tentulah menyenangkan tapi ini keadaan khusus dimana pertama kali aku mencumbu keponakanku tercinta, aku ingin menikmatinya secara total, keterlibatan Desi sebenarnya kurasakan mengganggu tapi aku tak bisa menyuruhnya pergi, karena dialah aku bisa menikmati tubuh sexy Febi. Tanpa menghiraukan pelukan Desi, kuangkat kedua kaki Febi kepundakku, dengan meremas kedua buah dadanya sebagai pegangan aku mengocoknya keras dan cepat. Febi menjerit keras antara sakit dan nikmat, kepala penisku serasa menyentuh dinding terdalam dari vaginanya, tangannya mencengkeram erat lenganku, matanya melotot ke arahku seakan ...</b> </div><b>..tak percaya aku melakukan ini padanya, tapi sorot matanya justru menambah tinggi nafsuku, dia kelihatan makin cantik dengan wajah yang bersemu merah terbakar nafsu, lebih menggairahkan dan menggoda, makin dia melotot makin cepat kocokanku, makin keras pula jerit dan desah kenikmatannya. Dan tak lama kemudian dia sampai pada puncak kenikmatan tertinggi. <br />
"Truss.. Om.. Febi mau keluar ya.. truss.. fuck me harder" dia mendesis indah, dan dengan diiringi jeritan kenikmatan panjang dia menggoyang goyangkan kepalanya, cengkeraman di lenganku makin erat, tubuhnya menegang, dia telah mencapai orgasme lebih dulu, kunikmati saat saat orgasme yang dialami Febi. <br />
<br />
Inilah pertama kali aku melihat ekspresi orgasme dari keponakanku yang cantik, begitu liar dan menggairahkan, sungguh tak kalah dengan tantenya, istriku. Tubuh Febi perlahan mulai melemah, kuturunkan kakinya dari pundakku lalu kukecup bibir dan keningnya. <br />
"Makasih Om, ini orgasme terindah yang pernah kualami, nanti lagi ya, aku ingin merasakan Om keluar di dalam" katanya mendorong tubuhku turun dari atas tubuhnya. <br />
Desi sudah sampingnya bersiap menerimaku, posisi menungging dengan kaki dibuka lebar, penisku yang masih tegang siap untuk masuk ke vagina lainnya. Rupanya Desi tak pernah melupakan pengamannya, dia memberiku kondom sebelum penisku sempat menyentuh bibir vaginanya, sementara Febi tak peduli dengan hal itu, aku tak khawatir karena memang tidak berniat memuntahkan spermaku di vagina keponakanku. Febi memasangkan kondom di penisku dan kembali untuk kesekian kalinya penisku menguak celah sempit di antara kaki Desi, sungguh sempit, meski udah beberapa kali kumasuki tapi masih tetap saja terasa mencengkeram pada mulanya. <br />
<br />
Berbeda dengan punya Febi yang langsung bisa "melahap" semuanya, Desi meringis sebentar saat penisku kudorong menguak vaginanya, cukup lama sebelum akhirnya aku bisa mengocoknya dengan normal, sesekali hentakan keras menghunjam membuatnya teriak entah sakit atau enak. Kupegangi pantatnya yang padat berisi, kocokanku makin cepat, desahan Desi begitu juga makin keras terdengar, kuraih buah dadanya yang menggantung dan kuremas sambil tetap mengocoknya. Terus terang setelah merasakan nikmatnya bercinta dengan keponakanku, terasa Desi begitu hambar, padahal saat pertama tadi dia begitu menggairahkan, kini aku hanya berusaha untuk memuaskan dia sebagai balas jasa dan secepat mungkin mencapai orgasme dengannya supaya berikutnya aku bisa lebih "all out" dengan Febi. <br />
<br />
Kocokan kerasku membawa Desi lebih cepat ke puncak kenikmatan, tangan Desi dan Febi saling meremas, teriakan orgasme Desi mengagetkanku, apalagi diiringi dengan denyutan dan remasan kuat dari vaginanya, penisku seperti diremas remas, sungguh nikmat yang tak bisa kudapat dari Febi, akhirnya akupun harus takluk pada kenikmatan cengkeraman vagina Desi, menyemprotlah spermaku di dalam vaginanya. Kembali dia menjerit merasakan denyut kenikmatan penisku, kami saling memberi denyutan nikmat, lebih nikmat dari yang kudapat tadi. Tubuhku langsung ambruk di atas punggun Desi, kami bertiga telentang dalam kenangan dan kenikmatan indah. Aku telentang di antara dua gadis cantik yang menggairahkan, Desi melepas kondom, sungguh tak menyangka kalau aku akhirnya bercinta dengan keponakanku sendiri yang sangat sexy dan menggairahkan. Diusianya yang belum 23 tahun dia terlalu pintar bermain sex apalagi permainan oralnya, sungguh sukar dipercaya kalau dia mampu melakukannya dengan sangat baik. <br />
<br />
Setelah kudesak akhirnya dia mengakui bahwa dia sudah sering melakukannya sejak setahun yang lalu. Pertama kali yang menikmati keperawanannya adalah P. Freddy, dosennya sendiri, seorang duda berumur hampir 50 tahun, orangnya jauh dari simpatik, justru lebih mendekati sadis, karena wajahnya tipikal orang maluku yang keras. Untuk mendapatkan nilai lulus dari dia akhirnya Febi harus menyerahkan keperawanannya, kalau tidak dia tidak akan bisa melewati tahap persiapan yang berakibat Drop Out. Dengan perasaan jijik Febi menyerahkan kehangatan dan kesuciannya pada si tua bangka, seminggu sekali dia terpaksa harus melayani nafsu bejat si dosen, setelah berjalan dua bulan dan merasakan nikmatnya bercinta akhirnya keterpaksaan itu berubah menjadi ketergantungan, bukan lagi P. Fredy yang memaksa tapi terkadang justru Febi yang minta karena dia tidak mungkin melakukannya dengan orang lain. Hingga akhirnya dia menemukan teman kuliah pujaan hati, tapi begitu sampai ke urusan sex ternyata Febi masih tidak bisa melupakan keperkasaan P. Fredy, jadi dia tetap melakukannya dengan si dosen untuk mendapatkan kepuasan, pacarnya tidak pernah memperlakukan Febi seperti yang dilakukan P. Fredy, perlakuannya begitu sabar dan kebapakan dan dia selalu memenuhi apa yang Febi inginkan, tak pernah memaksa dan selalu sopan di ranjang, begitu romantis hingga Febi makin terhanyut dalam pesona si dosen, dari keterpaksaan menjadi ketergantungan. Semua berakhir setelah P. Fredy mendapat Profesor dan promosi dipindah tugas ke Ujung Pandang. Untuk memenuhi ketergantungannya Febi sering melakukannya dengan pacarnya, tapi sosok permainan sex seperti P. Fredy tak pernah dia dapatkan dari sang pacar. Entah sudah berapa kali dia ganti pacar, tak pernah lebih dari 3 bulan mereka pacaran, selalu diawali dan diakhiri di ranjang. <br />
<br />
Cerita Febi sungguh mengagetkanku, rupanya selama ini aku dan istriku terlalu memandang enteng masalah yang dihadapi Febi, tak pernah memberi solusi yang kondusif, kini baru kusadari hal itu. Istriku pernah cerita kalau Febi ingin mendapatkan suami seperti Om-nya, aku, sabar penuh pengertian dan kebapakan, hal yang tidak pernah dia terima dari ayah kandungnya. Diam diam dia mengagumiku, aku tak ...</b> </div><div><b>...menyangka kalau kekagumannya ternyata lebih jauh dari sekedar seorang Om. <br />
"Om Febi cemburu sekali ketika melihat Om sama Mbak Lily bercinta, begitu penuh perasaan dan gairah" katanya sambil kepalanya disandarkan di dadaku. <br />
"Oh ya? kapan dan dimana" tanyaku kaget <br />
"Di rumah, ketika direnovasi, hampir tiap kali aku mendengar desahan dari Mbak Lily aku naik dan mengintip dari celah celah bangunan yang belum selesai itu, setelah itu aku tak bisa tidur sampai pagi, sejak itu aku bertekad untuk bisa merasakan nikmat seperti itu dari Om, bahkan aku ingin lebih dari itu" katanya. <br />
Berarti sejak dia kelas 3 SMA dia sudah melihat kami berhubungan. <br />
<br />
Mendengar penuturan Febi gairahku kembali naik, penisku menegang dalam genggaman Febi, Desi tertidur di samping kami, mungkin kelelahan setelah mendapat 2 kali orgasme berurutan dariku. <br />
"Di sofa yuk Om, Febi udah lama nggak bermain di sofa sejak terakhir kali dengan P. Fredy" ajaknya seraya bangun dan menarikku. <br />
Febi langsung duduk di sofa dan membuka kakinya, aku tak mau langsung melakukannya, kucium bibirnya lalu turun ke leher dan berhenti di kedua bukitnya, dengan gemas kuciumi bukit di dadanya, kombinasi jilatan dan kuluman membuat dia mendesah. <br />
Sengaja kutinggalkan beberapa bekas kemerahan di buah dadanya supaya dia berhenti melakukan dengan pacarnya untuk beberapa hari. Dia cemberut ketika tahu ada kemerahan di dadanya tapi justru kecemberutannya makin menambah kecantikan wajahnya. Bibirku menyusuri perutnya lalu berhenti di selangkangannya, terasa asin ketika lidahku menyentuh vaginanya, mungkin cairan ketika dia orgasme tadi. Tangannya meremas rambutku ketika lidahku menari nari di bibir vaginanya, kakinya menjepit kepalaku, aku makin bergairah mempermainkan vaginanya dengan bibirku. <br />
<br />
"Udah.. udah.. Om.. sekarang.. Febi udah nggak tahan nih" desahnya menarik rambutku. <br />
Aku berdiri, kusodorkan penisku ke mulutnya, dia menggenggam dan mengocoknya, memandang ke arahku sejenak sebelum menjilati dan memasukkan penisku ke mulutnya. Tanpa kesulitan, segera penisku meluncur keluar masuk mulut mungil keponakanku yang cantik, kembali kurasakan begitu pintar dia memainkan lidahnya. Antara jilatan, kuluman dan kocokan membuatku mulai melayang tinggi. Puas dengan permainan oral-nya, aku lalu jongkok di depannya, dia menyapukan penisku ke vaginanya, dia menatapku dengan pandangan penuh gairah, aku jadi agak malu memandangnya, namun nafsu lebih berkuasa, dengan sekali dorong melesaklah penisku kembali ke vaginanya, dia masih tetap menatapku ketika aku mulai mengocoknya. Kakinya menjepit pinggangku, kutarik dia dalam pelukanku, kudekap erat hingga kami menyatu dalam suatu ikatan kenikmatan birahi, saling cium, saling lumat. <br />
<br />
Febi mendesah liar seperti sebelumnya, kurebahkan dia di sofa lalu kutindih, satu kaki menggantung dan kaki satunya dipundakku. Aku tak pernah bosan menikmati ekspresi wajah innocent yang memerah penuh birahi, makin menggemaskan. Buah dadanya bergoyang keras ketika aku mengocoknya, dia memegangi dan meremasnya sendiri. Kuputar tubuhnya untuk posisi doggie, dia tersenyum, tanpa membuang waktu kulesakkan penisku dari belakang, dia menjerit dan mendorong tubuhku menjauh, kuhentikan gerakanku sejenak lalu mengocoknya perlahan, tak ada penolakan. Kupegang pantatnya yang padat berisi, Febi melawan gerakan kocokanku, kami saling mengocok, dia begitu mahir mempermainkan lawan bercintanya. <br />
<br />
Aku bisa melihat penisku keluar masuk vagina keponakanku, kupermainkan jari tanganku di lubang anusnya, dia menggeliat ke-gelian sambil menoleh ke arahku. Kuraih buah dadanya yang menggantung dan bergoyang indah, kuremas dengan gemas dan kupermainkan putingnya. Aku sepertinya benar benar menikmati tubuh indah keponakanku dengan berbagai caraku sendiri, ada rasa dendam tersendiri di hatiku, kalau orang lain telah menikmatinya, aku sebagai orang yang membesarkannya tentu ingin menikmatinya lebih dari lainnya, tak ada yang lebih berhak dari aku. Kuraih tangannya dan kutarik kebelakang, dengan tangannya tertahan tanganku, tubuh Febi menggantung, aku lebih bebas melesakkan penisku sedalam mungkin. Desah kenikmatan Febi mekin keras memenuhi kamar ini. Kudekap tubuhnya dari belakang, kuremas kembali buah dadanya, penisku masih menancap di vaginanya, kuciumi telinga dan tengkuknya, geliat nikmat Febi makin liar. <br />
"Aduh oom.. enak banget Omm, Febi sukaa, trus Om" <br />
<br />
Kulepaskan tubuh Febi, kambali kami bercinta dengan doggie style, tak terasa lebih setengah jam kami bercinta, belum ada tanda tanda orgasme diantara kami. Kami berganti posisi, Febi sudah di pangkuanku, tubuhnya turun naik mengocokku, buah dadanya berayun ayun di mukaku, segera kukulum dan kusedot dengan penuh gairah hingga kepalaku terbenam diantara kedua bukitnya. Gerakan Febi berubah menjadi goyangan pinggul, berputar menari hula hop di pangkuanku, berulang kali dia menciumiku dengan gemas, sungguh tak pernah terbayangkan kalau akhirnya aku bisa saling mengulum dengannya. Tak lama kemudian, tiba tiba Febi menghentikan gerakannya, dia juga memintaku untuk diam. <br />
"Sebentar Om, Febi nggak mau keluar sekarang, masih banyak yang kuharapkan dari ...</b> </div><div><div><b>...Om" katanya sambil lebih membenamkan kepalaku di antara kedua bukitnya, aku hampir tak bisa napas. <br />
"Kamu turun dulu" pintaku <br />
"Tapi Om, Febi kan belum" protesnya <br />
"Udahlah percaya Om" potongku <br />
<br />
Kutuntun dan kuputar tubuhnya menghadap dinding, kubungkukkan sedikit lalu kusapukan penisku ke vaginanya dari belakang, Febi mengerti maksudku, kakinya dibuka lebih lebar, mempermudah aku melesakkan penisku. Tubuhnya makin condong ke depan, desah kenikmatan mengiringi masuknya penisku mengisi vaginanya. <br />
"ss.. aduuh Om, enak Om.. belum pernah aku.. aauu" desahnya sambil membalas gerakanku dengan goyangan pinggulnya yang montok. <br />
<br />
Kami saling bergoyang pinggul, saling memberi kenikmatan sementara tanganku menggerayangi dan meremas buah dadanya. Nikmat sekali goyangan Febi, lebih nikmat dari sebelumnya, berulang kali dia menoleh memandangku dengan sorot mata penuh kepuasan, mungkin dia belum pernah melakukan dengan posisi seperti ini. Tubuhnya makin lama makin membungkuk hingga tangannya sudah tertumpu meja sebelah. Kudorong sekalian hingga dia telungkup di atasnya, aku tetap masih mengocoknya dari belakang, dia menaikkan satu kakinya di pinggiran meja, penisku melesak makin dalam, kocokanku makin keras, sekeras desah kenikmatannya. Kubalikkan tubuhnya, dia telentang di atas meja, kunaikkan satu kakinya di pundakku, kukocok dengan cepat dan sedalam mungkin. <br />
<br />
"ss.. eegghh.. udaahh oom, Febi nggaak kuaat, mau keluar niih" desahnya <br />
"Sama Om juga" <br />
"Kita sama sama, keluarin di dalam saja, aman kok, Febi pake pil, jangan ku.. aa.. sshhiit" belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya ternyata sudah orgasme duluan, aku makin cepat mengocoknya, tak kuhiraukan teriakan orgasme Febi, makin keras teriakannya makin membuatku bernafsu. Semenit kemudian aku menyusulnya ke puncak kenikmatan, kembali dia teriak keras ketika penisku berdenyut menyemprotkan sperma di vaginanya. Aku telah membasahi vagina dan rahim keponakanku dengan spermaku, dia menahanku ketika kucoba menarik keluar. <br />
"Tunggu, biarkan keluar sendiri" cegahnya, maka kutelungkupkan tubuhku di atas tubuhnya, kucium kening dan pipinya sebelum akhirnya kucium bibirnya. <br />
"Makasih Om, permainan yang indah, the best deh pokoknya" bisiknya menatapku tajam. <br />
Kuhindari tatapannya, tak sanggup aku melawan tatapan tajam keponakanku itu. <br />
<br />
Jarum jam masih menunjukkan pukul 17:30, entah sudah berapa lama aku melayani kedua gadis ini, gelapnya malam mulai menyelimuti Kota Semarang, para pedagang kaki lima di simpang lima sudah mulai menata dagangannya. Aku sempat tertidur sejenak diantara kedua gadis itu sebelum mereka membangunkanku untuk makan malam, jam 19:30. Kami memutuskan untuk makan di luar sambil shoping di Mall sebelah hotel. Ternyata mereka lebih senang shopping lebih dulu dari pada makan malam, padahal aku sudah lapar akibat bekerja terlalu keras, terpaksa aku memenuhi keinginan kedua gadis itu. Diluar dugaanku justru mereka memilih untuk belanja parfum, lingerie dan pakaian dalam, aku ikutan memilihkan untuk mereka, tentu saja yang kuanggap sexy, tak jarang aku diminta memberikan penilaian ketika mereka mencoba bra di ruang ganti, tentu dengan senang hati aku memenuhinya. Tak lupa kami membeli beberapa VCD porno di pinggiran jalan. <br />
<br />
Kami kembali ke hotel hampir pukul 22:00, kuminta mereka memakai apa yang baru mereka beli, sungguh sexy dan menggairahkan kedua bidadari itu mengenakan pakaian dalam yang serba mini pilihanku, hampir semuanya dicoba, tapi aku sudah tak tahan lagi melihat penampilan mereka. Saat mereka berganti lagi untuk ketiga kalinya, aku sudah tak sanggup menahan lebih lama lagi, terutama melihat tubuh sexy Febi, kutarik mereka ke ranjang dan kucumbui mereka bersamaan, kami saling bergulingan seperti anak kecil sedang bermain main. Mereka berebutan melepas pakaian dan celanaku, bahkan suit untuk menentukan siapa yang melepas celana dalamku. Bersama sama mereka mulai menjilati dan mengulum penisku, kedua lidah gadis itu secara bersamaan menyusuri penis dan kantong bola dengan gerakan berbeda, aku segera melayang tinggi didampingi kedua bidadari ini. <br />
<br />
"Om percaya nggak, Desi itu udah lama lho kagum sama Om, jadi ini sudah menjadi fantasinya" kata Febi disela kulumannya. <br />
"Ih kamu buka rahasia deh" Desi yang sedang menjilati pahaku mencubih Febi, mereka berdua tertawa sambil terus menjilatiku. <br />
Kedua tanganku meremas remas dua buah dada yang berbeda, baik kekenyalan maupun besarnya, punya Febi lebih besar tapi Desi lebih kenyal dan padat. Febi lebih cepat mengambil inisiatif, kakinya dilangkahkan ke tubuhku hingga posisi 69, Desi yang kalah cepat bergeser di antara kakiku, sambil menjilati Febi aku masih bisa merasakan kuluman dari dua mulut yang berbeda. Ketika Febi menegakkan tubuhnya melepaskan kulumannya pada penisku, Desi segera mengambil posisi untuk memasukkan penisku ke vaginanya, rupanya takut keduluan Febi dia tak mempedulikan lagi kondomnya seperti sebelumnya, kurasakan vaginanya yang rapat mencengkeram erat penisku, apalagi tanpa kondom, kurasakan makin kuat mencengkeram, hingga semua tertanam dia tak berani bergerak. <br />
<br />
"Om kalo keluar bilang ya" rupanya dia masih sedikit sadar <br />
Perlahan tubuhnya turun naik dan mulai menggoyangkan pinggul, penisku terasa diremas dengan hebat, gerakannya makin cepat dan tidak beraturan. Tak lebih lima menit dia turun dari tubuhku. <br />
"Feb, giliranmu, aku nggak udah tahan, bisa keluar duluan aku nanti, habis enak banget sih" katanya. <br />
Mereka bertukar posisi, sepeti sebelumnya penisku langsung ...</b> </div><b>..masuk ke vagina Febi tanpa hambatan yang berarti, berbeda dengan Desi yang mendiamkan sesaat sebelum mengocok, tubuh Febi langsung turun naik dengan cepatnya, pinggangnya berputar putar sambil tangannya mengelus kantong bola. Aku tak bisa melihat ekspresi wajah Febi karena mukaku tertutup pantat Desi yang tepat berada di atasku dengan vagina terbuka lebar. Jerit dan desahan kedua gadis di atasku saling bersahutan merasakan kenikmatan yang berbeda. <br />
<br />
<br />
Tak lama kemudian Febi turun, Desi mengikutinya, kedua gadis itu lalu telentang bersebelahan dan membuka kakinya lebar lebar seakan mempersilahkan aku untuk memilihnya, aku bingung, kutatap mata keduanya, sama sama memberikan pandangan yang menggairahkan. Aku yakin Desi tidak bisa bertahan lama, maka kupilih Desi duluan supaya aku bisa menikmati Febi lebih lama dan memuntahkan spermaku ke vagina keponakanku itu. <br />
"Om janji ya kalo keluar di luar saja" katanya ketika aku mendekatinya. <br />
"Kalo aku nggak mau" godaku <br />
"Pleese" Desi memelas <br />
Tanpa menjawab lagi kusapukan penisku ke vaginanya dan mendorongnya masuk perlahan lahan. <br />
"Pelan pelan Om, ini pertama kali aku nggak pake kondom" katanya pelan ketika penisku mulai menerobos liang kenikmatannya. <br />
<br />
Kutelungkupkan tubuhku menindih tubuhnya setelah penisku masuk semuanya, pantatku mulai turun naik di atas tubuhnya, desah kenikmatan mengiringi kocokanku. Febi bergeser di belakangku, rupanya dia mengatur kaki Desi, diletakkannya menjepit pinggangku, penisku makin dalam mengisi liang kenikmatannya. Kukocok dia dengan cepat dan keras, kuhentakkan sedalam mungkin, tak kupedulikan desahan kenikmatannya, aku ingin segera membuatnya orgasme dan secepatnya beralih ke tubuh keponakanku yang sedang menunggu giliran. Diluar dugaanku, ternyata Desi tidak segera orgasme seperti perkiraanku, gerakannya malah semakin liar mencengkeramku, justru hampir saja aku keluar duluan kalau tidak segera kuhentikan gerakanku dan kucabut penisku dari vaginanya. <br />
<br />
Desi tersenyum penuh kemenangan melihat aku hampir kalah, kuambil napas dalam dalam lalu kutahan dan kuhembuskan pelan pelan. Febi sudah bersiap di sampingnya dengan posisi nungging, kuturunkan teganganku dengan menciumi pantat Febi, menjilati vagina dan anusnya, dia menggeliat geli, kukocok vaginanya dengan dua jariku, dia mendesis. Setelah kurasa aku siap maka langsung kumasukkan penisku ke liang Febi dengan sekali dorong disusul kocokan cepat, dia menjerit nikmat lepas. <br />
<br />
"Des, remas dadanya" perintahku sambil mengocoknya keras, Desi memandangku bingung, kuraih tangannya dan kuletakkan di dada Febi, kedua gadis itu kelihatan risih tapi aku tak peduli, kupaksa Desi meremasnya. Akhirnya Febi bisa menerima remasan Desi di buah dadanya, aku makin bergairah melihatnya, apalagi ketika Desi meremas kedua buah dada yang menggantung itu. Nafsuku makin meninggi ketika Febi membalas meremas buah dada Desi, mereka saling meremas buah dada. <br />
<br />
Aku terkejut ketika Febi mengambil inisiatif lebih jauh, tiba tiba dia menciumi buah dada Desi dan menjilati putingnya, mulanya Desi tertawa geli menerima hal itu, tapi kemudian dia ikutan mendesah dan meremas rambut Febi yang ada di dadanya. Aku makin bergairah dibuatnya, kocokanku makin cepat dan liar, seliar sedotan Febi pada buah dada sahabatnya. Desi menyusupkan tubuhnya di bawah Febi, kepalanya tepat di bawah bukit yang menggantung, mereka saling mengulum buah dada seperti permainan lesbi meski aku yakin mereka bukan golongan itu. <br />
<br />
Imajinasiku makin liar melihat kenakalan mereka, kuminta Desi nungging di atas Febi, tubuhnya menempel rapat di punggungnya, memeluk rapat dari belakang, vaginanya tepat di atas pantat Febi, masih tetap mengocok Febi kumasukkan dua jariku ke liang kenikmatannya, kedua gadis itu mendesah bersahutan. Kutarik keluar penisku dan segera beralih ke liang kenikmatan di atasnya, masih saja kurasakan rapatnya vagina Desi, nikmat yang berbeda dari dua vagina. Kocokanku berpindah dari satu vagina ke vagina lainnya. Aku tak tahu harus mengakhirinya di mana, hampir saja aku orgasme ketika tiba tiba kudengar bunyi HP-ku. Ingin kuabaikan tapi deringnya terasa mengganggu. <br />
"Terima dulu Om, siapa tahu penting, atau mungkin dari Mbak Lily" kata Febi ketika aku sedang mengocok vagina di atasnya. <br />
<br />
Terpaksa kutinggalkan kedua vagina yang sedang penuh gairah itu, benar saja pacarku menelpon, aku menjauhi mereka, duduk di sofa supaya tidak terdengar suara napas mereka yang sedang ngos-ngosan. Kedua gadis itu menyusulku, Desi bersimpuh di antara kakiku sedangkan Febi duduk di sebelahku, menempelkan telinganya di HP, ikutan mendengar pembicaraanku dengan tantenya, sambil tangannya mengocok penisku bersamaan dengan lidah dan mulut Desi yang menari nari di penisku yang masih menegang. Handphone kuberikan ke Febi ketika istriku mau bicara padanya, akupun tak mau berlama lama bicara sama istriku dalam keadaan seperti ini, bisa bisa bicara sambil mendesah. <br />
"Ya Mbak, ini Om mau antar Febi pulang, udah malam, lagian besok kan kuliah.. agak siang sih, jam 11 pagi kuliahnya.. tapi Febi belum pamit sama ibu Kost, ntar dicari" </b> </div><b>...Untungnya Febi mengikuti pembicaraan kami tadi hingga bisa langsung nyambung, kubalas Febi dengan mengulum putingnya ketika bicara sama tantenya, dia melototiku. <br />
"..oke deh Mbak, nanti Febi telpon ke kost deh" jawabnya mengakhiri pembicaraan. <br />
"Nakal ya, awas Febi balas" katanya lalu jongkok di sebelah sahabatnya, bersamaan mereka mengulum penisku, lidah kedua gadis itu menyusuri penisku kembali, aku mendesah sambil meremas rambut keduanya. Begitu nikmat permainan dua lidah, apalagi ketika bibir keponakanku mulai meluncur di batang kemaluanku, sementara sobatnya mempermainkan kantong bola dengan lidahnya, membawaku melayang tinggi dalam kenikmatan. <br />
<br />
Akhirnya aku menyerah dalam permainan dua mulut mereka, menyemprotlah spermaku ketika berada di mulut Desi, segera dia menarik keluar tapi terlambat, beberapa semprotan sudah membasahi tenggorokannya. Febi segera meraih penisku dan langsung memasukkan ke mulut mungilnya, semprotanku sempat mengenai wajah dan rambut Desi sebelum akhirnya habis dalam kuluman keponakanku, sedikit tetesan keluar dari celah bibirnya, dia menyedot habis semburan demi semburan hingga tetes terakhir tanpa mengeluarkan dari mulutnya. Kedua gadis itu lalu menyapukan penisku yang sudah lemas ke wajahnya. <br />
Malam itu kuhabiskan dengan mengarungi lautan kenikmatan bersama keponakanku dan sahabatnya, sepertinya mereka tak ada kata puas merengkuh kenikmatan demi kenikmatan, bergantian aku harus melayani mereka sampai kewalahan melayaninya, tapi dengan bantuan film VCD yang kami putar di Laptop, sedikit banyak aku bisa mengimbangi permintaan mereka. Entah jam berapa kami baru bisa tertidur, "terpaksa" aku pulang dengan pesawat terakhir ke Jakarta besoknya, "tak tega" meninggalkan keponakanku tercinta berikut sobat karibnya. <br />
<br />
sejak kejadian itu saat aku ke semarang pasti "beraksi" lagi bersama keponakanku dan temannya itu. </b> </div></div></div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-50426469153553147132010-03-17T09:42:00.000-07:002010-03-17T09:42:01.522-07:00SUSU meita....<b></b><div style="color: #4c1130;"><div style="color: #cc0000;"><div><b><strong>SUSU meita....</strong></b></div></div><div><b>nama gw radit gw masih kuliah di salah satu PTS di jakarta. gw orangnya biasa aja... tapi banyak yang bilang badan gw gagah... tinggi gw 175.... dulu di SMU gw termasuk salah satu cowo yang di PUJA" sama wanita... dari Kelas 1 sampai kelas 3. <br />
Cerita ini berawal<a name='more'></a> pas gw duduk di SMU.. pertama kali gw masuk kelas 3.. gw pindahan dari surabaya.. SMP gw di jakarta cuma sampai kelas 2 semester 1.. kelas 2 SMP.. selanjutnya gw terusin di surabaya.. maklum bonyok pindah kerja melulu... terpaksa gw ikut juga...... <br />
waktu itu hari pertama gw masuk kelas 3.. gw di kenalin di salah satu kelas kalu nggak salah 3 IPA... gw orang pinter wajar masuk IPA... hauahahhauah!!.. gw di kenalin sama guru gw n kepsek di kelas... udah gitu gw di suruh duduk di samping cewe yang langsung gw kenal namanya meita tingginya sebahy gw.. badannya sintel banget payudaranya yang selalu buat gw ndisir melulu klo deket dya.... gw sempet tuker-tukeran no. hp sama dya... setelah gw tau dya kaya' gimana... gw coba aja jadian sama dya... <br />
<br />
Gw jalan sama dya masih sampai sekarang... dya klo deket gw rada" binal... Napsuan... bersyukur banget gw dapet cewek macem gitu... waktu itu pelajaran biologi, kebetulan gurunya nggak masuk... gw sama meita ngobrol aja dipojok kelas.. maklum tempat duduk gw sama dya di taro di pojok sama walas... pertama gw sich nggak berani ngapangapain dya di kelas tapi klo udah masuk ke mobil gw abis tuch cewe.... waktu itu gw liat temen gw lagi cipokan di depan kelas.... balakng meja guru... tiba" aja cewe gw ngomong gini <br />
<br />
"tuch rido aja berani.. masa' kamu kalah sama dya??" <br />
"ha? aku kalah...... <br />
<br />
belum sempet selesai bibir gw di lahap sama meita... di bales aja dengan ciuman n sedotan yang bikin dya ampun"an sama gw... meita sempet ngasih lidahnya ke gw.. tapi gw lepas ciumannya "kenapa??" gw bilang aja begini "aku nggak mau maen lidah di kelas.. takut kelewatan"... "y udah.. maen biasa aja"... gw lanjutin ciuman gw di bawah.. bangku meja gw gw dorong ke depan supaya lebih luas gw ngelakuin ciuman demi ciuman......"ahhhhhh.... ahhhh...... dittttt.." kata" itu selalu keluar dari mulutnya.... setelah gw puas ciumin tuch bibir... gw turun ke bawah ke lehernya dya yang makin membuat dya kewalahan... dan tangan gw ngeremes" payudara dya.. yang ukurannya gw taksir 35 tau A B C D.. cuz setiap gw tanya dya g pernah mau jawab.... gw remes tuch dadanya sampe dya kelojotan... setelah gw nandain tanda merah di lehernya... dya ngeremes remes kontol gw... yang membuat ni "ADEK" kagak kuat lagi buat nahan di dalam kancut.... maupun masih make baju seragam n gw ngelakuin di dalam kelas... gw tetep nggak gentar.... gw bukan resleting seragam gw... n gw keluarin tuch siADEK.. dan si meita udah siap dengan mulutnya yang menganga.... gw sempet nutupin dya pake jaket gw... sehingga misalnya temen gw nanya gw bilang aja lagi sakit..... <br />
<br />
jilatan demi jilatan dya beri untuk gw..... isapan dya bikin gw nggak kuat lagi buat nahan keluarnya mani gw..... lidahnya bergoyang" di ADEK gw.... "akhhhhhhh.......... crotttttt...... croooootttt crotttttttttttt...." keluar mani gw..... meita membersihkannya dengan mulutnya... dan di kocok" trus di ADEK gw........ selesai itu gw bersiin mulutnya dya pake tissue yang ada di kantongnya.... gw sama meita kembali berciuman... freenc kiss,,, lidahnya dya ber gelugit" di dalam mulut gw...... <br />
<br />
jam 12.00 gw balik sekolah.... sebelum gw gas mobil gw ke rumah gw di bilangan bekasi.. nggak jauh dari rumahnya meita.. gw bermain dadanya meita dolo di mobil gw.... gw buka kancing seragam pelan" di bantu meita... dengan napsu yang ganas... meita ngerti maksud gw and dya nge buka tali BHNya dan 2 buah gunung merapi yang bakal mengeluarkan volcano gara isapan gw muncul di depan gw..... dengan napsu di ujung rambut gw isap puting susunya tangan kiri gw megangin kepala belakang dya.. and tangan kanan gw ngeremes" dada yang satu lagi.... "ahhhhh........ radit...... pelan" donkkk....... meita udah nggak bisa nahannnnn lagiiiii nehhhhhhhh"..... puting meita yang berwarna merah ke merah" mudaan tertelan abis oleh mulut gw and tiba" aja tubuhhhhh meita mejelijang seperti cacing kepanasan....... gw sedot trus dada meita.... sampai puting itu terasa keras banget di mulut gw.... meita cuma diam dan terkulai lemas di mobil gw.... gw liat parkiran mobil di sekolahan gw udah sepi.... meita mengancingi baju seragamnya satu gw bantu supaya cepet.... <br />
<br />
selama perjalanan pulang meita tetap lemas dan memejamkan matanya... gw kecup keningnya sesampai di rumah gw.... <br />
<br />
meita bangun dan dya pengen ke kamar kecil... gw suruh dy ganti seragam dengan baju kaos yang dya bawa dari rumah sebelum berangkat kesekolah.... selesai dari kamar mandi gw liat meita nyopot BHnya.... terlihat jelas putingnya dan bongkahan susu sebesar melon itu..... <br />
<br />
belum sempat masukin baju ke tasnya dya... dya gw dorong gw tempat tidur... dan gw lahap bibirnya dan dya membalas nya dengan penuh hot panas bercampur dengan napsu... gw yang cuma make bokser doank... ke walahan tangan dy bermain" di selangakangan gw..... gw bermain di leher dya dan gw buat cap merah lagi di lehernya.... gw sibak SMA negeri yang hanya sampai lutut itu dy cuma make CD G string... dengan perlahan" dya nurunin roknya dan dy hanya menggunakan CDnya... gw copot dan gw jilatin vaginanya..... " ahhhhhhhhhhhhhhhhhh............ dit.......................ahhhhhhhhhh" cuma kata" itu yang keluar daru mulutnya..... gw rasain vagina meita semakin keras... dan gw gigit kelentitnya dya ...</b> </div><div><b> ...terik semakin kencang untung di rumah cuma da pembantu gw..... "dit........ puasin gwwww dunkkkkkkk."...... nggak pake cing cong gw jilat n gw sodok" tuch vagina pake telunjuk gw... " dittttttttttttttttt............. gw keluarrrrrrrrrrrrrrrr........" vagina meita basah ketika di depan mata gw......... di sedot sampai bersih tuch vagina...... udah gitu gw liat dya memegang bantal dengan keras....... gw deketin dya dan gw cium bibir dya....... ternyata dya blum lemas..... dy bangkit dan memegang kontol gw dan di kocokinnya sampe si ADEK mengacung sangat keras..... kontol gw di masukin ke mulutnya meita.... di masukan di keuarkan.... sampai" di sedot....uhhhhhhhhh..... nikmat banget yang sekarang dari pada yang di kelas tadi....... biji zakar gw juga nggak lupa ikut ke sedot..... pass biji gw di sedot rasanya gw pengen FLY....... kocokin meita semakin panas dan hisapannya semakin nggak manusiawi lagi...... wajahnya tambah maniss kalo dya sambil horny begini........ ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh......... crottttttttttttttttttttttttttttt many gw tumpah semua ke lantai kamar gw.... yang sisanya di jilatin meita sampai bersuh.............................. gw bangkit dan menarik tangan meita... gw ciumin dadanya gw kenyot"lagi putingnya sampai merah........... gw cupang di sebelah putingnya.... manis banget susunya....... membuat gw semakin napsu sama dya............... <br />
<br />
"meitaku sayang.... masukinnn sekarang yach??" <br />
"ya udahhhh cepetannn aku dari tadi Nungggu kamu....." <br />
<br />
gw bertukar posisi meita di bawah.... dan gw di atas... sebelum gw masukan gw gesek" dolo di depan vaginanya... belum gw masukin aja meita udah meringis".... gw dorong perlan"... "Dit... pelan" sakit. nee"..... di bantu dengan tangannya dya perlahan" kontol gw masuk.... baru seperempatnya masukkk gw cabut lagi dannn gw sodok lagi.... dan akhirnya masuk semua..... gw lihat meita sangat menderita...... tapi sepertinya dya seneng banget....... udah semuanya masuk gw goyangin... gw maju mundurin perlahan lahan..... bokong meita pun ikut bergoyang yang membuatku kewalahan..... setelah beberapa menit gw goyang" tiba" badan meita mengejang semua..... dan akhirnya... meita orgasme untuk ke 3xnya..... <br />
<br />
gw cabut kembali penisg w dan meita berada di atas gw..... posisi ini membuat gw lebih rileks.... meita memasukannya pelan" di genggamnya penisku dan di masukannya penisku ke vaginanya.... dan blesssss ternanam semua di dalam vaginanya..... badan meita naik turun mengikuti irama.... meita mengambil bantal yang da di sebelahnya dan menarohnya di pala gw.... posisi ini membuat gw bisa ngerasaain 2 gerakan sekaligus... gw emut" kecil putingnya meita dan meremas remasnya..... bokong meita terusss bergoyaanggg........ " ahhhhhhhhh...... ahhhhhhhhh........ isappp teruss dit............" badan meita mengenjang dan " radittttttttttttttt akuuu pengen keluar lagi...."..... " akuuu juga pengennnnn selesaiiiiii metttt......... tahannnn sebentarrrrrrr lagi......."..... gw dan meita mempercepat permainan dan akhirnya..............."ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh....................... gw keluar..... kata" itu yang menngakiri permainan ini.. <br />
<br />
sampaiiii sekarang pun meita tetep bermain sama gw... kami tetap melakukan banyakk hal.... dan gw di tunangin sama meita karena orang tua kami sama" setuju atas hubungan kami................ </b> </div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-87063834837771808912010-03-17T09:36:00.001-07:002010-03-17T09:36:57.265-07:00anak 15 tahun yang buas<b style="color: #20124d;"></b><div style="color: #20124d;"><div style="color: #cc0000;"><div><b><strong>anak 15 tahun yang buas</strong></b></div></div><div><b>ini merupakan pengalaman saya yang paling memalukan sebenarnya saya malu untuk menceritakannya. saya seorang perempuan berumur 19 tahun saya masih kulliah di sebuah universitas di lampung. saya tinggal di rumah pamanku. dia mempunyai anak laki-laki yang berumur 15 tahun. tinnginya sekitar 165 cm. <br />
<br />
pada waktu itu saya baru pulang dari kuliah memkai baju putih sedang kehujanan. ketika dirumah ternyata paman dan tante sedang pergi dan yang ada di rumah hanya sepupuku itu. <br />
<br />
lalu saya masuk kekamar untuk mandi<a name='more'></a> saya membuka baju saya yang basah dan celana jeans ku lalu saya membuka celana dalam dan bh ku didalam kamar. ternyata saya lupa menutup kamarku dan sepupuku masuk kekamarku dan melihatku telanjang bulat. tapi saya tidak marah kepadanya malah saya mengajaknya untuk mandi dan dia menyetujuinya dengan wajah yang nafsu. <br />
<br />
lalu dia membuka semua pakaiannya dan terlihatlah kontolnya yang besar yang berukuran sekitar 15 cm. lalu kami mandi berdua. di dalam kamar mandi ternyata anak itu lebih buas dari yang kuduga di dalam kamar mandi dia langsung mencium mulutku dan memeras payudaraku yang berukuran 35b. lalu aku merasa keenakan dengan apa yang dia lakukan. aku pun terbawa suasana dan langsung memegang kontolnya yang sudah mengeras. <br />
<br />
lalu aku pun langsung mengulum kontolnya itu di bawah siraman shower, setelah itu kami berdua masuk kedalam bathtub yang cukup besar.. disana kami melanjutkan "kentot" tersebut. didalam itu anak itu anak itu langsung memAsukan kontolnya kedalam memekku yang masih perawan saya merasa kesakitan ketika kontolnya memasuki lubang memeku. lalu keperawananku pecah dan mengeluarkan darah. walau sakit, anehnya masih ada kenikmatan yang kurasakan saat itu. setelah itu, anak itu pun mempercepat pemainannya gerakan maju mundur kontolnya semakin cepat dan menjadi-jadi, tanpa terasa punggungku pun ikut bergerak seiring dengan masuknya batang kontol dia ke memeku, aku merasakan sesuatu yang amat dahsyat.. memeku terasa ngilu, namun nikmat.... tak lama kemudian air maninya terasa mengendap di memekku, setelah itu ia mencabut kontolnya dan membalikan badanku.. dia melanjutkan permainan tersebut, dia mencari-cari lubang memekku dari belakang, setelah menemukannya, ia langsung mencoba memasukan kontolnya tersebut, namun batang kontolnya belum cukup panjang, dia pun minta agar posisinya berada dibawah sehingga memeku dapat berada tepat diatas kontolnya...ternyata sepupuku tersebut sangat pintar memuaskan ku, ia juga sungguh kuat. setelah selesai dia mencabut kontolnya dan mengeluarkan lagi maninya, tepat di tengah-tengah belahan tetekku...lalu kami menyudahi permainan kami di dalam kamar mandi dan melanjutkannya di dalam kamar sepupuku itu untuk menonton bf... <br />
yang baru dipinjamnya dari temannya... <br />
kami terus bermain selama beberapa minggu kedepan di saat rumah kosong... agh.. nikmatnya... </b> </div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4047469161399698389.post-41655088571144551522010-03-17T09:33:00.000-07:002010-03-17T09:33:04.057-07:00ML Pertamaku Di Kamar Kost Pacarku<b style="color: #4c1130;"></b><div style="color: #4c1130;"><div><div style="color: #cc0000;"><div><b><strong>ML Pertamaku Di Kamar Kost Pacarku</strong></b></div></div><div><b>Sebelumnya gua mau ngenalin diri gua terlebih dulu. Nama gua D**** (Edited), aq laki-laki berumur 16 tahun, tinggi kurang lebih 165, berat 48 kg. Aq pengen nyeritain pengalaman ML gua ama pacar gua waktu di kost-an. Pacar gua ini bernama A*****(edited),wajahnya cantik, tingginy kira-kira 158, badannya juga cukup berisi, dia satu sekolah ama gua. <br />
Aq dan dia pertama kali bertemu saat pendaftaran masuk SMA, waktu itu aq melihat dia sedang mendaftar di bagian administrasi. Karena si A***** ini cantik, aq tertarik untuk mengajaknya<a name='more'></a> kenalan. Akhirnya kami pun berkenalan dan saling memberi tahu nomor telpon. <br />
Selama beberapa hari aq dan dia hanya berhubungan melalui telpon. Tapi ini tak berlangsung lama, tepat hari minggu siang saat aq sedang ngobrol-ngobrol di depan kost-an ku, aq melihat dia dan sepertinya dia ingin datang ke kost-an ku. <br />
Kamu tahu kost-an ini dari mana, aq kan ngekost disini, kataku. <br />
Oh, kamu ngekos disini ya, aq kesini juga mau ngekos disini, jawabnya. <br />
Hatiku sangat senang saat dia mengatakan kalau dia ingin tinggal di kost-an ku, terang saja aq senang karena dia adalah satu-satunya cewek yang aq taksir di sekolah ku. <br />
Emank dasar aq lagi beruntung, besoknya sehabis sekolah kami berdua pulang kekost-an bersama-sama, kesempatan ini tidak kusia-siakan untuk melakukan pdkt ama si dia...eeiiitthhh, bukan hal ini yang membuat aq beruntung, tp yang membuat aq beruntung, saat km pulang ke kost-an, di kost-an kami gx ada stu orangpun kecuali kami berdua. <br />
Emank, gua lagi mujur hari (kataku dalam hati), hal ini tidak kusia-siakan. Setelah ganti baju, aq mengajaknya ngobrol tentang pertemanan kami. <br />
A*****, km cantik banget ya hari ini, kataku memuji. <br />
Ah, kamu bisa aja D****, katanya sambil tersipu malu. <br />
A*****, km mau ngga jadi pacar aq, dengan ragu aq menembaknya. <br />
Aq mau koq jadi pacar kamu, jawabnya. <br />
Mendengar hal itu, aq sangat senang, langsung kupegang tangannya, hingga sampai kucium bibirnya. Perlahan lidahku mulai bergeliat di dalam mulutnya. Awalnya dia tidak merespon, tapi akhirnya lidahnya pun akhirnya membalas serangan-serangan lidahku di dalam mulutnya secara serasi. Terus kulumat bibirnya yang tipis dan merah itu kira-kira hampir 7 menitan kami baru bisa menghirup udara segar, karena aq tak kunjung melepaskan bibir dari bibirnya yang indah. Baru pertama kali kurasakan kenikmatan ciuman wanita yang menggairahkan. <br />
Udah dulu ya, aq mau pergi bentar, kataku <br />
Ya deh, hati-hati ya, katanya dengan nada mengkhawatirkan diriku. <br />
Adegan kami berciuman ini terus terjadi berulang kali, hingga akhirnya pada saat libur hari minggu, semua anak kost pulang. tapi kami berdua tidak pulang karena kami sudah ada janji. Disini awal mulanya aq akan ML ama pacarku ini. <br />
Kira-kira pukul 9.30 malam aq duduk di ruang tamu rumah kost sambil nonton TV, tiba-tiba A***** datang dab duduk di sebelah ku, waktu itu dia memakai daster putih tipis kira-kira 15 cm diatas lutut. Aq terus memandangi tubuh nya yang aduhai, TV pun terbengkalai olehku karena ada yang lebih menarik. Adegan kami berciuman pun terulang kembali, tepi bedanya kali ini kami sangat bebas karena tidak ada orang lain selain kami berdua termasuk bapak kost yang sedang keluar negri. <br />
D****, kita pindah aja yuk! jangan disini ah, gx leluasa, katanya seakan-akan dia ingin mengajakku melakukan hal lain selain berciuman. <br />
Pindah kemana, kataku. Kita kekamarku aja, jawabnya. Pikiran ku mulai tidak karuan bercampur nafsu ketika mendengar dia mengajakku kekamarnya. <br />
Sesampainya kami di kamar, adegan kami berciuman kembali terulang, tapi kali ini tidak lama. Aq terburu nafsu meliht badannya yang montok yangmengenakan daster tipis sampai-sampai BH dan CDnya tembus pandang keluar daster. Tanpa pikir panjang aq langsung melucuti dasternya yang tipis itu. Beruntungnya diriku, rupanya dia tidak marah, malah setelah kulepas dasternya, spontan dia langsung melepas BH dan CDnya pula. Nafsu setan tampaknya semakin bergejolak di darah kamiberdua. Aq pun langsung melepas semua bajuku, hingga akhirnya kami berdu a telanjang bulat. Kontol yang tegang rupanya membuat A***** terangsang, dia langsung menghampiri ku dan mengocok kontolku dengan tangannya dan dikulumnya kontol yang berukuran kira-kira 16cm. <br />
aaahhhh......aaahhh....teruuuusss, kataku sambil memejamkan mataku karena merasakan kenikmatan kulumannya. Melihatku mendesah nikmat, dia pun tersenyum nakal melihatku dengan tanpa menghentikan kulumannya yang maut. Tak puas hanya dengan dikulum aq kembali menciumnya, kulumat bibirnya yang merah itu, aaaahhhh....nikmatnya ciuman ini (pikirku dalam hati), lidah kami salingberada dengan serasi di dalam mulut. <br />
Tak hanya itu, sewaktu aq berciuman kedua tanganku pun bereaksi terhadap tubuhnya, awalnya aq hanya meraba tubuhnya, tapi akhirnya kuremas-remas payudaranya yang semakin mengeras akibat terangsang dengan tangan kananku, sedangkan tangan kiriku menusuk-nusuk lubang vaginanya dengan nakalnya. Akhirnya aq orgasme yang pertama kali, kusemprotkan saja air maniku ke dalam multu A***** yang sedang mengulum kontolku dengan nikmatnya. Si A***** tampak seperti meringis karena merasakan cairan asing yang masuk ke dalam tubuhnya, kutuntun dia agar mau menelan air maniku itu. <br />
Jangan kamu muntahkan ya, telan saja itu bagus untuk kesehatan koq, kataku. Dia pun menelan seluruh air maniku. <br />
Setelah orgasme tangan kananku tidak ...</b></div></div><div><b>...seperti meringis karena merasakan cairan asing yang masuk ke dalam tubuhnya, kutuntun dia agar mau menelan air maniku itu. <br />
Jangan kamu muntahkan ya, telan saja itu bagus untuk kesehatan koq, kataku. Dia pun menelan seluruh air maniku. <br />
Setelah orgasme tangan kananku tidak henti-hentinya meremas-remas payudaranya yang kencang bagaikan pepaya mengkal. tapi kini tangan kiriku tidak lagi menusuk-nusuk vaginanya, tapi berpindah ke mulutnya dia pun langsung mengulumi jari telunjukku dengan birahi yang besar. <br />
Kedekatkan mukaku ke depan vagina nya, kujilati vaginanya yang berwarna merah jambu. aahh....... aaaakhhhh...... geliii.... geliiiiiiiii...... aaaaaaaaaakkkkhhh, desahannya tambah membuatku bergairah untuk menjilati memeknya. Akhirnya dia pun orgasme, banyak sekali cairan yang keluar dari vaginanya, kujilati cairan itu sampai bersih sedangkan tangan kananku terus meremas-remas payudaranya. <br />
Birahi ku semakin memuncak saja, kali ini aq mulai ingin memasukkna kontol ku ke dalam memeknya. Seakan-akan A***** kalau aq ingin memasukkna kontolku kedalam memeknya dia pun langsung memegang kontolku dan menuntun kontolku kearah liang surganya sambil mengelus-ngelus kepala kontolku agar birahi semakin meningkat. Baru setengah dari kontolku yang masuk kedalam memeknya, dia sudah menjerittt <br />
aaaahhhhhh.......sssaakiiiiiiiiiiiiittt.....,jeritnya sambil menggigit bibir. <br />
tahan sakitnya cuma sebentar koq, kataku membujuk. dia hanya menggangguk-ngangguk saja. ooohhh, nikmatnya..., aq merasakan dinding vaginanya menjepit kontolku. Akhirnya seluruh kontolku terbenam ke dalam liang surganya. Tusukan kontolku yang bertubi-tubi terus menghujam ke dalam memeknya. Lama-kelamaan pinggulnya si A***** juga ikut bergoyang majumundur mendukung tusukan-tusukan kontolku. <br />
aaaaaaaaahhhh.......aaakkkhhhhhhhh...., desahnya semakin membuatku ingin mempercepat gerakan tusukan kontolku yang bertubi-tubi ke dalam memeknya. <br />
Akhirnya aq orgasme yang kedua kali....tnpa minta permisi kusemprotkan seluruh air maniku di dalam memeknya. Kami berdua pun melemas. <br />
Akhirnya kami telah selesai.... baru kali ini kurasakan kenikamatan yang luar biasa, inikah yang dinamakan kenikmatan duniawi, A***** langsung mengenakan baju kembali, begitu juga aq. Karena lemas aq jadi tertidur di kamar A***** sampai pagi. <br />
BEgitulah ceritanya, hal ini masuh sering kami lakukan hingga sekarang ketika tidak ada orang di rumah kost kecuali kami berdua. Aq juga menulis ini setelah aq bersetubuh dengannya. <br />
<br />
<span style="color: #cc0000;">SEKIAN</span> </b> </div></div>FREE DOWNLOAD BOKEPhttp://www.blogger.com/profile/14997980700801249083noreply@blogger.com0